Bangkrutnya SVB Dinilai Jadi Momen untuk Investasi Obligasi

Jum'at, 17 Maret 2023 - 20:16 WIB
loading...
Bangkrutnya SVB Dinilai...
Head of Research Moduit Manuel Adhy Purwanto (kanan) saat berdiskusi soal SVB. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Akhir pekan lalu pasar finansial dikejutkan oleh Silicon Valley Bank (SVB) yang kolaps dan diambil alih oleh Lembaga Penjaminan Simpanan Amerika Serikat atau Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC). Berdiri pada 1983, SVB berspesialisasi pada perbankan untuk startup teknologi yang memiliki 29 kantor di seluruh dunia dengan aset senilai USD209 miliar dan deposito sekitar USD175,4 miliar per akhir 2022.



SVB ada di peringkat 16 dalam daftar bank dengan aset terbesar di AS. Namun ternyata 89% deposito SVB tidak memiliki jaminan.

Kejatuhan SVB bermula dari rencana mereka untuk menambah modal sekitar USD2,25 miliar melalui penerbitan saham akibat kekurangan likuiditas. Upaya itu direspons negatif oleh nasabah dan memicu penarikan dana besar-besaran hingga USD42 miliar.

SVB terpaksa menjual kepemilikan obligasi senilai USD21 miliar yang menyebabkan kerugian hingga USD1,8 Milliar akibat harga obligasi yang lebih rendah saat ini.

Melihat masalah SVB, Head of Research Moduit, Manuel Adhy Purwanto, mengatakan, kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang agresif untuk meredam inflasi telah berdampak negatif ke sektor finansial. Hal ini dapat memengaruhi kebijakan Bank Sentral The Fed ke depannya.

Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed pada 22 Maret 2023 turun menjadi sebesar 25 basis poin dengan ekspektasi terminal rate (puncak suku bunga) di 5,25%, turun dari sebelumnya di 5,75%.

Menurut Manuel, pengaruh kolapsnya SVB ke ekonomi, khususnya perbankan Tanah Air lebih bersifat sentimen ketimbang fundamental ekonomi. Sebab secara fundamental, sistem perbankan nasional mempunyai ketahan cukup baik.

Kemungkinan dampak terjadi pada pasar saham, karena investor asing bisa saja menarik kapitalnya karena ada kekhawatiran sentimen. Namun investor asing akan kembali lagi jika situasinya kembali stabil.

"Di satu sisi, kolapsnya SVB berdampak negatif ke pasar saham, namun sebaliknya positif ke pasar obligasi," kata Manuel.



Menyikapi kondisi tersebut, kata Manuel, investor saat ini dapat mengambil peluang berinvestasi di obligasi pemerintah. Baik melalui reksadana pendapatan tetap atau membeli obligasi secara langsung seperti obligasi retail SR018 atau obligasi Fixed Rate (FR) yang tersedia di platform Moduit.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1793 seconds (0.1#10.140)