Onduline Ajak Profesional Arsitektur Ciptakan Disain Atap Ramah Lingkungan

Sabtu, 15 April 2023 - 10:30 WIB
loading...
Onduline Ajak Profesional Arsitektur Ciptakan Disain Atap Ramah Lingkungan
PT Onduline Indonesia mengajak para profesional di bidang arsitektur menciptakan inovasi disain atap rumah atau bangunan berkelanjutan melalui sebuah kompetisi.
A A A
JAKARTA - Produsen atap ramah lingkungan Onduline, PT Onduline Indonesia mengajak para profesional di bidang arsitektur menciptakan inovasi disain atap rumah atau bangunan berkelanjutan (sustainable construction) melalui sebuah kompetisi.

Kompetisi desain atap bangunan hijau ( green building ) ini digelar sebagai wujud respon Onduline terhadap isu kualitas lingkungan yang makin merosot akibat sifat manusia yang konsumtif terhadap energi dan kegiatan yang memicu pemanasan global (global warming).

Kompetisi Onduline Green Rood Award (OGRA) 2023 Asia ini digagas sejak 2013. Hajatan dua tahunan ini telah dihelat keenam kali sepanjang 10 tahun terakhir. Selama kurun waktu itu telah didapatkan lebih dari 500 entri.

(Baca juga:Bung! Kota Medan Bakal Punya Pasar Berkonsep Green Building)

Kompetisi OGRA juga telah menjadi penghargaan disain terpenting di kawasan Asia Tenggara, sehingga tahun ini diputuskan untuk membawa sayembara ini ke level kawasan Asia untuk pertama kalinya, yang mencakup enam negara sekaligus, yaitu Indonesia, India, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Mengangkat tema “Tropical Passive Roof Design for Low Energy Houses”, peserta yang diharuskan memiliki pengalaman minimal 1 tahun di bidang arsitektur, desain interior, konstruksi, developer, konsultan perencana dan konsultan pelaksana, diharuskan membuat disain atap untuk rumah tinggal yang dikelola dengan strategi berkelanjutan.

Country Director PT Onduline Indonesia Esther Pane mengungkapkan, OGRA 2023 Asia terbuka untuk arsitek perorangan dan proyek, disainer, pengembang properti, pelaksana dan perancang bangunan yang memiliki tekat membuat perubahan besar dan inovatif di dunia disain Asia Pasifik.

(Baca juga:Terapkan Green Building, Ini Dia Penampakan Gedung Kementerian PUPR)

“Kami menggelar kompetisi ini untuk menampilkan bakat-bakat terbaik dalam disain dan inovasi, serta menyediakan platform bagi para arsitek dan disainer berbakat agar mereka bisa menampilkan karya dan proyek-proyek yang luar biasa,” ujarnya dalam siaran pers, Sabtu (15/4/2023).

Onduline berharap OGRA dapat menginspirasi lebih banyak arsitek dan mendapatkan lebih banyak karya yang masuk dari Indonesia. “Kami akan terus konsisten mengomunikasikan solusi Onduline yang hijau dengan Green Label Indonesia yang didapat untuk berbagai solusi atap, karena banyak kalangan arsitek yang kini tengah berjuang menyosialisasikan bangunan dan disain ramah lingkungan. OGRA menjadi momen tepat untuk mengapresiasi mereka,” jelas Esther.

Para juri yang merupakan jajaran arsitek internasional ternama akan memilih proyek yang paling menonjol. Di antaranya, Onduline Asia Pacific Director Olivier Guilly, Ketua Green Building Council Indonesia Iwan Prijanto, Principal Architect Archimetric Ivan Priatman, serta arsitek terkemuka, perencana kota, ahli lingkungan dari Filipina, Felino 'Jun' Palafox Jr.

Beberapa kriteria untuk dapat disebut sebagai green building, sekaligus menjadi poin penilaian karya disain antara lain hemat penggunaan air, tata guna lahannya baik, kualitas udara di dalam ruangan (indoor quality), material yang digunakan, termasuk pemakaian energi di dalam rumah.

Ketua Green Building Council Indonesia Iwan Prijanto mengatakan, suka tidak suka, saat ini Indonesia dan seluruh negara di dunia yang cenderung memiliki iklim tropis sudah seharusnya memasuki panggung hemat energi. Pengembang, arsitek, desainer interior, dan desainer bangunan lainnya diajak bersama-sama untuk mengembangkan bangunan hijau sebagai wujud tanggung jawab terhadap lingkungan.

“Yang dimaksud dengan hemat energi adalah jumlah energi yang dikonsumsi rumah setara dengan jumlah energi yang dihasilkan dari sumbernya sendiri, baik berupa panel surya maupun sumber energi terbarukan lainnya,” ujarnya.

(Baca juga:Gunakan Solar Panel, PDIP Sebut Kantor Partai Pertama Terapkan Green Building)

Jika tidak, lanjutnya, ini akan mengganggu ekosistem alam di bumi. Akibatnya, bencana alam terjadi di mana-mana, kualitas udara yang menurun juga dapat memberi dampak buruk bagi kesehatan manusia.

Ivan Priatman mengatakan sektor konstruksi berperan banyak menciptakan bangunan keberlanjutan itu, karena rumah tinggal adalah kegiatan yang mengonversi lahan terbuka menjadi perkerasan atau bangunan sekaligus memunculkan permukiman dan pusat-pusat pertumbuhan baru.

Kenyataannya, emisi karbon dari sektor bangunan lebih besar dibanding industri dan transportasi. Emisi karbon adalah penyebab utama pemanasan global berdampak paling buruk terhadap lingkungan hidup.

Arsitektur, kata Ivan, adalah manifestasi dari ide yang mengalir terus menerus dalam menciptakan pengalaman baru, ekspresi, dan impresi terhadap ruang, tidak sekadar bentuk dan fungsi. Maka itu, ramah lingkungan tidak hanya diidentikan dengan membuat sumur resapan, tidak pula sekadar menanam pohon dan tanaman perdu, tetapi juga ditunjukkan dengan pengurangan penggunaan listrik.

“Bentuk responnya terhadap lingkungan nantinya akan lebih banyak menggunakan sumber daya alam sekitar, seperti sinar matahari dan angin,” tukas Ivan.

Felino 'Jun' Palafox Jr. meyakini kompetisi ini akan meningkatkan kesadaran akan desain dan tata kota yang ramah lingkungan bagi para arsitek di Asia. “Ini adalah kesempatan emas bagi para arsitek muda dan senior yang bercita-cita tinggi untuk mulai berkontribusi membangun peradaban manusia lebih baik,” ungkapnya.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0904 seconds (0.1#10.140)