Profil PT Sritex: Dari Pasar Klewer Solo Jadi Pemasok Seragam Militer 36 Negara di Dunia

Jum'at, 24 Maret 2023 - 11:51 WIB
loading...
Profil PT Sritex: Dari...
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau yang dikenal dengan PT Sritex pertama kali membangun pabrik di Jalan K.H. Samanhudi, Kabupaten Sukaharjo, Jawa Tengah. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - PT Sri Rejeki Isman Tbk atau yang dikenal dengan PT Sritex pertama kali membangun pabrik di Jalan K.H. Samanhudi, Kabupaten Sukaharjo , Jawa Tengah. Meski berasal dari kawasan kecil, namun Sritex telah memasok seragam militer ke lebih dari 30 negara di dunia.



Mengawalinya pada tahun 1966, PT Sritex didirikan oleh H.M Lukminto sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo. Selain percetakan kain, Sritek juga pernah membangun pabrik tenun.



Pada tahun 1968, Sritex membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo. Lalu di tahun 1978, mereka terdaftar dalam Kementrian Perdagangan (Kemendag) sebagai perseroan terbatas.

Dilanjutkan dengan mendirikan pabrik tenun pertama di 1982. Tak berhenti sampai disitu, Sritex lantas memperluas pabrik dengan 4 lini produksi (pemintalan, penenunan, sentuhan akhir dan busana) dalam satu atap pada 1992.

Pabrik Sritex yang diresmikan oleh Presiden Soeharto mulai diminta memproduksi seragam polisi dan Tentara Negara Indonesia (TNI). Perlahan Sritex mendunia usai pada 1994 menjadi produsen seragam militer untuk NATO dan Tentara Jerman.

Sejak saat itu kualitas seragam militer buatan PT Sritex mulai menyebar ke berbagai belahan dunia. Tercatat sudah ada 36 negara di dunia yang mempercayakan seragam militernya dibuat oleh Sritex.

Sritex selamat dari Krisis Moneter di tahun 1998 dan berhasil melipatgandakan pertumbuhannya sampai 8 kali lipat dibanding waktu pertama kali terintegrasi pada tahun 1992. Pada tahun 2012, Sritex berhasil menggandakan pertumbuhan dan kinerjanya dibanding pada tahun 2008.

Berlanjut di 2013, PT Sri Rejeki Isman Tbk secara resmi terdaftar sahamnya (dengan kode ticker dan SRIL) pada Bursa Efek Indonesia. Setahun setelahnya Iwan S. Lukminto menerima penghargaan sebagai Businessman of the Year dari majalah Forbes Indonesia dan sebagai EY Entreprenuer of the Year 2014 dari Ernst & Young.

Kini seiring dengan gejolak global yang terjadi, penurunan penjualan dialami emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. (SRIL) atau Sritex selama 9 bulan tahun 2022. Namun dalam laporan keuangan perusahaan, Sritex berhasil menipiskan kerugian secara tahunan.

Sritex mencatatkan penjualan sebesar USD474,17 juta atau setara Rp7,46 triliun (kurs Jisdor Rp15.742 per dolar AS) sepanjang sembilan bulan 2022. Penjualan ini tercatat turun 25,58% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD637,1 juta.

Berdasarkan laporan keuangan, dikutip awal Desember 2022 lalu, penjualan SRIL dikontribusikan dari pemintalan sebanyak USD284 juta, pertenunan USD35,9 juta, finishing kain USD81,8 juta, dan konveksi sebesar USD72,4 juta.

Tergerusnya penjualan perseroan juga turut menurunkan beban pokok penjualan 22,6% menjadi USD638,9 juta, dari USD826,2 juta. Rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk SRIL juga tercatat turun 84,01% menjadi USD147,7 juta atau sebesar Rp2,36 triliun, dari USD924 juta di kuartal III/2021.

Jumlah aset Sritex hingga akhir September 2022 mencapai sebesar USD1,04 miliar, angka itu mengalami penurunan dibandingkan akhir Desember 2021 sebesar USD1,2 miliar.

Memasuki tahun 2023, PT Sri Rejeki Isman Tbk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 17 Maret 2023. Dalam RUPSLB tersebut disetujui pemberhentian secara hormat seluruh Dewan Komisaris dan Direksi yang lama.

"Perseroan mempertahankan jumlah Dewan Komisaris yang sama dengan sebelumya yang terdiri dari 3 orang, sedangkan untuk jajaran Direksi terdapat penambahan jumlah satu orang Direksi," bunyi pernyataan resmi perusahaan.

"Dengan adanya keputusan para pemegang saham ini, dharapkan Perseroan dapat memulai transformasi di dalam bisnis dan strateginya untuk mempercepat pemulihan di tengah situasi geopolitik dan makro ekonomi yang kurang kondusif di tahun 2023 ini," tandasnya.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1229 seconds (0.1#10.140)