Harga Telur Mahal, Pemerintah Perlu Rerelaksasi Impor Jagung?

Rabu, 17 Mei 2023 - 19:43 WIB
loading...
Harga Telur Mahal, Pemerintah Perlu Rerelaksasi Impor Jagung?
Kenaikan harga telur yang terjadi selama hampir sepekan ini, salah satunya disebabkan oleh tingginya harga jagung yang merupakan bahan utama pakan ternak. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pemerintah perlu merelaksasi impor jagung untuk menstabilkan harga telur . Pasalnya, kenaikan harga telur yang terjadi selama hampir sepekan ini, salah satunya disebabkan oleh tingginya harga jagung yang merupakan bahan utama pakan ternak .

"Relaksasi impor diperlukan untuk merespons kebutuhan jagung untuk pakan ternak karena pasokan domestik belum mencukupi kebutuhan ini. Sayangnya impor jagung pakan ternak masih restriktif karena hanya terbuka untuk BUMN dengan API-U," terang Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi dalam keterangannya, Rabu (17/5/2023).



Dia memaparkan, data Kementerian Perdagangan pada 2023 menunjukkan, ada kenaikan harga jagung yang signifikan di tingkat petani sejak awal tahun 2023. Antara Januari dan Februari 2023, harga jagung di tingkat petani meningkat sebesar 45,57% dari Rp4.049/kg menjadi Rp5.894/kg.

"Harga tersebut semakin meningkat pada Maret 2023 mencapai Rp6.008/kg. Apalagi, harga jagung terbaru untuk peternak sudah melebihi Harga Acuan (HAP) Rp5.000/kg seperti yang ditunjukkan Peraturan Badan Pangan Nasional No.5/2022," terang Azizah.



Selain itu, lanjutnya, biaya transaksi yang tinggi yang harus ditanggung industri pemakai (peternak dan pabrik pakan) turut mempengaruhi harga jagung. Hal ini timbul karena panjangnya rantai distribusi domestik yang melibatkan petani jagung, pengepul, pedagang, dan penggilingan, sebelum tiba di industri pengguna.

"Jagung domestik juga kurang diminati industri pengolahan bahan makanan karena kadar air dan tingkat aflatoksin yang tinggi," imbuh Azizah.

Jagung domestik umumnya dipanen secara manual dengan tingkat kadar air yang masih tinggi, sebagian mencapai lebih dari 35 persen, lalu dikeringkan dengan cara dijemur dan disimpan dengan tingkat kadar air 16-17 persen.

Menurutnya, proses ini memakan waktu lama, rawan memunculkan pertumbuhan jamur dan dapat menimbulkan biaya tambahan untuk pengeringan.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0908 seconds (0.1#10.140)