Yuk, Pegang Kata-Kata Menteri Edhy Soal Tambak dan Mangrove
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian dan Kelauatan dan Perikanan (KKP) mendorong peningkatan produktivitas tambak udang nasional , namun tetap harus menjaga kelestarian alam. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo usai meninjau tambak rakyat sekaligus panen parsial udang vaname di Desa Margasari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Lampung.
“Saya ke sana melihat cara teman-teman melakukan kegiatan budidaya, sekaligus menanam mangrove. Dua hal ini merupakan kunci pertahanan kita di pesisir. Itu kita menciptakan ekonomi, tapi tetap juga menjaga alam,” terang Menteri Edhy di Jakarta, Senin (20/7/2020).
Untuk menjaga pesisir tetap hijau, KKP menyerahkan bantuan lebih dari Rp480 juta untuk penanaman mangrove di seluas 40 hektare pesisir Lampung Timur. Menteri Edhy ingin keberadaan hutan mangrove tidak hanya menjaga ekosistem laut dan lingkungan pesisir, tapi juga punya manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui konsep silvofishery. ( Baca juga:Danrem 011 Lilawangsa Panen Udang Vaname Usaha Mandiri )
“Hutan mangrove bisa mendatangkan wisatawan, sejalan dengan itu masyarakat bisa menebar benih untuk budidaya. Bisa bandeng, kepiting, udang windu, dan perikanan lainnya,” terang Menteri Edhy.
Tak jarang, keberadaan tambak dianggap sebagai penyebab berkurangnya luasan hutan mangrove di Indonesia. Padahal, hutan mangrove punya peran penting dalam menjaga garis pantai dari ancaman abrasi, menjadi habitat aneka ragam burung dan biota laut, hingga melindungi permukiman pesisir dari hantaman gelombang tinggi. Menteri Edhy pun memastikan, ke depan tidak ada lagi penebangan hutan mangrove untuk dijadikan lahan tambak.
Sementara itu, untuk meningkatkan produktivitas, pihaknya akan berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam menerapkan teknologi semi intensif dan intensif di tambak-tambak yang ada di Lampung Timur. Sebagian besar tambak di sana pengelolaannya masih tradisional dengan hasil panen minim.
“Di sini ada tambak intensif yang per hektarenya bisa menghasilkan sampai 20 ton. Sedangkan tambak di sekitarnya yang tradisional hanya 500 kg per hektare,” terangnya.
“Saya ke sana melihat cara teman-teman melakukan kegiatan budidaya, sekaligus menanam mangrove. Dua hal ini merupakan kunci pertahanan kita di pesisir. Itu kita menciptakan ekonomi, tapi tetap juga menjaga alam,” terang Menteri Edhy di Jakarta, Senin (20/7/2020).
Untuk menjaga pesisir tetap hijau, KKP menyerahkan bantuan lebih dari Rp480 juta untuk penanaman mangrove di seluas 40 hektare pesisir Lampung Timur. Menteri Edhy ingin keberadaan hutan mangrove tidak hanya menjaga ekosistem laut dan lingkungan pesisir, tapi juga punya manfaat ekonomi bagi masyarakat melalui konsep silvofishery. ( Baca juga:Danrem 011 Lilawangsa Panen Udang Vaname Usaha Mandiri )
“Hutan mangrove bisa mendatangkan wisatawan, sejalan dengan itu masyarakat bisa menebar benih untuk budidaya. Bisa bandeng, kepiting, udang windu, dan perikanan lainnya,” terang Menteri Edhy.
Tak jarang, keberadaan tambak dianggap sebagai penyebab berkurangnya luasan hutan mangrove di Indonesia. Padahal, hutan mangrove punya peran penting dalam menjaga garis pantai dari ancaman abrasi, menjadi habitat aneka ragam burung dan biota laut, hingga melindungi permukiman pesisir dari hantaman gelombang tinggi. Menteri Edhy pun memastikan, ke depan tidak ada lagi penebangan hutan mangrove untuk dijadikan lahan tambak.
Sementara itu, untuk meningkatkan produktivitas, pihaknya akan berkolaborasi dengan pemerintah daerah dalam menerapkan teknologi semi intensif dan intensif di tambak-tambak yang ada di Lampung Timur. Sebagian besar tambak di sana pengelolaannya masih tradisional dengan hasil panen minim.
“Di sini ada tambak intensif yang per hektarenya bisa menghasilkan sampai 20 ton. Sedangkan tambak di sekitarnya yang tradisional hanya 500 kg per hektare,” terangnya.
(uka)