Bos Garuda: Tanpa Penumpang, Keuangan Makin Babak Belur
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Irfan Setiaputra mencatat, yang bisa menyelamatkan Garuda Indonesia adalah penumpang. Bahkan, bantuan pemerintah dalam skema dana talangan senilai Rp8,5 triliun hanya bisa memperpanjang napas perseroan saja.
"Saya selalu bicara ke mana-mana bahwa yang bisa menyelamatkan Garuda dari situasi sekarang hanya penumpang. Pemerintah bantu dana cuma sementara," ujar Irfan saat Webinar, Jumat (24/7/2020).
Menurut dia, Garuda memang mendapat dana talangan dengan skema mandatory convertible bond senilai Rp8,5 triliun. Bantuan bertenor tiga tahun diberikan guna membangkitkan kembali maskapai plat merah itu dari keterpurukan finansial akibat pandemi Covid-19. Namun begitu, yang bisa me-recovery perseroan hanyalah penumpang.
"Pemerintah ketika membantu dana itu cuma sementara. Yang akan memastikan Garuda recovery itu penumpang. Itu yang selalu kami kampanyekan," ujarnya.
Irfan menjelaskan situasi pandemi sangat menantang. Pada Mei tahun ini, okupansi penumpang dicatat perseroan tinggal 10 persen. Kondisi itu, mengakibatkan emiten berkode GIAA harus melakukan sejumlah efisiensi seperti percepatan masa kerja karyawan kontrak, pemotongan gaji pegawai sampai direksi dan komisaris, serta penawaran pensiun dini. "Saat in sudah lebih dari 400 orang yang mengambil pensiun dini," ungkapnya.
Untuk mempertahankan bisnis penerbangan, Garuda juga menggencarkan angkutan kargo. Dalam waktu dekat, Garuda akan merilis layanan angkutan pengiriman kilat yang bisa mengantar makanan dari kota ke kota selama setengah hari. Perseroan juga menerbangkan lebih dari sepuluh pesawat barang setiap hari. "Kami pun kedatangan pesawat freighter dua unit," jelasnya.
Selain itu, Garuda, lanjut Irfan, berupaya memastikan protokol kesehatan, terutama di dalam pesawat, terpenuhi. Protokol antara lain, jaga jarak yang diterapkan dengan mengosongkan kursi tengah untuk kelas ekonomi dan kursi bisnis hanya diisi untuk satu orang.
"Saya selalu bicara ke mana-mana bahwa yang bisa menyelamatkan Garuda dari situasi sekarang hanya penumpang. Pemerintah bantu dana cuma sementara," ujar Irfan saat Webinar, Jumat (24/7/2020).
Menurut dia, Garuda memang mendapat dana talangan dengan skema mandatory convertible bond senilai Rp8,5 triliun. Bantuan bertenor tiga tahun diberikan guna membangkitkan kembali maskapai plat merah itu dari keterpurukan finansial akibat pandemi Covid-19. Namun begitu, yang bisa me-recovery perseroan hanyalah penumpang.
"Pemerintah ketika membantu dana itu cuma sementara. Yang akan memastikan Garuda recovery itu penumpang. Itu yang selalu kami kampanyekan," ujarnya.
Irfan menjelaskan situasi pandemi sangat menantang. Pada Mei tahun ini, okupansi penumpang dicatat perseroan tinggal 10 persen. Kondisi itu, mengakibatkan emiten berkode GIAA harus melakukan sejumlah efisiensi seperti percepatan masa kerja karyawan kontrak, pemotongan gaji pegawai sampai direksi dan komisaris, serta penawaran pensiun dini. "Saat in sudah lebih dari 400 orang yang mengambil pensiun dini," ungkapnya.
Untuk mempertahankan bisnis penerbangan, Garuda juga menggencarkan angkutan kargo. Dalam waktu dekat, Garuda akan merilis layanan angkutan pengiriman kilat yang bisa mengantar makanan dari kota ke kota selama setengah hari. Perseroan juga menerbangkan lebih dari sepuluh pesawat barang setiap hari. "Kami pun kedatangan pesawat freighter dua unit," jelasnya.
Selain itu, Garuda, lanjut Irfan, berupaya memastikan protokol kesehatan, terutama di dalam pesawat, terpenuhi. Protokol antara lain, jaga jarak yang diterapkan dengan mengosongkan kursi tengah untuk kelas ekonomi dan kursi bisnis hanya diisi untuk satu orang.
(nng)