Penerapan Industri 4.0 di Sektor Logam Bikin Ekspor Kian Ngecor
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian bertekad mengakselerasi transformasi sektor manufaktur di Tanah Air ke arah industri 4.0 . Langkah strategis ini bertujuan meningkatkan produktivitas dan daya saing industri nasional, sekaligus sebagai implementasi program prioritas pada peta jalan Making Indonesia 4.0.
“Transformasi industri 4.0 memberikan benefit bagi perusahaan, antara lain menurunkan biaya dan down-time, meningkatkan kinerja mesin dan peralatan, meningkatkan kecepatan operasi produksi dan kualitas produk, serta compatible dengan protokol kesehatan” kata Kepala Badan Penelitian dan pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi, ketika melakukan kunjungan kerja di PT Tata Logam Lestari, Cikarang, Jumat (17/7/2020).
Kepala BPPI menyampaikan, kunjungannya ke PT Tata Logam Lestari dalam rangka melihat kesiapan salah satu industri logam di dalam negeri untuk bertransformasi ke arah industri 4.0. “Tim Kemenperin akan membantu mengidentifikasi kendala dan pain point perusahaan dalam upaya bertransformasi ke industri 4.0. Ini merupakan salah satu rekomendasi bagi perusahaan untuk melakukan penyesuaian terhadap strategi bisinis dalam bertransformasi,” jelasnya.
Menurut Doddy, meskipun industri logam belum dimasukkan ke dalam lima sektor pioner industri 4.0 pada Making Indonesia 4.0, namun merupakan salah satu sektor yang strategis karena selama ini mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
“Peran penting industri logam, di antaranya adalah hasil produknya menjadi bahan baku utama bagi kegiatan sektor lainnya, seperti industri permesinan dan peralatan pabrik, otomotif, maritim serta elektronik,” sebutnya. ( Baca juga:Penjualan Melonjak 255,48%, Industri Automotif Mulai Ngebut )
Bahkan, dengan bertransformasi ke arah industri 4.0, diyakini kinerja industri logam akan semakin kokoh dan berpeluang mendongkrak sumbangsihnya terhadap nilai ekspor nasional. Catatan positif ekspor produk industri logam nasional terlihat dari capaian pada Januari-Mei 2020 yang menembus USD9,2 miliar atau naik 41% dibanding perolehan di periode yang sama tahun 2019 sekitar USD6,5 miliar.
“Capaian positif itu selaras dengan salah satu strategi dalam program Making Indonesia 4.0, yakni meningkatkan produktivitas industri yang berorientasi ekspor guna mendorong roda perekonomian nasional,” ungkap Doddy.
Diharapkan, melalui kebijakan pengembangan sektor-sektor industri yang punya orientasi ekspor, target Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030 dapat terwujud.
Kepala BPPI menambahkan, setelah ini, PT Tata Logam Lestari akan melakukan assessment Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), dan mengikuti pendampingan dari Kemenperin, berupa penyusunan peta jalan transformasi industri 4.0. “Jadi, kami akan membantu PT. Tata Logam Lestari melakukan identifikasi potensi-potensi yang dimiliki dan menyusun strategi roadmap atau rencana aksi dalam bertransformasi menuju industri 4.0,” terangnya.
INDI 4.0 merupakan indeks acuan bagi industri dan pemerintah dalam mengukur tingkat kesiapan industri untuk bertransformasi menuju industri 4.0 di Indonesia. INDI 4.0 terdiri atas lima pilar dan 17 bidang. Kelima pilar tersebut, yaitu manajemen dan organisasi, orang dan budaya, produk dan layanan, teknologi, serta operasi pabrik.
“Transformasi industri 4.0 memberikan benefit bagi perusahaan, antara lain menurunkan biaya dan down-time, meningkatkan kinerja mesin dan peralatan, meningkatkan kecepatan operasi produksi dan kualitas produk, serta compatible dengan protokol kesehatan” kata Kepala Badan Penelitian dan pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin Doddy Rahadi, ketika melakukan kunjungan kerja di PT Tata Logam Lestari, Cikarang, Jumat (17/7/2020).
Kepala BPPI menyampaikan, kunjungannya ke PT Tata Logam Lestari dalam rangka melihat kesiapan salah satu industri logam di dalam negeri untuk bertransformasi ke arah industri 4.0. “Tim Kemenperin akan membantu mengidentifikasi kendala dan pain point perusahaan dalam upaya bertransformasi ke industri 4.0. Ini merupakan salah satu rekomendasi bagi perusahaan untuk melakukan penyesuaian terhadap strategi bisinis dalam bertransformasi,” jelasnya.
Menurut Doddy, meskipun industri logam belum dimasukkan ke dalam lima sektor pioner industri 4.0 pada Making Indonesia 4.0, namun merupakan salah satu sektor yang strategis karena selama ini mampu memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.
“Peran penting industri logam, di antaranya adalah hasil produknya menjadi bahan baku utama bagi kegiatan sektor lainnya, seperti industri permesinan dan peralatan pabrik, otomotif, maritim serta elektronik,” sebutnya. ( Baca juga:Penjualan Melonjak 255,48%, Industri Automotif Mulai Ngebut )
Bahkan, dengan bertransformasi ke arah industri 4.0, diyakini kinerja industri logam akan semakin kokoh dan berpeluang mendongkrak sumbangsihnya terhadap nilai ekspor nasional. Catatan positif ekspor produk industri logam nasional terlihat dari capaian pada Januari-Mei 2020 yang menembus USD9,2 miliar atau naik 41% dibanding perolehan di periode yang sama tahun 2019 sekitar USD6,5 miliar.
“Capaian positif itu selaras dengan salah satu strategi dalam program Making Indonesia 4.0, yakni meningkatkan produktivitas industri yang berorientasi ekspor guna mendorong roda perekonomian nasional,” ungkap Doddy.
Diharapkan, melalui kebijakan pengembangan sektor-sektor industri yang punya orientasi ekspor, target Indonesia menjadi bagian dari 10 negara yang memiliki ekonomi terbesar di dunia pada tahun 2030 dapat terwujud.
Kepala BPPI menambahkan, setelah ini, PT Tata Logam Lestari akan melakukan assessment Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), dan mengikuti pendampingan dari Kemenperin, berupa penyusunan peta jalan transformasi industri 4.0. “Jadi, kami akan membantu PT. Tata Logam Lestari melakukan identifikasi potensi-potensi yang dimiliki dan menyusun strategi roadmap atau rencana aksi dalam bertransformasi menuju industri 4.0,” terangnya.
INDI 4.0 merupakan indeks acuan bagi industri dan pemerintah dalam mengukur tingkat kesiapan industri untuk bertransformasi menuju industri 4.0 di Indonesia. INDI 4.0 terdiri atas lima pilar dan 17 bidang. Kelima pilar tersebut, yaitu manajemen dan organisasi, orang dan budaya, produk dan layanan, teknologi, serta operasi pabrik.
(uka)