Mau Melek Investasi Sejak Dini? Manfaatkan Teknologi, Kuasai Lanskap Digital
loading...
A
A
A
Lebih lanjut, mengingat maraknya kasus investasi bodong, Deny mewanti-wanti masyarakat untuk mencermati produk dan lembaga investasi yang dipilih serta memastikan legalitasnya.
Pada webinar yang sama, Savero Karamiveta dari Kemitraan Portkesmas dan Tim Substansi Juru Bicara Pemerintah untuk G20, mengatakan, dengan banyaknya produk investasi yang berkembang secara digital, diperlukan adanya pemahaman mengenai aman bermedia digital.
“Orang sekarang bisa investasi dari mana pun kapan pun dengan platform apa pun. Mulai dari HP, laptop. Nah, di balik kemudahan ada risiko yang harus diwaspadai. Kadang semakin mudah semakin nggak aman seperti investasi bodong,” tukasnya.
Dia menerangkan, investasi bodong ini terjadi jika seseorang diajak berinvestasi tapi sebenarnya bisnisnya atau wujudnya tidak ada.
Secara umum terdapat ciri-cirinya, sehingga sebelum berinvestasi harus mengecek terlebih dulu perusahaannya melalui situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hati-hati juga dengan investasi yang mencatut nama tokoh tertentu dan tidak memiliki izin resmi. Lalu, harus berhati-hati dengan keuntungan yang besar meski menggiurkan, sehingga harus diimbangi rasionalitas.
“Apalagi investasi itu high risk high return. Jadi, semakin potensi keutungan yang didapat semakin tinggi risikonya,” sambungnya lagi.
Senada, pemateri lainnya yang merupakan writepreneur, Dian Nafiatul, menyatakan bahwa dalam berinvestasi harus dipikirkan apakah ingin investasi jangka panjang atau jangka pendek.
“Umumnya, investasi jangka panjang memberikan keuntungan yang lebih besar, di mana fluktuasi harga lebih terkendali dan banyak kesempatan memanfaatkan potensi pertumbuhan,” paparnya.
Pada webinar yang sama, Savero Karamiveta dari Kemitraan Portkesmas dan Tim Substansi Juru Bicara Pemerintah untuk G20, mengatakan, dengan banyaknya produk investasi yang berkembang secara digital, diperlukan adanya pemahaman mengenai aman bermedia digital.
“Orang sekarang bisa investasi dari mana pun kapan pun dengan platform apa pun. Mulai dari HP, laptop. Nah, di balik kemudahan ada risiko yang harus diwaspadai. Kadang semakin mudah semakin nggak aman seperti investasi bodong,” tukasnya.
Dia menerangkan, investasi bodong ini terjadi jika seseorang diajak berinvestasi tapi sebenarnya bisnisnya atau wujudnya tidak ada.
Secara umum terdapat ciri-cirinya, sehingga sebelum berinvestasi harus mengecek terlebih dulu perusahaannya melalui situs resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hati-hati juga dengan investasi yang mencatut nama tokoh tertentu dan tidak memiliki izin resmi. Lalu, harus berhati-hati dengan keuntungan yang besar meski menggiurkan, sehingga harus diimbangi rasionalitas.
“Apalagi investasi itu high risk high return. Jadi, semakin potensi keutungan yang didapat semakin tinggi risikonya,” sambungnya lagi.
Senada, pemateri lainnya yang merupakan writepreneur, Dian Nafiatul, menyatakan bahwa dalam berinvestasi harus dipikirkan apakah ingin investasi jangka panjang atau jangka pendek.
“Umumnya, investasi jangka panjang memberikan keuntungan yang lebih besar, di mana fluktuasi harga lebih terkendali dan banyak kesempatan memanfaatkan potensi pertumbuhan,” paparnya.