Masuk Daftar Forbes Global 2000, Ini Sejarah Garuda Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk berhasil masuk dalam peringkat Forbes The Global 2000 pada tahun 2023. Hal ini membuat emiten berkode saham GIAA itu menjadi satu-satunya perusahaan transportasi nasional yang masuk dalam pemeringkatan bergengsi tersebut.
Dilansir dari laman resmi Forbes, Garuda Indonesia menduduki posisi 1572 dalam The Global 2000. Tercatat pendapatan maskapai pelat merah itu sebesar USD2,1 miliar, aset sekitar USD6,2 miliar, dan keuntungan USD3,7 miliar.
Masuknya Garuda Indonesia dalam peringkat ini menjadi pembuktian bahwa maskapai penerbangan tersebut selalu melakukan optimalisasi setelah dilakukannya restrukturisasi.
Maskapai KLM-IIB (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij- Inter-Insulair Bedrijf) inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya PT Garuda Indonesia.
Menurut laman Garuda Indonesia, Pada 21 Desember 1949 dilaksanakan perundingan lanjutan dari hasil KMB antara pemerintah Indonesia dengan maskapai KLM mengenai berdirinya sebuah maskapai nasional.
Dari situlah Presiden Soekarno memilih dan memutuskan “Garuda Indonesian Airways” (GIA) sebagai nama maskapai ini.
Penerbangan pertama pesawat yang telah resmi menjadi milik Indonesia ini terjadi pada tanggal 28 Desember 1949. Jenis DC-3 dengan logo Garuda Airways untuk pertama kalinya melintas di langit Tanah Air dalam rangka membawa Presiden Soekarno beserta jajarannya dari Yogyakarta menuju Jakarta.
Pada tahun-tahun awal maskapai ini beroperasi, pesawat Garuda diterbangkan oleh pilot-pilot KLM karena pada waktu itu belum ada tenaga pilot dan teknisi bangsa Indonesia.
Tepatnya pada tahun 1950, Garuda Indonesia menyandang predikat sebagai perusahaan negara. Pada periode tersebut, maskapai Indonesia ini mengoperasikan armada dengan jumlah pesawat sebanyak 38 buah. Pesawat-pesawat tersebut terdiri dari 22 DC-3, 8 Catalina kapal terbang, and 8 Convair 240.
Barulah pada 1951, Garuda Indonesian Airways merekrut calon penerbang anak bangsa untuk mengikuti pendidikan penerbang.
Dilansir dari laman resmi Forbes, Garuda Indonesia menduduki posisi 1572 dalam The Global 2000. Tercatat pendapatan maskapai pelat merah itu sebesar USD2,1 miliar, aset sekitar USD6,2 miliar, dan keuntungan USD3,7 miliar.
Masuknya Garuda Indonesia dalam peringkat ini menjadi pembuktian bahwa maskapai penerbangan tersebut selalu melakukan optimalisasi setelah dilakukannya restrukturisasi.
Sejarah Garuda Indonesia
Penandatanganan perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 1949 membuat Belanda wajib menyerahkan seluruh kekayaan pemerintah Hindia Belanda kepada pemerintahan Republik Indonesia Serikat (RIS) termasuk maskapai KLM-IIB (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij- Interinsulair Bedrijf).Maskapai KLM-IIB (Koninklijke Luchtvaart Maatschappij- Inter-Insulair Bedrijf) inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya PT Garuda Indonesia.
Menurut laman Garuda Indonesia, Pada 21 Desember 1949 dilaksanakan perundingan lanjutan dari hasil KMB antara pemerintah Indonesia dengan maskapai KLM mengenai berdirinya sebuah maskapai nasional.
Dari situlah Presiden Soekarno memilih dan memutuskan “Garuda Indonesian Airways” (GIA) sebagai nama maskapai ini.
Penerbangan pertama pesawat yang telah resmi menjadi milik Indonesia ini terjadi pada tanggal 28 Desember 1949. Jenis DC-3 dengan logo Garuda Airways untuk pertama kalinya melintas di langit Tanah Air dalam rangka membawa Presiden Soekarno beserta jajarannya dari Yogyakarta menuju Jakarta.
Pada tahun-tahun awal maskapai ini beroperasi, pesawat Garuda diterbangkan oleh pilot-pilot KLM karena pada waktu itu belum ada tenaga pilot dan teknisi bangsa Indonesia.
Tepatnya pada tahun 1950, Garuda Indonesia menyandang predikat sebagai perusahaan negara. Pada periode tersebut, maskapai Indonesia ini mengoperasikan armada dengan jumlah pesawat sebanyak 38 buah. Pesawat-pesawat tersebut terdiri dari 22 DC-3, 8 Catalina kapal terbang, and 8 Convair 240.
Barulah pada 1951, Garuda Indonesian Airways merekrut calon penerbang anak bangsa untuk mengikuti pendidikan penerbang.