Mengindentifikasi 3 Tantangan Produktivitas Pertanian di Indonesia

Senin, 27 Maret 2023 - 19:36 WIB
loading...
Mengindentifikasi 3 Tantangan Produktivitas Pertanian di Indonesia
Sejumlah pemangku kepentingan membincangkan masalah ketahanan pangan. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Ancaman krisis pangan menjadi salah satu isu yang menjadi prioritas global, terutama dengan adanya prediksi ledakan jumlah populasi dunia. Di Indonesia sendiri, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai 319 juta jiwa pada tahun 2045 dengan laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2022 mencapai 1,17%.



Dengan semakin besarnya populasi baik secara global maupun nasional, ketahanan pangan menjadi tantangan tersendiri yang perlu dihadapi saat ini. Upaya ketahanan pangan dapat diimplementasikan melalui berbagai program ataupun inisiatif pada lintas sektor, khususnya terkait proses produksi petani kecil sebagai produsen utama bahan dasar pangan.

Peran pemerintah selaku regulator dan pelaku industri penunjang juga tidak terlepas sebagai pendukung produktivitas petani kecil di Indonesia.

Urgensi mengenai tantangan produksi pangan dan krisis pangan sendiri menjadi pembahasan utama pada Seminar Nasional Pangan Hasil Focus Group Discussion Nagara Institute. Seminar itu dihadiri oleh sejumlah pengambil kebijakan dalam ekosistem pertanian, yakni Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Moeldoko, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi, beberapa anggota Komisi IV DPR, dan sejumlah ahli pangan seperti ahli pangan IPB, Prof. Dwi Andreas.

Seminar itu mengidentifikasi tiga tantangan utama produktivitas pertanian Indonesia, yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan, yakni:

1. Literasi dan Adaptasi Teknologi Petani yang Masih Rendah


Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pertanian di Indonesia masih didominasi oleh petani kecil berlahan sempit dengan persentase mencapai 72,19%. Dengan persentase besar tersebut, masih ditemukan berbagai permasalahan yang memengaruhi produktivitas petani dalam memenuhi permintaan pangan domestik yang terus meningkat setiap tahunnya.

Salah satu permasalah terbesar yang dihadapi petani kecil antara lain adalah minimnya pengetahuan agrikultur dan adaptasi teknologi yang rendah. Permasalahan ini juga menjadi salah satu paparan yang disampaikan oleh Ketua Umum HKTI Moeldoko.

“Petani kita, begitu ada teknologi mereka tidak semerta-merta mau menerima. Selain itu ada juga permasalahan pasca-panen, kalau kita bicara pasca-panen itu lossnya bisa 10%. Bisa dibayangkan kalau 10 hektare itu berarti satu per sepuluhnya hilang,” kata Moeldoko, dikutip Senin (27/3/2023).

Menanggapi permasalahan di atas, berbagai program pemberdayaan dan literasi petani seperti penguatan sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi pertanian dengan kurikulum pengembangan produk hasil pertanian menjadi kunci untuk meningkatkan kompetensi para petani dalam melakukan pengelolaan pertanian dan manajemen keuangan, terutama dalam konteks pertanian berkelanjutan.

Selain itu, adaptasi teknologi petani juga perlu dilakukan melalui pengembangan mesin pertanian yang sesuai dengan skala lahan kecil sehingga dapat mendukung produktivitas pertanian secara maksimal dengan juga memperhatikan keberlanjutan tanpa merusak kualitas lahan pada jangka panjang.

2. Sulitnya Akses Permodalan dan Ketergantungan Petani pada Pupuk dan Bibit Subsidi

Permasalahan kedua adanya keterbatasan akses dan ketergantungan tinggi petani akan pupuk dan bibit subsidi pemerintah yang dialokasikan secara terbatas. Kesulitan akses permodalan petani dalam membeli pupuk dan bibit berkualitas menyebabkan kebanyakan petani masih mengandalkan bantuan dari pemerintah.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1092 seconds (0.1#10.140)