Meneropong Cara Ekonomi Rusia Tetap Bertahan di Tengah Gelombang Sanksi Barat dalam Setahun
loading...
A
A
A
"Mereka sama sekali tidak merugi terkait kredit bermasalah," jelasnya.
Tidak seperti di AS, para bankir sentral tidak perlu terlalu khawatir tentang inflasi yang diberikan konsumen. "Rumah tangga tidak mau menghabiskan uang -mereka menabung, karena perang adalah masa ketidakpastian," kata Peach.
Tetapi untuk menjaga ekonomi Rusia tetap berdetak, negara menghabiskan lebih banyak. Dalam sebuah laporan, ekonom Rusia Oleg Vyugin memperkirakan, bahwa pengeluaran tambahan oleh negara pada tahun 2022 mencapai sekitar 4% dari PDB, atau hampir USD73 miliar.
Tahun baru membawa perubahan, dimana pada tahun 2023 tercatat pengeluaran pemerintah akan mulai memicu inflasi dan konsumen kemungkinan akan mulai berbelanja lagi. Peach juga menambahkan, bank sentral kemungkinan akan mulai menaikkan suku bunga lagi pada bulan April.
Harga minyak dan gas telah turun secara dramatis, dan musim dingin Eropa yang relatif ringan telah membatasi pendapatan energi Rusia.
"Dan kami mulai melihat kekurangan tenaga kerja, karena begitu banyak orang meninggalkan Rusia atau dimobilisasi ke dalam perang sejak September lalu," kata Peach.
Satu studi (dalam bahasa Rusia) yang diterbitkan November lalu menunjukkan bahwa sepertiga dari sektor industri berisiko kehilangan SDM. "Apa yang kita lihat di Rusia, dalam jangka menengah, adalah bahwa prospek pertumbuhannya bakal tercekik," kata Peach.
"Ini akan menjadi ekonomi yang jauh lebih tidak efisien, ditandai dengan inflasi yang lebih tinggi, dan itu akan menjadikan ekonomi tumbuh lambat."
Vyugin dalam laporannya berpendapat, bahwa keuntungan minyak dan gas akan turun cukup banyak sehingga pemerintah harus meminjam untuk mendanai defisit anggaran.
Akhirnya, para ahli setuju, sanksi akan menggigit dan ekonomi Rusia perlahan bakal bergeser dan melorot. Ini diproyeksikan hanya film yang bergerak lebih lambat dari yang awalnya diharapkan Barat.
Tidak seperti di AS, para bankir sentral tidak perlu terlalu khawatir tentang inflasi yang diberikan konsumen. "Rumah tangga tidak mau menghabiskan uang -mereka menabung, karena perang adalah masa ketidakpastian," kata Peach.
Tetapi untuk menjaga ekonomi Rusia tetap berdetak, negara menghabiskan lebih banyak. Dalam sebuah laporan, ekonom Rusia Oleg Vyugin memperkirakan, bahwa pengeluaran tambahan oleh negara pada tahun 2022 mencapai sekitar 4% dari PDB, atau hampir USD73 miliar.
- Apa yang Akan Terjadi pada Ekonomi Rusia di 2023?
Tahun baru membawa perubahan, dimana pada tahun 2023 tercatat pengeluaran pemerintah akan mulai memicu inflasi dan konsumen kemungkinan akan mulai berbelanja lagi. Peach juga menambahkan, bank sentral kemungkinan akan mulai menaikkan suku bunga lagi pada bulan April.
Harga minyak dan gas telah turun secara dramatis, dan musim dingin Eropa yang relatif ringan telah membatasi pendapatan energi Rusia.
"Dan kami mulai melihat kekurangan tenaga kerja, karena begitu banyak orang meninggalkan Rusia atau dimobilisasi ke dalam perang sejak September lalu," kata Peach.
Satu studi (dalam bahasa Rusia) yang diterbitkan November lalu menunjukkan bahwa sepertiga dari sektor industri berisiko kehilangan SDM. "Apa yang kita lihat di Rusia, dalam jangka menengah, adalah bahwa prospek pertumbuhannya bakal tercekik," kata Peach.
"Ini akan menjadi ekonomi yang jauh lebih tidak efisien, ditandai dengan inflasi yang lebih tinggi, dan itu akan menjadikan ekonomi tumbuh lambat."
Vyugin dalam laporannya berpendapat, bahwa keuntungan minyak dan gas akan turun cukup banyak sehingga pemerintah harus meminjam untuk mendanai defisit anggaran.
Akhirnya, para ahli setuju, sanksi akan menggigit dan ekonomi Rusia perlahan bakal bergeser dan melorot. Ini diproyeksikan hanya film yang bergerak lebih lambat dari yang awalnya diharapkan Barat.
(akr)