Setelah Catat Surplus, Waspadai Neraca Dagang di Semester II
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Indef, Bhima Yudistira, menilai kinerja perdagangan bulan Juni yang mencatatkan surplus sebesar USD1,27 miliar adalah angin segar. Toh demikan, neraca itu tetap diwaspadai karena bisa berbalik pada semester II.
Hal ini ada indikasi kenaikan impor bahan baku dan barang modal sebesar 24% dan 27,3% secara bulanan (month of month/mom).
"Jadi industri harapannya sudah mulai berproduksi untuk persiapan tiga bulan ke depan. Setidaknya ini untuk mengantisipasi pemulihan yang bertahap di dalam negeri," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (15/7/2020). ( Baca juga:Neraca Dagang Juni, Menang Lawan Amerika tapi Keok dengan China )
Dia melanjutkan, impor bahan baku yang dijadikan sebagai tujuan pengolahan produk ekspor belum menunjukkan adanya kenaikan yang signifkan.
"Antara angka kenaikan impor bahan baku, barang modal dengan kinerja ekspor non-migas masih terdapat gap. Ekspor non-migas tercatat naik 15,7% lebih rendah dari kenaikan impor bahan baku," katanya.
Kata dia, proyeksi hingga akhir tahun diperkirakan recovery kinerja ekspor berjalan lambat. Indikasinya adalah negara-negara tujuan ekspor utama melakukan pembatasan kembali aktivitas ekonominya, setelah terjadi kenaikan kasus Covid-19.
"Ini kembali mengganggu arus logistik dan permintaan secara agregat," tandasnya.
Hal ini ada indikasi kenaikan impor bahan baku dan barang modal sebesar 24% dan 27,3% secara bulanan (month of month/mom).
"Jadi industri harapannya sudah mulai berproduksi untuk persiapan tiga bulan ke depan. Setidaknya ini untuk mengantisipasi pemulihan yang bertahap di dalam negeri," kata Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Rabu (15/7/2020). ( Baca juga:Neraca Dagang Juni, Menang Lawan Amerika tapi Keok dengan China )
Dia melanjutkan, impor bahan baku yang dijadikan sebagai tujuan pengolahan produk ekspor belum menunjukkan adanya kenaikan yang signifkan.
"Antara angka kenaikan impor bahan baku, barang modal dengan kinerja ekspor non-migas masih terdapat gap. Ekspor non-migas tercatat naik 15,7% lebih rendah dari kenaikan impor bahan baku," katanya.
Kata dia, proyeksi hingga akhir tahun diperkirakan recovery kinerja ekspor berjalan lambat. Indikasinya adalah negara-negara tujuan ekspor utama melakukan pembatasan kembali aktivitas ekonominya, setelah terjadi kenaikan kasus Covid-19.
"Ini kembali mengganggu arus logistik dan permintaan secara agregat," tandasnya.
(uka)