Saham Bank-bank di AS Ambrol Usai JP Morgan Beli First Republic
loading...
A
A
A
JAKARTA - Saham bank-bank di Amerika Serikat (AS) turun tajam usai JP Morgan beli First Republic Bank . Investor khawatir krisis perbankan yang mencengkeram pasar keuangan belum berakhir.
Penurunan berawal dari runtuhnya First Republic, yang disita oleh regulator AS dan dijual setelah para nasabah yang khawatir menarik lebih dari USD100 miliar. Ini adalah kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS dan yang ketiga sejak Maret.
Mengutip BBC, para pemegang saham kehilangan seluruh sahamnya, dan kini mengincar risiko bank-bank lain. PacWest Bancorp yang berbasis di California, yang telah berada di bawah pengawasan untuk pinjamannya kepada perusahaan-perusahaan yang didukung oleh modal ventura mengalami penurunan saham sebesar 28%.
Saham Western Alliance, yang berkantor pusat di Arizona turun 15%. Gejolak itu terjadi ketika sektor perbankan menyesuaikan dengan kenaikan suku bunga yang tajam.
Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga acuan dari mendekati nol pada Maret lalu menjadi lebih dari 4,75%. Diperkirakan akan mengumumkan kenaikan 0,25% lagi minggu ini.
Langkah-langkah tersebut berdampak pada ekonomi AS, yang dapat merugikan bank-bank karena bisnis dan rumah tangga mulai berjuang untuk melakukan pembayaran utang. Banyak analis mengkhawatirkan risiko yang mengintai bank di sektor properti komersial, yang telah terpukul oleh penurunan permintaan ruang kantor karena perluasan kerja jarak jauh.
Adapun kenaikan suku bunga telah membuat beberapa bank berada dalam posisi sulit, karena suku bunga yang lebih tinggi merugikan nilai pasar dari beberapa utang yang diterbitkan ketika biaya pinjaman lebih rendah. Kekhawatiran meningkat pada bulan Maret, ketika kepanikan yang dipicu oleh runtuhnya Silicon Valley Bank yang saat itu merupakan pemberi pinjaman terbesar ke-16 di AS telah memicu aksi jual saham bank secara global dan membuat banyak nasabah bank AS mengalihkan dana mereka ke perusahaan-perusahaan yang dianggap lebih aman.
Bank-bank besar terbukti menjadi pemenang, sementara perusahaan-perusahaan regional berada di bawah tekanan. Kekhawatiran tersebut merenggut Signature Bank dan akhirnya First Republic, yang tidak dapat bertahan dari kehilangan dana.
PacWest melaporkan bulan lalu bahwa simpanannya menyusut 16% dari akhir Desember hingga akhir Maret. Sementara saham Western Alliance turun 11%. Adapun kedua bank tersebut mengatakan bahwa mereka telah melihat deposito mulai meningkat lagi baru-baru ini karena kekhawatiran mereda.
Kepala eksekutif JP Morgan Chase Jamie Dimon berpendapat pembelian aset First Republic akan mengakhiri krisis.
"Bagian krisis ini sudah berakhir," katanya. "Di masa depan, ada suku bunga yang akan naik, real estat, resesi itu adalah masalah yang sama sekali berbeda, tetapi untuk saat ini, semua orang harus menarik napas dalam-dalam," kata Jamie.
Para analis mengatakan sistem perbankan AS yang memiliki lebih dari 4.000 bank bisa jadi akan mengalami gelombang konsolidasi karena ekonomi melemah. Mereka membandingkan situasi tersebut pada 1980-an ketika ratusan pemberi pinjaman ditutup setelah lengah karena kenaikan suku bunga yang tajam dan kredit properti komersial yang buruk.
"Ini terutama masalah suku bunga. Namun jika kita masuk ke dalam resesi, ini bisa menjadi pukulan ganda," ujar konsultan perbankan Bert Ely. "Saya pikir mungkin keadaan sudah sedikit lebih baik dibandingkan tahun 80-an, namun masih banyak ketidakpastian di luar sana," kata dia.
Penurunan berawal dari runtuhnya First Republic, yang disita oleh regulator AS dan dijual setelah para nasabah yang khawatir menarik lebih dari USD100 miliar. Ini adalah kegagalan bank terbesar kedua dalam sejarah AS dan yang ketiga sejak Maret.
Mengutip BBC, para pemegang saham kehilangan seluruh sahamnya, dan kini mengincar risiko bank-bank lain. PacWest Bancorp yang berbasis di California, yang telah berada di bawah pengawasan untuk pinjamannya kepada perusahaan-perusahaan yang didukung oleh modal ventura mengalami penurunan saham sebesar 28%.
Saham Western Alliance, yang berkantor pusat di Arizona turun 15%. Gejolak itu terjadi ketika sektor perbankan menyesuaikan dengan kenaikan suku bunga yang tajam.
Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga acuan dari mendekati nol pada Maret lalu menjadi lebih dari 4,75%. Diperkirakan akan mengumumkan kenaikan 0,25% lagi minggu ini.
Langkah-langkah tersebut berdampak pada ekonomi AS, yang dapat merugikan bank-bank karena bisnis dan rumah tangga mulai berjuang untuk melakukan pembayaran utang. Banyak analis mengkhawatirkan risiko yang mengintai bank di sektor properti komersial, yang telah terpukul oleh penurunan permintaan ruang kantor karena perluasan kerja jarak jauh.
Adapun kenaikan suku bunga telah membuat beberapa bank berada dalam posisi sulit, karena suku bunga yang lebih tinggi merugikan nilai pasar dari beberapa utang yang diterbitkan ketika biaya pinjaman lebih rendah. Kekhawatiran meningkat pada bulan Maret, ketika kepanikan yang dipicu oleh runtuhnya Silicon Valley Bank yang saat itu merupakan pemberi pinjaman terbesar ke-16 di AS telah memicu aksi jual saham bank secara global dan membuat banyak nasabah bank AS mengalihkan dana mereka ke perusahaan-perusahaan yang dianggap lebih aman.
Bank-bank besar terbukti menjadi pemenang, sementara perusahaan-perusahaan regional berada di bawah tekanan. Kekhawatiran tersebut merenggut Signature Bank dan akhirnya First Republic, yang tidak dapat bertahan dari kehilangan dana.
PacWest melaporkan bulan lalu bahwa simpanannya menyusut 16% dari akhir Desember hingga akhir Maret. Sementara saham Western Alliance turun 11%. Adapun kedua bank tersebut mengatakan bahwa mereka telah melihat deposito mulai meningkat lagi baru-baru ini karena kekhawatiran mereda.
Kepala eksekutif JP Morgan Chase Jamie Dimon berpendapat pembelian aset First Republic akan mengakhiri krisis.
"Bagian krisis ini sudah berakhir," katanya. "Di masa depan, ada suku bunga yang akan naik, real estat, resesi itu adalah masalah yang sama sekali berbeda, tetapi untuk saat ini, semua orang harus menarik napas dalam-dalam," kata Jamie.
Para analis mengatakan sistem perbankan AS yang memiliki lebih dari 4.000 bank bisa jadi akan mengalami gelombang konsolidasi karena ekonomi melemah. Mereka membandingkan situasi tersebut pada 1980-an ketika ratusan pemberi pinjaman ditutup setelah lengah karena kenaikan suku bunga yang tajam dan kredit properti komersial yang buruk.
"Ini terutama masalah suku bunga. Namun jika kita masuk ke dalam resesi, ini bisa menjadi pukulan ganda," ujar konsultan perbankan Bert Ely. "Saya pikir mungkin keadaan sudah sedikit lebih baik dibandingkan tahun 80-an, namun masih banyak ketidakpastian di luar sana," kata dia.
(nng)