IHSG Diramal Positif Jelang Rapat Dua Bank Sentral Pekan Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks harga saham gabungan ( IHSG ) diprediksi bergerak positif pada Senin (21/5/2023), melanjutkan rebound akhir pekan lalu. Sebelumnya indeks berakhir menguat 0,56% di 6.700.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia ( BI ) yang dijadwalkan pada Kamis depan (25/5/2023) menjadi perhatian para pelaku pasar untuk menilai kebijakan moneter BI terhadap inflasi.
"IHSG berpotensi lanjutkan rebound ke range 6.725-6.780, jika menjaga posisinya di atas level support 6.650," tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, dikutip Senin (22/5/2023).
BI berpeluang menurunkan suku bunga acuan mereka, sejalan dengan penurunan inflasi, sekaligus level defisit APBN yang telah kembali ke periode sebelum pandemi Covid-19.
"Dengan kemungkinan terburuk apabila BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%," terangnya.
Dari sisi eksternal, investor juga menantikan hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) dalam Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting Minutes.
The Fed diprediksi bakal kembali mengerek suku bunga acuan tetapi masih terbatas pada pertemuan Juni mendatang. Ini didasari pada inflasi yang lebih rendah, dengan sejumlah data makro pendukung lainnya.
Lebih jauh, kesepakatan Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan plafon utang juga memberi angin segar bagi pasar. Parlemen AS bakal mengambil voting atas kesepakatan pagu utang demi menghindari kemungkinan gagal bayar alias default.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia ( BI ) yang dijadwalkan pada Kamis depan (25/5/2023) menjadi perhatian para pelaku pasar untuk menilai kebijakan moneter BI terhadap inflasi.
"IHSG berpotensi lanjutkan rebound ke range 6.725-6.780, jika menjaga posisinya di atas level support 6.650," tulis Phintraco Sekuritas dalam risetnya, dikutip Senin (22/5/2023).
BI berpeluang menurunkan suku bunga acuan mereka, sejalan dengan penurunan inflasi, sekaligus level defisit APBN yang telah kembali ke periode sebelum pandemi Covid-19.
"Dengan kemungkinan terburuk apabila BI tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%," terangnya.
Dari sisi eksternal, investor juga menantikan hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve) dalam Federal Open Market Committee (FOMC) Meeting Minutes.
The Fed diprediksi bakal kembali mengerek suku bunga acuan tetapi masih terbatas pada pertemuan Juni mendatang. Ini didasari pada inflasi yang lebih rendah, dengan sejumlah data makro pendukung lainnya.
Lebih jauh, kesepakatan Pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk menaikkan plafon utang juga memberi angin segar bagi pasar. Parlemen AS bakal mengambil voting atas kesepakatan pagu utang demi menghindari kemungkinan gagal bayar alias default.
(uka)