Kinerja Manufaktur RI Naik ke 52,7, Kalahkan Jepang dan Malaysia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Purchasing Managers' Index (PMI) secara konsisten ekspansi 20 bulan berturut-turut. Indeks manufaktur April 2023 menguat ke 52,7 jika dibandingkan bulan sebelumnya di angka 51,9.
"Penguatan PMI manufaktur didorong oleh permintaan dalam negeri yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadhan dan Idul Fitri," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu melalui pernyataannya, Rabu (23/5/2023).
Dia mengatakan penguatan aktivitas produksi tercermin pada pembelian barang input untuk memenuhi permintaan tersebut. Peningkatan produksi juga ditandai dengan pembukaan lapangan kerja yang turut meningkat. Namun demikian, seiring dengan perlambatan ekonomi global, permintaan ekspor diindikasikan masih moderat.
"Sejalan dengan PMI Indonesia, PMI Manufaktur negara-negara ASEAN seperti Thailand dan Myanmar juga tercatat meningkat di bulan April, yaitu masing-masing di level 60,4 dan 57,4," ujar Febrio.
Sementara, PMI Jepang dan Malaysia masih terkontraksi di level 49,5 dan 48,8. Secara keseluruhan, sentimen bisnis pada sektor manufaktur tetap menunjukkan optimisme yang kuat dan tertinggi sejak November 2022.
Produsen memandang prospek pertumbuhan jangka pendek masih relatif baik untuk mendorong output produksi mereka di masa depan.
"Dengan optimisme ini, perkembangan pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan perlu dijaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan memberikan bantalan yang kuat dalam menghadapi risiko gejolak ekonomi global," ungkapnya.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
"Penguatan PMI manufaktur didorong oleh permintaan dalam negeri yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadhan dan Idul Fitri," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Kacaribu melalui pernyataannya, Rabu (23/5/2023).
Dia mengatakan penguatan aktivitas produksi tercermin pada pembelian barang input untuk memenuhi permintaan tersebut. Peningkatan produksi juga ditandai dengan pembukaan lapangan kerja yang turut meningkat. Namun demikian, seiring dengan perlambatan ekonomi global, permintaan ekspor diindikasikan masih moderat.
"Sejalan dengan PMI Indonesia, PMI Manufaktur negara-negara ASEAN seperti Thailand dan Myanmar juga tercatat meningkat di bulan April, yaitu masing-masing di level 60,4 dan 57,4," ujar Febrio.
Sementara, PMI Jepang dan Malaysia masih terkontraksi di level 49,5 dan 48,8. Secara keseluruhan, sentimen bisnis pada sektor manufaktur tetap menunjukkan optimisme yang kuat dan tertinggi sejak November 2022.
Produsen memandang prospek pertumbuhan jangka pendek masih relatif baik untuk mendorong output produksi mereka di masa depan.
"Dengan optimisme ini, perkembangan pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan perlu dijaga untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan memberikan bantalan yang kuat dalam menghadapi risiko gejolak ekonomi global," ungkapnya.
Lihat Juga: Bintang Porno Jepang yang Pasang Tarif Rp306 Juta untuk Seks Ditangkap dalam Operasi Hong Kong
(nng)