Daya Saing Bakal Meningkat, IPO Juga Bikin Ekspansi PGE Makin Lincah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) diyakini bakal membuat perseroan semakin efisien yang pada akhirnya akan meningkatkan pula daya saing perusahaan. Senior Advisor Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Abadi Poernomo mengatakan, IPO PGE sendiri sebuah langkah yang tepat.
“Efisiensi berpengaruh terhadap daya saing PGE. Dan pada akhirnya tarif listrik bisa ditekan lebih kuat lagi,” kata Abadi di Jakarta, Rabu (8/2/2023).
Peningkatan efisiensi dan juga efektivitas penggunaan dana, lanjut Abadi, terkait erat dengan keberadaan pemegang saham dari luar. Terlebih, karena juga terdapat prinsip transparansi pada perusahaan terbuka. “Karena itulah, melalui IPO, kontrol terhadap perusahaan menjadi lebih ketat,” kata dia.
Menurutnya langkah IPO menjadi cara untuk mendapatkan dukungan pendanaan yang lebih murah. Dana tersebut sangat dibutuhkan, karena investasi geothermal memang sangat mahal.
“Misal kalau posisi sekarang untuk mengembangkan 100 MW, maka dibutuhkan USD 500 juta. Artinya, dengan masuknya dana lewat IPO, PGE bisa ekspansi lebih kuat,” urai Abadi.
Dengan demikian, imbuh Abadi, melalui IPO PGE bisa lebih fokus mandiri, walau 70% masih dipegang Pertamina. Tetapi setidaknya lebih lincah dari sisi pendanaan.
Memang sebelumnya PGE bisa saja memperoleh dari lembaga pinjaman, misal Worldbank (Bank Dunia) dengan bunga murah. Tetapi perlu diingat, bahwa perusahaan wajib membayar pinjaman setiap tahun.
“Ini yang berbeda dengan IPO. Karena melalui IPO, untung atau rugi bisa di-share ke pemegang saham,” jelasnya.
Begitu pula di luar negeri, jelas Abadi. Sudah jamak ditemui perusahaan energi yang masuk ke bursa saham. Pada umumnya, perusahaan tersebut bergerak di bidang energi terbarukan, seperti hydro dan hybrid photoponic solar. “Banyak banget, di Amerika saja banyak,” kata Abadi.
Di sisi lain, Abadi sepakat bahwa IPO PGE juga mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) paling lambat 2060. Pasalnya, geothermal memang menjadi backbone dalam upaya mendukung dekarbonisasi.
“Geothermal dan hydro paling sustain dengan energi baru terbarukan. Efektivitas panas bumi bisa mencapai 90-100 persen. Sementara, photoponic yang hanya sekitar 17 persen,” pungkasnya.
“Efisiensi berpengaruh terhadap daya saing PGE. Dan pada akhirnya tarif listrik bisa ditekan lebih kuat lagi,” kata Abadi di Jakarta, Rabu (8/2/2023).
Peningkatan efisiensi dan juga efektivitas penggunaan dana, lanjut Abadi, terkait erat dengan keberadaan pemegang saham dari luar. Terlebih, karena juga terdapat prinsip transparansi pada perusahaan terbuka. “Karena itulah, melalui IPO, kontrol terhadap perusahaan menjadi lebih ketat,” kata dia.
Menurutnya langkah IPO menjadi cara untuk mendapatkan dukungan pendanaan yang lebih murah. Dana tersebut sangat dibutuhkan, karena investasi geothermal memang sangat mahal.
“Misal kalau posisi sekarang untuk mengembangkan 100 MW, maka dibutuhkan USD 500 juta. Artinya, dengan masuknya dana lewat IPO, PGE bisa ekspansi lebih kuat,” urai Abadi.
Dengan demikian, imbuh Abadi, melalui IPO PGE bisa lebih fokus mandiri, walau 70% masih dipegang Pertamina. Tetapi setidaknya lebih lincah dari sisi pendanaan.
Memang sebelumnya PGE bisa saja memperoleh dari lembaga pinjaman, misal Worldbank (Bank Dunia) dengan bunga murah. Tetapi perlu diingat, bahwa perusahaan wajib membayar pinjaman setiap tahun.
“Ini yang berbeda dengan IPO. Karena melalui IPO, untung atau rugi bisa di-share ke pemegang saham,” jelasnya.
Begitu pula di luar negeri, jelas Abadi. Sudah jamak ditemui perusahaan energi yang masuk ke bursa saham. Pada umumnya, perusahaan tersebut bergerak di bidang energi terbarukan, seperti hydro dan hybrid photoponic solar. “Banyak banget, di Amerika saja banyak,” kata Abadi.
Di sisi lain, Abadi sepakat bahwa IPO PGE juga mendukung pencapaian target Net Zero Emission (NZE) paling lambat 2060. Pasalnya, geothermal memang menjadi backbone dalam upaya mendukung dekarbonisasi.
“Geothermal dan hydro paling sustain dengan energi baru terbarukan. Efektivitas panas bumi bisa mencapai 90-100 persen. Sementara, photoponic yang hanya sekitar 17 persen,” pungkasnya.
(akr)