Perlu Sense of Crisis untuk Antisipasi Ancaman Resesi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wabah covid 19 sekarang ini menimbulkan banyak anggapan bahwa badai resesi segera tiba. Padahal, resesi merupakan sebuah kenormalan baru sebab bukan hanya di Indonesia, banyak negara lain juga mengalami situasi serupa.
"Yang perlu kita siapkan itu menjaga sektor riil dan stabilitas sistem keuangan. Kalau kita menjaga sektor riil agar tidak kolap maka kita bisa menyelamatkan sektor keuangan," kata Direktur Riset CORE Indonesia, di Jakarta, Jumat (24/7/2020)
Jika sektor keuangan bisa selamat, maka ketika wabah covid 19 sudah berlalu ekonomi Indonesia akan siap untuk recovery. Pasalnya, sektor keuangan akan kembali menyalurkan kreditnya untuk menggerakkan ekonomi. ( Baca juga:Bank Sentral Siapkan Keran buat Bank yang Kehausan Likuiditas )
"Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah melakukan tugasnya dengan baik, yakni adanya program restrukrisasi kredit. Karena apa? Karena sangat riskan kalau bank dipaksa untuk menyalurkan kredit di tengah covid. Banyak moral hazzard-nya," beber dia.
Menurut Piter, menjaga sektor riil ini perlu upaya ekstra karena persoalan saat ini ada pada dunia usaha. "Makanya ini perlu ada sense of crisis dari pengambil kebijakan dengan melakukan terobosan," katanya.
Disamping itu, yang Indonesia butuhkan saat ini adalah injeksi likuiditas yang luar biasa. Lebih baik perbankan kelebihan likuiditas daripada kekurangan.
"Kalau kekurangan injeksi maka akan ada risiko di sektor riil dan dapat merambat ke sektor keuangan sehingga menimbulkan potensi resesi. Lalu ada bank gagal yang merebak sangat cepat sehingga bahaya yang kita hadapi belipat-lipat," jelas Piter.
Jadi yang perlu dilakukan sekarang adalah menjaga dunia usaha agar selamat dan bertahan sehingga stabilitas sistem keuangan Indonesia akan terjaga.
"Yang perlu kita siapkan itu menjaga sektor riil dan stabilitas sistem keuangan. Kalau kita menjaga sektor riil agar tidak kolap maka kita bisa menyelamatkan sektor keuangan," kata Direktur Riset CORE Indonesia, di Jakarta, Jumat (24/7/2020)
Jika sektor keuangan bisa selamat, maka ketika wabah covid 19 sudah berlalu ekonomi Indonesia akan siap untuk recovery. Pasalnya, sektor keuangan akan kembali menyalurkan kreditnya untuk menggerakkan ekonomi. ( Baca juga:Bank Sentral Siapkan Keran buat Bank yang Kehausan Likuiditas )
"Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sudah melakukan tugasnya dengan baik, yakni adanya program restrukrisasi kredit. Karena apa? Karena sangat riskan kalau bank dipaksa untuk menyalurkan kredit di tengah covid. Banyak moral hazzard-nya," beber dia.
Menurut Piter, menjaga sektor riil ini perlu upaya ekstra karena persoalan saat ini ada pada dunia usaha. "Makanya ini perlu ada sense of crisis dari pengambil kebijakan dengan melakukan terobosan," katanya.
Disamping itu, yang Indonesia butuhkan saat ini adalah injeksi likuiditas yang luar biasa. Lebih baik perbankan kelebihan likuiditas daripada kekurangan.
"Kalau kekurangan injeksi maka akan ada risiko di sektor riil dan dapat merambat ke sektor keuangan sehingga menimbulkan potensi resesi. Lalu ada bank gagal yang merebak sangat cepat sehingga bahaya yang kita hadapi belipat-lipat," jelas Piter.
Jadi yang perlu dilakukan sekarang adalah menjaga dunia usaha agar selamat dan bertahan sehingga stabilitas sistem keuangan Indonesia akan terjaga.
(uka)