Ini Kiat Ketahanan Finansial Saat Menghadapi Resesi

Jum'at, 24 Juli 2020 - 04:49 WIB
loading...
Ini Kiat Ketahanan Finansial Saat Menghadapi Resesi
Ilustrasi UMKM. Foto/Dok Kemenparekraf
A A A
JAKARTA - Era pandemi Covid-19, banyak elemen-elemen usaha yang mengalami penurunan. Hal ini dapat menyebabkan krisis ekonomi (resesi) di Indonesia. Kiat dalam ketahanan finansial di era pandemi adalah dengan hidup sederhana sesuai kebutuhan.

Auditor Internal PT Phapros Tbk Achmad Faiz Falachi mengatakan nilai-nilai kebersahajaan sebagai karakteristik bangsa Indonesia harus kembali ditumbuhkan. Sejarah mencatat, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dapat bertahan selama krisis yang pernah terjadi di Indonesia.

“UMKM memiliki karakteristik unik, dan dapat bertahan di tengah krisis melanda Indonesia. Saya yakin, kesulitan ekonomi di era pandemi ini, UMKM tetap dapat bertahan dan beradaptasi walau cukup sulit,” jelas Faiz dala acara bertema ‘Ketahanan Financial di Era Pandemi Covid-19’ di Jakarta, Kamis (23/7/2020).

Menurut dia, krisis ekonomi dapat dikatakan sebagai siklus dari penerapan konsep ekonomi yang ada. Penyebab krisis moneter yaitu adanya kesenjangan produktifitas, stok utang luar negeri swasta yang besar dan berjangka pendek, adanya kelemahan sistem perbankan di suatu negara, ketergantungan pada utang luar negeri, perkembangan situasi politik yang makin menghangat akibat krisis ekonomi sehingga arah politik tak menentu.

Dia pun berharap para pelaku UMKM di Indonesia tidak putus asa dan pantang menyerah. Mengingat, UMKM dalam operasionalnya menetapkan nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia. Misalkan usaha gorengan mendoan, semua orang bebas menjual menu gorengan mendoan tinggal selera konsumen mau pilih warung yang mana. (Baca juga: Maling Rokok di Warung Diinjak-injak Warga Terekam Video Amatir )

“Tidak ada pelaku UMKM yang mempatenkan mendoan. Di situlah unsur berbagi rejeki, merasa cukup bagian dari warisan karakter bangsa Indonesia,” tambahnya.

Dalam kegiatan webinar tersebut diikuti peserta sebanyak 1.537 orang dari berbagai kalangan yaitu pegawai pemerintah (BPK RI, Inspektorat Provinsi, Irjen Kementerian Keuangan), pelaku pasar modal (beberapa sekuritas, PIPM BEI), akademisi, mahasiswa dan pelaku usaha lainnya.

Acara ini turut menghadirkan narasumber, Prof. Harry Azhar Aziz, MA, Phd, CSFA (BPK RI), Haryajid Ramelan (Dirut PT TAP Kapital Indonesia dan Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar Modal), Achmad Faiz Falachi (Auditor Internal PT.Phapros Tbk. Kimia Farma Group).

Dalam kesempatan yang sama, Harry Azhar Azis memberikan informasi bahwa anggaran penanggulangan Covid-19 ini terus berkembang. Sejak bulan Maret sampai dengan Juli ini. Di angka Rp121,3 triliun pada Maret 2020 menjadi Rp695,2 triliun pada 16 juni 2020 atau naik 473% dengan perincian anggaran untuk kesehatan (Rp87,55 triliun), perlindungan sosial (Rp203,90 triliun), Sektoral K/L & Pemda (Rp106,11 triliun), UMKM (Rp123,46 triliun), Pembiayaan Korporasi (Rp53,57 triliun) dan untuk insentif usaha (Rp120,61 triliun).

Harry Azhar Azis juga menyinggung alokasi anggaran penanganan Covid-19 di Kota Semarang sebesar Rp79,49 miliar. Indonesia juga dihadapi tantangan besar dalam krisis Covid-19 yaitu hutang Indonesia negara membengkak menurut data BI menunjukkan utang luar negeri Indonesia pada bulan april 2020 sebesar USD400,2 miliar atau Rp5.800 triliun dengan kurs Rp14.800 per 8 juli 2020 (BI, Juli 2020) sehingga utang luar negeri Indonesia tubuh 2,9% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada maret 2020 sebesar 0,6% (yoy).
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0842 seconds (0.1#10.140)