Daftar BUMN yang Punya Utang Jumbo Puluhan Sampai Ratusan Triliun Rupiah
loading...
A
A
A
Emiten konstruksi pelat merah itu membukukan total utang senilai Rp70 triliun. Meski begitu, sumber utang perusahaan belum diketahui. Wakil Menteri BUMN II, Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko memastikan, utang emiten bersandi saham WSKT itu akan masuk dalam program restrukturisasi. Keuangan operasional Waskita Karya diakuinya, masih sangat terbatas. Hal itu diperparah oleh jumlah pinjaman yang tinggi.
4. PTPN III
Utang Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III tercatat berada di angka Rp41 triliun hingga Februari 2023. Pada 2021 lalu, utang yang dibukukan PTPN III sebesar Rp45,3 triliun. Sumber utang berasal dari 23 bank dengan nilai Rp41,2 triliun dan sisanya dalam bentuk surat utang. Sejak dua tahun lalu, utang perseroan tengah direstrukturisasi melalui kerja sama penandatanganan Master Amendment Agreement Transformasi Keuangan dengan sejumlah lembaga keuangan nasional.
5. PT KAI (Persero)
Sejak 2020, KAI memiliki utang sebesar Rp15,5 triliun. Utang ini beragam, dari utang Rp 1,5 triliun untuk modal kerja, obligasi senilai Rp 4 triliun, utang jangka panjang Rp 10 triliun. Perseroan tercatat mengajukan pinjaman kepada perbankan untuk biaya operasional. Di mana, manajemen mengajukan pinjaman modal kerja senilai Rp8 triliun. Meski begitu, sejak Mei 2020 nilai kredit baru digunakan perseroan sebesar Rp1,5 triliun.
4. PTPN III
Utang Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III tercatat berada di angka Rp41 triliun hingga Februari 2023. Pada 2021 lalu, utang yang dibukukan PTPN III sebesar Rp45,3 triliun. Sumber utang berasal dari 23 bank dengan nilai Rp41,2 triliun dan sisanya dalam bentuk surat utang. Sejak dua tahun lalu, utang perseroan tengah direstrukturisasi melalui kerja sama penandatanganan Master Amendment Agreement Transformasi Keuangan dengan sejumlah lembaga keuangan nasional.
5. PT KAI (Persero)
Sejak 2020, KAI memiliki utang sebesar Rp15,5 triliun. Utang ini beragam, dari utang Rp 1,5 triliun untuk modal kerja, obligasi senilai Rp 4 triliun, utang jangka panjang Rp 10 triliun. Perseroan tercatat mengajukan pinjaman kepada perbankan untuk biaya operasional. Di mana, manajemen mengajukan pinjaman modal kerja senilai Rp8 triliun. Meski begitu, sejak Mei 2020 nilai kredit baru digunakan perseroan sebesar Rp1,5 triliun.
(nng)