Bangkit dari Keterpurukan, Ini Jurus Ampuh Pelaku Industri Bandara
loading...
A
A
A
Kesepakatan yang ketiga yakni pengembangan bisnis non-aeronatika. Para pelaku industri penerbangan diminta mengeksploitasi bisnis non-aeronatika yang selama ini belum digarap optimal. Meningkatnya bisnis non-aeronautika dapat mengompensasi penurunan bisnis aeronautika yang tertekan pandemi.
Pendapatan non-aeronautika dapat digenjot dengan memaksimalkan dan mengoptimalkan aset yang ada di luar bandara maupun di dalam bandara. Misalnya melalui pengembangan konsep aerotropolis.
CEO Oman Airports Sheikh Aimen Al Hosni mengatakan konsep Single Token Journey cukup penting untuk diterapkan apalagi di tengah pandemi. Mulai dari curbside hingga (penumpang) berada di kursi pesawat. “Apakah mereka membawa bagasi atau hanya barang bawaan, bisa dilakukan secara automated termasuk koridor imigrasi,” kata Sheikh Aimen Al Hosni. (Baca juga: FPI Gerebek Kafe di Makassar, Ratusan Botol Miras Disita)
Sementara itu PT Angkasa Pura I (AP I) menyiapkan sejumlah strategi untuk menghemat kas perusahaan akibat pandemi Covid-19. Sampai saat ini jumlah penumpang pesawat pesawat di bandara masih sepi.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan pihaknya menyiapkan penanganan krisis industri penerbangan dengan mengutamakan sektor kesehatan serta menyelamatkan sektor perekonomian melalui diskusi dengan pihak maskapai.
Faik menyebutnya dengan strategi bertahan atau survival strategy meningkatkan portofolio bisnis di luar penerbangan. “Termasuk pengoperasian freighter cargo, tadinya enggak punya sekarang kita punya. Ini bagian dari program untuk memanfaatkan angkutan logistik. Kita charter dengan Pelita Air yang sekarang punya penerbangan sembilan kali per minggu,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, cost leadership di mana perusahaan mengurangi beban biaya yang muncul di operasional yang sifatnya tidak esensial. Terkait cost leadership, dikurangi beban biaya yang muncul di operasional sambil diperhatikan tipe biaya yang muncul. (Baca juga: DKI Akan Wajibkan Pengunjung Tempat Hiburan Malam Lakukan Swab Test)
Jadi, ada biaya-biaya yang sifatnya nonesensial bisa dipotong sampai 100%. Yang sifatnya kontributor ke operasional sampai 80%. “Tapi yang sifatnya esensial seperti safety, securty itu jadi mandatori di angkutan udara kita kurangi 20% dan yang terkait akselerator ini yang bisa beri kontribusi pendapatan lebih besar kurang 20%,” ujarnya.
Upaya tersebut, AP I bisa menghemat biaya sebesar 32% yang sangat berpengaruh signifikan ke depan. Saat ini, trafik penumpang di bandara AP I turun signifikan. Pada Mei lalu jumlah penumpang hanya 75.000 orang atau turun 99% dari kondisi normal di mana bisa mencapai 7,5 juta orang.
Seiring adanya masa adaptasi kebiasaan baru (new normal), terhitung pada 19 Juli ini ada pertumbuhan untuk trafik penerbangan yakni 35%. Namun trafik penumpang masih jauh di kisaran 17%. (Lihat videonya: Untuk Kedua Kalinya Seorang Ibu Muda Tega Menjual Bayinya)
Pendapatan non-aeronautika dapat digenjot dengan memaksimalkan dan mengoptimalkan aset yang ada di luar bandara maupun di dalam bandara. Misalnya melalui pengembangan konsep aerotropolis.
CEO Oman Airports Sheikh Aimen Al Hosni mengatakan konsep Single Token Journey cukup penting untuk diterapkan apalagi di tengah pandemi. Mulai dari curbside hingga (penumpang) berada di kursi pesawat. “Apakah mereka membawa bagasi atau hanya barang bawaan, bisa dilakukan secara automated termasuk koridor imigrasi,” kata Sheikh Aimen Al Hosni. (Baca juga: FPI Gerebek Kafe di Makassar, Ratusan Botol Miras Disita)
Sementara itu PT Angkasa Pura I (AP I) menyiapkan sejumlah strategi untuk menghemat kas perusahaan akibat pandemi Covid-19. Sampai saat ini jumlah penumpang pesawat pesawat di bandara masih sepi.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan pihaknya menyiapkan penanganan krisis industri penerbangan dengan mengutamakan sektor kesehatan serta menyelamatkan sektor perekonomian melalui diskusi dengan pihak maskapai.
Faik menyebutnya dengan strategi bertahan atau survival strategy meningkatkan portofolio bisnis di luar penerbangan. “Termasuk pengoperasian freighter cargo, tadinya enggak punya sekarang kita punya. Ini bagian dari program untuk memanfaatkan angkutan logistik. Kita charter dengan Pelita Air yang sekarang punya penerbangan sembilan kali per minggu,” katanya.
Selain itu, lanjut dia, cost leadership di mana perusahaan mengurangi beban biaya yang muncul di operasional yang sifatnya tidak esensial. Terkait cost leadership, dikurangi beban biaya yang muncul di operasional sambil diperhatikan tipe biaya yang muncul. (Baca juga: DKI Akan Wajibkan Pengunjung Tempat Hiburan Malam Lakukan Swab Test)
Jadi, ada biaya-biaya yang sifatnya nonesensial bisa dipotong sampai 100%. Yang sifatnya kontributor ke operasional sampai 80%. “Tapi yang sifatnya esensial seperti safety, securty itu jadi mandatori di angkutan udara kita kurangi 20% dan yang terkait akselerator ini yang bisa beri kontribusi pendapatan lebih besar kurang 20%,” ujarnya.
Upaya tersebut, AP I bisa menghemat biaya sebesar 32% yang sangat berpengaruh signifikan ke depan. Saat ini, trafik penumpang di bandara AP I turun signifikan. Pada Mei lalu jumlah penumpang hanya 75.000 orang atau turun 99% dari kondisi normal di mana bisa mencapai 7,5 juta orang.
Seiring adanya masa adaptasi kebiasaan baru (new normal), terhitung pada 19 Juli ini ada pertumbuhan untuk trafik penerbangan yakni 35%. Namun trafik penumpang masih jauh di kisaran 17%. (Lihat videonya: Untuk Kedua Kalinya Seorang Ibu Muda Tega Menjual Bayinya)