Pacu Transformasi UMKM Indonesia, dari Digitalisasi Menuju Go Export
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mendorong transformasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) agar mampu menembus pasar global yang peluangnya kian terbuka lebar. Sejak pertengahan 2020, program digitalisasi UMKM digencarkan guna mewujudkan UMKM Go Export.
Sektor UMKM yang berjumlah 64 juta unit mendapat perhatian khusus pemerintah karena kontribusi terhadap PDB mencapai 61% dan menyerap tenaga kerja sebanyak 97% dari total tenaga kerja nasional.
Untuk itu, sektor yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional ini terus didorong melalui berbagai program agar bangkit dan maju, bahkan sampai bisa “go global”. Terlebih lagi pascapandemi Covid-19, UMKM yang sempat terpukul harus kembali didorong agar bangkit dan menggeliat lagi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta agar belanja produk dalam negeri ditingkatkan karena dapat membantu mendorong UMKM bangkit dan naik kelas. Diungkapkannya, dari Rp1.100 triliun potensi belanja produk dalam negeri pada tahun 2022 baru terealisasi sekitar Rp762 triliun.
“Masih ada peluang untuk meningkatkan agar kita bisa membantu UMKM kita naik kelas. Ini tolong juga didorong terus agar daerah kabupaten/kota mau membelanjakan APBD-nya untuk membeli produk dalam negeri,” tandas Kepala Negara, dikutip dari siaran pers Sekretariat Kabinet, Kamis (23/2/2023).
Upaya menaikkelaskan UMKM juga dilakukan melalui program digitalisasi UMKM. Program ini mengajak UMKM lokal untuk berubah dari sistem konvensional ke digital guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis serta operasional UMKM.
Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara “Digitalisasi Nusantara Expo & Summit 2022”, Kamis (31/3/2022) mengatakan, pemerintah bersama stakeholders terkait terus mendorong penguatan fondasi ekonomi nasional dengan menetapkan agenda transformasi digital UMKM sebagai salah satu prioritas.
Dikutip dari laman kominfo.go.id, beberapa program yang dijalankan antara lain adalah Akselerasi Pengembangan Wirausaha, Transformasi digital Koperasi dan UMKM, serta Penguatan Ekosistem Digital.
Hasilnya, Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, jumlah UMKM yang telah memasuki ekosistem digital hingga Desember 2022 mencapai 20,76 juta unit.
Jumlah itu sudah meningkat 26,6% dibandingkan pada tahun 2021 yang berjumlah 16,4 juta UMKM. Ini berarti sudah ada 32,44% dari total 64 juta unit UMKM yang telah memasuki ekosistem digital. Ada kenaikan signifikan dibanding tahun 2020 yang baru berjumlah sekitar 9 juta unit UMKM.
Kepala bidang Kemudahan Usaha Mikro KemenkopUKM, Berry Fauzi dalam forum UMKM Go Digital Virtual Expo pada 10 Oktober 2022 lalu menerangkan, penetrasi internet masyarakat Indonesia mencapai 73,7%.
“Sebanyak 40% pelaku UMKM menggunakan media sosial, 38% dengan instant messaging, penggunaan e-commerce 13%, dan ride hailing di angka 5%,” urainya.
Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan jumlah UMKM yang masuk ekosistem digital terus ditingkatkan. Pada tahun 2023 ditargetkan ada 24 juta UMKM yang on boarding dan diharapkan terus meningkat menjadi 30 juta UMKM di 2024.
Guna mencapai target tersebut, diperlukan dukungan dari berbagai pihak termasuk perbankan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI turut mendukung dan mengakselerasi program digitalisasi UMKM.
BRI menyinergikan tiga ekosistem, yakni ekosistem pasar, digital dan desa, untuk membangun ekosistem bisnis sebagai sumber pertumbuhan berkelanjutan.
Untuk ekosistem pasar, BRI membantu pasar tradisional dengan cara belanja online, baik melalui Whatsapp, website, mobile apps, maupun kerja sama dengan startup. “Jadi kami digitalisasi pasar tradisional,” ungkap Direktur Utama (Dirut) BRI, Sunarso dikutip dari laman bri.co.id.
Seiring waktu, BRI berkembang menjadi bank yang fokus melayani nasabah UMKM, serta memperluas jangkauan inklusi keuangan dan literasi keuangan di Indonesia, melalui pembentukan Holding Ultra Mikro bersama dengan Pegadaian dan PNM.
Terkait ekosistem digital, bank BRI telah menggandeng sejumlah perusahaan e-commerce besar dan ride hailing untuk pembiayaan KUR kepada merchant atau mitra. Berbagai produk dan layanan digital dihadirkan Bank BRI, mulai dari BRIspot, Ceria (digital loan dan saving), dan BRImo.
Lebih lanjut, Sunarso juga menyampaikan optimisme akan prospek UMKM pada tahun ini. Dia meyakini bisnis UMKM diyakini bakal tetap melaju dan tangguh di tengah kekhawatiran resesi global.
Menurut Sunarso, ada dua faktor yang membuat Indonesia bisa tahan akan resesi di 2023, di antaranya terkait konsumsi dalam negeri dan optimisme akan kondisi UMKM. "Dua faktor inilah yang membuat kita memiliki ketahanan akan kondisi di 2023," ujarnya melalui siaran pers, Senin (13/2/2023).
Sebagai informasi, kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik pasca pandemi membuat pelaku UMKM terus bergeliat. Merujuk riset Indeks Bisnis UMKM kuartal IV/2022, aktivitas bisnis UMKM semakin meningkat, di mana Indeks Bisnis UMKM naik dari 103,2 pada kuartal III/2022 menjadi 105,9 di kuartal IV/2022.
Pacu Ekspor Produk UMKM
Kementerian Koordinator bidang Perekonomian melaporkan, kontribusi ekspor produk UMKM Indonesia naik dari 14,37% pada 2020 menjadi 15,69% pada 2021.
Melihat pangsa pasar ekspor untuk UMKM masih sangat besar, kontribusi ekspor UMKM ditargetkan meningkat hingga 17% pada tahun 2024.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah memberi dukungan penuh agar UMKM bisa berkembang dan go international.
Untuk itu, Kementerian Perdagangan juga terus mengembangkan pasar baru sebagai tujuan ekspor produk-produk Indonesia, termasuk produk buatan UMKM. Adapun beberapa pasar ekspor nontradisional di antaranya Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Timur.
Menurut Mendag, pasar nontradisional ini memiliki karakteristik yang tepat untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah, seperti jumlah penduduk yang besar, daya beli yang tinggi, dan minat terhadap produk-produk UMKM.
“Alternatif-alternatif pasar nontradisional yang kami terus buka ini cocok bila dijajaki UMKM,” kata Mendag dalam keterangan resmi, Senin (27/2/2023).
Guna semakin menggencarkan ekspor produk-produk ini, perlu strategi yang dapat mempertemukan para calon pembeli dengan pengusaha dan UMKM di Indonesia. Dengan cara tersebut, penjajakan produk-produk Indonesia ke pasar luar negeri dapat semakin dioptimalisasi.
“Produk-produk kita sebenarnya digemari, laku. Tinggal bagaimana mempertemukan pasar itu dengan pelaku UMKM,” tandas Mendag.
Sektor UMKM yang berjumlah 64 juta unit mendapat perhatian khusus pemerintah karena kontribusi terhadap PDB mencapai 61% dan menyerap tenaga kerja sebanyak 97% dari total tenaga kerja nasional.
Untuk itu, sektor yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian nasional ini terus didorong melalui berbagai program agar bangkit dan maju, bahkan sampai bisa “go global”. Terlebih lagi pascapandemi Covid-19, UMKM yang sempat terpukul harus kembali didorong agar bangkit dan menggeliat lagi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun meminta agar belanja produk dalam negeri ditingkatkan karena dapat membantu mendorong UMKM bangkit dan naik kelas. Diungkapkannya, dari Rp1.100 triliun potensi belanja produk dalam negeri pada tahun 2022 baru terealisasi sekitar Rp762 triliun.
“Masih ada peluang untuk meningkatkan agar kita bisa membantu UMKM kita naik kelas. Ini tolong juga didorong terus agar daerah kabupaten/kota mau membelanjakan APBD-nya untuk membeli produk dalam negeri,” tandas Kepala Negara, dikutip dari siaran pers Sekretariat Kabinet, Kamis (23/2/2023).
Upaya menaikkelaskan UMKM juga dilakukan melalui program digitalisasi UMKM. Program ini mengajak UMKM lokal untuk berubah dari sistem konvensional ke digital guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi bisnis serta operasional UMKM.
Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pada acara “Digitalisasi Nusantara Expo & Summit 2022”, Kamis (31/3/2022) mengatakan, pemerintah bersama stakeholders terkait terus mendorong penguatan fondasi ekonomi nasional dengan menetapkan agenda transformasi digital UMKM sebagai salah satu prioritas.
Dikutip dari laman kominfo.go.id, beberapa program yang dijalankan antara lain adalah Akselerasi Pengembangan Wirausaha, Transformasi digital Koperasi dan UMKM, serta Penguatan Ekosistem Digital.
Hasilnya, Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, jumlah UMKM yang telah memasuki ekosistem digital hingga Desember 2022 mencapai 20,76 juta unit.
Jumlah itu sudah meningkat 26,6% dibandingkan pada tahun 2021 yang berjumlah 16,4 juta UMKM. Ini berarti sudah ada 32,44% dari total 64 juta unit UMKM yang telah memasuki ekosistem digital. Ada kenaikan signifikan dibanding tahun 2020 yang baru berjumlah sekitar 9 juta unit UMKM.
Kepala bidang Kemudahan Usaha Mikro KemenkopUKM, Berry Fauzi dalam forum UMKM Go Digital Virtual Expo pada 10 Oktober 2022 lalu menerangkan, penetrasi internet masyarakat Indonesia mencapai 73,7%.
“Sebanyak 40% pelaku UMKM menggunakan media sosial, 38% dengan instant messaging, penggunaan e-commerce 13%, dan ride hailing di angka 5%,” urainya.
Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan jumlah UMKM yang masuk ekosistem digital terus ditingkatkan. Pada tahun 2023 ditargetkan ada 24 juta UMKM yang on boarding dan diharapkan terus meningkat menjadi 30 juta UMKM di 2024.
Guna mencapai target tersebut, diperlukan dukungan dari berbagai pihak termasuk perbankan. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI turut mendukung dan mengakselerasi program digitalisasi UMKM.
BRI menyinergikan tiga ekosistem, yakni ekosistem pasar, digital dan desa, untuk membangun ekosistem bisnis sebagai sumber pertumbuhan berkelanjutan.
Untuk ekosistem pasar, BRI membantu pasar tradisional dengan cara belanja online, baik melalui Whatsapp, website, mobile apps, maupun kerja sama dengan startup. “Jadi kami digitalisasi pasar tradisional,” ungkap Direktur Utama (Dirut) BRI, Sunarso dikutip dari laman bri.co.id.
Seiring waktu, BRI berkembang menjadi bank yang fokus melayani nasabah UMKM, serta memperluas jangkauan inklusi keuangan dan literasi keuangan di Indonesia, melalui pembentukan Holding Ultra Mikro bersama dengan Pegadaian dan PNM.
Terkait ekosistem digital, bank BRI telah menggandeng sejumlah perusahaan e-commerce besar dan ride hailing untuk pembiayaan KUR kepada merchant atau mitra. Berbagai produk dan layanan digital dihadirkan Bank BRI, mulai dari BRIspot, Ceria (digital loan dan saving), dan BRImo.
Lebih lanjut, Sunarso juga menyampaikan optimisme akan prospek UMKM pada tahun ini. Dia meyakini bisnis UMKM diyakini bakal tetap melaju dan tangguh di tengah kekhawatiran resesi global.
Menurut Sunarso, ada dua faktor yang membuat Indonesia bisa tahan akan resesi di 2023, di antaranya terkait konsumsi dalam negeri dan optimisme akan kondisi UMKM. "Dua faktor inilah yang membuat kita memiliki ketahanan akan kondisi di 2023," ujarnya melalui siaran pers, Senin (13/2/2023).
Sebagai informasi, kondisi perekonomian Indonesia yang terus membaik pasca pandemi membuat pelaku UMKM terus bergeliat. Merujuk riset Indeks Bisnis UMKM kuartal IV/2022, aktivitas bisnis UMKM semakin meningkat, di mana Indeks Bisnis UMKM naik dari 103,2 pada kuartal III/2022 menjadi 105,9 di kuartal IV/2022.
Pacu Ekspor Produk UMKM
Kementerian Koordinator bidang Perekonomian melaporkan, kontribusi ekspor produk UMKM Indonesia naik dari 14,37% pada 2020 menjadi 15,69% pada 2021.
Melihat pangsa pasar ekspor untuk UMKM masih sangat besar, kontribusi ekspor UMKM ditargetkan meningkat hingga 17% pada tahun 2024.
Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan mengatakan, pemerintah memberi dukungan penuh agar UMKM bisa berkembang dan go international.
Untuk itu, Kementerian Perdagangan juga terus mengembangkan pasar baru sebagai tujuan ekspor produk-produk Indonesia, termasuk produk buatan UMKM. Adapun beberapa pasar ekspor nontradisional di antaranya Asia Selatan, Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Timur.
Menurut Mendag, pasar nontradisional ini memiliki karakteristik yang tepat untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah, seperti jumlah penduduk yang besar, daya beli yang tinggi, dan minat terhadap produk-produk UMKM.
“Alternatif-alternatif pasar nontradisional yang kami terus buka ini cocok bila dijajaki UMKM,” kata Mendag dalam keterangan resmi, Senin (27/2/2023).
Guna semakin menggencarkan ekspor produk-produk ini, perlu strategi yang dapat mempertemukan para calon pembeli dengan pengusaha dan UMKM di Indonesia. Dengan cara tersebut, penjajakan produk-produk Indonesia ke pasar luar negeri dapat semakin dioptimalisasi.
“Produk-produk kita sebenarnya digemari, laku. Tinggal bagaimana mempertemukan pasar itu dengan pelaku UMKM,” tandas Mendag.
(ind)