Startup Menolak Tumbang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pelemahan ekonomi terjadi akibat pandemi Covid-19 . Bahkan, beberapa negara sudah mengalami resesi. Imbasnya, perusahaan besar, usaha kecil menengah (UKM), dan startup (usaha rintisan) pun ikut terdampak.
Pada masa lalu UKM dianggap sebagai penggerak, bahkan penyelamat ekonomi ketika terjadi krisis. Namun, kondisi saat ini agak berbeda, pelaku UKM banyak yang terdampak situasi tidak menguntungkan akibat wabah virus corona.
Kementerian Perindustrian mencatat, satu juta UKM dari segmen industri kecil menengah (IKM) terdampak pandemi dengan 3,4 juta tenaga kerja yang kena imbasnya. Kondisi startup, khususnya startup digital, agak lebih baik. Sekitar 42% dari total populasi startup digital masih mampu bertahan menghadapi pandemi.
Startup digital tentu memiliki strategi sendiri untuk memanjangkan usia bisnis mereka. Wahyoo, misalnya, aplikasi penyedia dan pengantar kebutuhan warung makan atau warteg ini langsung mengadopsi model bisnis baru.
"Saat karantina mandiri, tidak ada yang keluar rumah, otomatis warteg sepi, Wahyoo ikut terdampak. Namun, Wahyoo yang sudah berbentuk grup usaha ini melahirkan anak perusahaan baru berupa aplikasi Langganan dan usaha katering dengan nama Bekal Bekal," kata Peter Shearer, pendiri Wahyoo, di Jakarta, kemarin.
Aplikasi Langganan, masih satu konsep dengan Wahyoo. Namun, menyasar langsung konsumen. Menyediakan bahan makanan dengan harga grosir dan langsung diantar. Sementara, Bekal Bekal merupakan usaha baru dari Wahyoo untuk tetap membantu warteg yang selama ini menjadi mitra agar tetap bertahan.
"Membantu masyarakat yang ingin berhemat karena hanya dengan Rp15.000-Rp20.000 sudah dapat satu porsi makanan yang sudah diantar," katanya. (Baca: Kasus Djoko Tjandra, Pengamat: Mafia Sudah Tersebar di Semua Sektor)
Tentu ini juga bisa menjadi solusi bagi para pekerja yang sudah pergi ke kantor namun masih takut untuk makan di luar. Peter juga menjamin warteg yang dipesan dalam Bekal Bekal terjamin kebersihannya karena sudah lama menjadi mitra Wahyoo dan terlebih dahulu diperiksa tim Wahyoo. Hingga saat ini Bekal Bekal sudah ada di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sementara untuk Langganan, masih terbatas di beberapa wilayah Ibu Kota.
Jika Wahyoo memiliki model bisnis baru untuk tetap menambah pendapatan mereka, lain lagi dengan Bahaso. Aplikasi bimbingan belajar bahasa asing ini sejak berdiri sudah memiliki model bisnis yang kuat dan tepat.
Tyovan Ari Widagdo, pendiri Bahaso, mengatakan, fondasi bisnis Bahaso sudah kokoh karena mereka sudah mencari pendapatan sejak awal. Income didapatkan dari keanggotaan belajar di Bahaso. Bahkan, di tengah situasi sulit yang dialami banyak startup digital, Bahaso masih bisa mengumpulkan pundi-pundinya melalui lini bisnis lain seperti berlangganan per sesi. "Startup identik dengan bakar uang pada awal, sebenarnya tidak masalah asal harus cermat berhitung sampai kapan akan seperti itu," sebutnya.
Pada masa lalu UKM dianggap sebagai penggerak, bahkan penyelamat ekonomi ketika terjadi krisis. Namun, kondisi saat ini agak berbeda, pelaku UKM banyak yang terdampak situasi tidak menguntungkan akibat wabah virus corona.
Kementerian Perindustrian mencatat, satu juta UKM dari segmen industri kecil menengah (IKM) terdampak pandemi dengan 3,4 juta tenaga kerja yang kena imbasnya. Kondisi startup, khususnya startup digital, agak lebih baik. Sekitar 42% dari total populasi startup digital masih mampu bertahan menghadapi pandemi.
Startup digital tentu memiliki strategi sendiri untuk memanjangkan usia bisnis mereka. Wahyoo, misalnya, aplikasi penyedia dan pengantar kebutuhan warung makan atau warteg ini langsung mengadopsi model bisnis baru.
"Saat karantina mandiri, tidak ada yang keluar rumah, otomatis warteg sepi, Wahyoo ikut terdampak. Namun, Wahyoo yang sudah berbentuk grup usaha ini melahirkan anak perusahaan baru berupa aplikasi Langganan dan usaha katering dengan nama Bekal Bekal," kata Peter Shearer, pendiri Wahyoo, di Jakarta, kemarin.
Aplikasi Langganan, masih satu konsep dengan Wahyoo. Namun, menyasar langsung konsumen. Menyediakan bahan makanan dengan harga grosir dan langsung diantar. Sementara, Bekal Bekal merupakan usaha baru dari Wahyoo untuk tetap membantu warteg yang selama ini menjadi mitra agar tetap bertahan.
"Membantu masyarakat yang ingin berhemat karena hanya dengan Rp15.000-Rp20.000 sudah dapat satu porsi makanan yang sudah diantar," katanya. (Baca: Kasus Djoko Tjandra, Pengamat: Mafia Sudah Tersebar di Semua Sektor)
Tentu ini juga bisa menjadi solusi bagi para pekerja yang sudah pergi ke kantor namun masih takut untuk makan di luar. Peter juga menjamin warteg yang dipesan dalam Bekal Bekal terjamin kebersihannya karena sudah lama menjadi mitra Wahyoo dan terlebih dahulu diperiksa tim Wahyoo. Hingga saat ini Bekal Bekal sudah ada di Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Sementara untuk Langganan, masih terbatas di beberapa wilayah Ibu Kota.
Jika Wahyoo memiliki model bisnis baru untuk tetap menambah pendapatan mereka, lain lagi dengan Bahaso. Aplikasi bimbingan belajar bahasa asing ini sejak berdiri sudah memiliki model bisnis yang kuat dan tepat.
Tyovan Ari Widagdo, pendiri Bahaso, mengatakan, fondasi bisnis Bahaso sudah kokoh karena mereka sudah mencari pendapatan sejak awal. Income didapatkan dari keanggotaan belajar di Bahaso. Bahkan, di tengah situasi sulit yang dialami banyak startup digital, Bahaso masih bisa mengumpulkan pundi-pundinya melalui lini bisnis lain seperti berlangganan per sesi. "Startup identik dengan bakar uang pada awal, sebenarnya tidak masalah asal harus cermat berhitung sampai kapan akan seperti itu," sebutnya.