Startup Menolak Tumbang

Sabtu, 18 Juli 2020 - 06:01 WIB
loading...
A A A
Tyovan mengatakan, semua bisnis digital ataupun konvensional dipastikan mengalami fase membakar uang karena dana besar memang dibutuhkan untuk kegiatan marketing. Biaya marketing sudah pasti dikeluarkan untuk promosi, meningkatkan brand awarness atau yang lainnya. Bahaso dari awal sudah melakukan penjualan dan menentukan anggaran promosi yang dikeluarkan untuk menghasilkan return yang jelas.

Strategi penting, yakni bagaimana mengelola pelanggan dengan cara membangun komunitas. "Tidak sekadar fokus dengan apa yang laku kita jual, tapi bagaimana kita memperlakukan para member seperti bagian dari Bahaso. Sehingga kalau sudah terbentuk komunitas akan lebih mudah, lebih powerful. Sehingga jika kita memiliki produk baru mereka merespons dengan baik," ucapnya. (Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tergantung Perkembangan Perbankan)

Meluaskan pasar juga menjadi cara yang efektif untuk bisa bertahan. Bahaso kini menjaring anggota bekerja sama dengan sekolah, institusi, dan perusahaan. Strategi ini ampuh karena lebih menjanjikan. Anggota baru bertambah dan anggaran keanggotaan selalu ada.

"Inovasi seperti ini sudah dari dulu kami dilakukan untuk growth hacking karena kami tidak terlalu mengandalkan investor. Jadi dengan modal terbatas, kami masih terus berkembang," tambahnya.

Tyovan juga mengandalkan karyawan untuk bekerja keras karena mengejar suatu misi mulia, yakni meningkatkan level pendidikan dan ekonomi masyarakat Indonesia melalui penguasaan bahasa asing. Visi itu tertanam di benak karyawan. "Tim di sini bukan hanya bekerja nine to five setiap hari, namun ada misi yang harus diselesaikan," tutur pria berusia 30 tahun ini.

Strategi yang dilakukan Wahyoo dan Bahaso pada masa pandemi dinilai tepat. Menurut pakar pemasaran dari Universitas Bina Nusantara, Asnan Furinto, bagi startup digital harus menciptakan ekosistem dan network agar banyak pihak terlibat di platform tersebut. Kemudian jangan lupa juga untuk terus berinovasi terhadap produk atau jasa. Bisa melalui bundling dan lainnya tidak bisa fokus hanya satu produk. "Berikan rewards, points sebab perusahaan digital punya database lengkap dan terus ter-update. Jadi harus menjadi sumber costumer relationship manager," ungkapnya. (Baca juga: Putin Perintahkan Rusia Latihan Perang Besar-besaran dan Dadakan)

Sementara itu, untuk UKM atau IKM jika ingin terus eksis harus memperhatikan pemasaran dan produk. Produk yang dijual harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masa pandemi, bahkan new normal. Pastikan juga untuk hijrah menjadi pedagang online di platform marketplace atau memasarkan melalui media sosial.

Asnan melihat, persaingan ke depan akan semakin ketat karena pada era pandemi semua orang berjualan. "Sekarang semua jual makanan secara online. Jenisnya sama namun cara mengemasnya tentu berbeda. Yang unggul yang memikirkan makanannya sampai di tangan konsumen dengan aman, misalnya tidak tumpah dan rapi," kata Asnan.

Para pemilik bisnis dapat terus berupaya menyesuaikan produknya dengan kebutuhan konsumen. Misalnya, usaha pajangan di rumah dalam bentuk kerajinan tangan. Asnan meyakini, jika dibuat produk yang sudah jadi, kemungkinan jarang ada yang minat sehingga keterlibatan konsumen menjadi salah satu peluang.

"Melihat banyak orang di rumah dapat memanfaatkan untuk menambah aktivitas mereka. Dapat dibuat paket atau modul di mana konsumen dapat merangkai itu di rumah. Hasil dari buatan sendiri menjadi kepuasan tersendiri di hati konsumen," tambahnya. (Baca juga: Urine Chaterine Wilson Positif Mengandung Sabu-Sabu)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2112 seconds (0.1#10.140)