Industri Baja Nasional Didorong Kuat Hadapi 3 Negara Ini

Rabu, 04 November 2015 - 20:24 WIB
Industri Baja Nasional Didorong Kuat Hadapi 3 Negara Ini
Industri Baja Nasional Didorong Kuat Hadapi 3 Negara Ini
A A A
JAKARTA - Dalam pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), industri baja nasional diharapkan mampu bersaing dengan industri baja dari tiga negara yaitu Thailand, Vietnam, dan Malaysia.

Karena itu, pemerintah terus berupaya memacu kinerja industri baja nasional agar menjadi sektor yang kuat dan mandiri.

"Skema pasar bebas tersebut memang memungkinkan kita untuk mengekspor baja ke negara-negara ASEAN, tapi di sisi lain potensi impor baja dari luar negeri juga akan semakin terbuka," kata Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika I Gusti Putu Suryawirawan dalam rilisnya, Jakarta, Rabu (4/11/2015).

Melalui berbagai program dan kebijakan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus mendorong pertumbuhan industri baja nasional serta meningkatkan penggunaan produk baja dalam negeri.

"Industri baja merupakan sektor strategis yang terus dikembangkan karena sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara, misalnya pembangunan fasilitas infrastruktur seperti jalan, jembatan, pelabuhan, maupun bandara," tutur Putu.

Dia juga memaparkan potensi industri baja di tiga negara ASEAN yang menjadi tantangan berat bagi Indonesia. Pertama, Thailand yang merupakan pasar baja terbesar di ASEAN dengan konsumsi mencapai 17,3 juta ton pada 2013.

Negara tersebut juga telah mendapat suntikan investasi dari Posco Galvanizing dengan kapasitas 450.000 ton per tahun. "Tentu ini tantangan bagi industri besi galvanis kita," ujarnya.

Kedua, Vietnam, di mana pasar baja negeri itu merupakan yang kedua terbesar di ASEAN dengan pertumbuhan tertinggi yaitu rata-rata di atas 20% selama tiga tahun terakhir. Konsumsi baja Vietnam mencapai 14,5 juta ton per tahun.

"Saat ini di Vietnam sedang dibangun fasilitas peleburan baja (blast furnace) Formosa Ha Tinh's dengan kapasitas mencapai 3,5 juta ton per tahun yang akan beroperasi akhirtahun ini atau minimal awal tahun depan," kata Putu.

Ketiga, Malaysia, pasar baja di negeri jiran itu mencapai 10,2 juta ton atau nomor empat terbesar di ASEAN setelah Indonesia. "Yang patut diwaspadai, negeri ini selalu mencatat pertumbuhan besi baja nasional dengan catatan positif," tegasnya.

Namun, saat ini kondisi industri baja nasional menunjukkan perkembangan positif dari tahun ke tahun. Tercatat sebanyak 352 perusahaan industri baja nasional yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi telah mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 200.000 orang dengan kapasitas produksi mencapai 14 juta ton per tahun.

Sementara, ekspor baja pada 2014 mencapai USD2,23 miliar atau naik 16,91% dibanding tahun sebelumnya senilai USD1,91 miliar. Sedangkan nilai impor baja pada tahun lalu tercatat sejumlah USD12,58 miliar, yang berarti turun 0,19% dibanding 2013 senilai USD12,6 miliar.

"Di sisi lain, kebutuhan baja domestik terus meningkat dari 7,4 juta ton pada 2009 menjadi 12,7 juta ton pada 2014, dan diprediksi terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi nasional," ungkap Putu.

Bahkan, BKPM mencatat sepanjang semester I/2015, terdapat 157 proyek investasi baja yang sedang melakukan konstruksi dengan nilai investasi Rp6,63 triliun dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 8.502 orang.

"Berkembangnya kinerja industri baja nasional tersebut diharapkan dapat menyeimbangkan neraca perdagangan di sektor tersebut," jelasnya.

Apalagi sudah ada sinyal baik terkait keseimbangan neraca perdagangan sektor baja, di mana impor baja pada periode Januari-Juni 2015 sebesar USD3,44 miliar, turun 21,04% dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar USD4,36 miliar.

Sebaliknya, ekspor baja pada periode Januari-Juni 2015 sebesar USD657,7 juta, naik 42,16% dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar USD462,6 juta.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1017 seconds (0.1#10.140)