Future Financial Festival 2020, Mengajak untuk Melek Finansial

Jum'at, 24 Juli 2020 - 23:20 WIB
loading...
Future Financial Festival...
Future Financial Festival 2020 diharapkan bisa menjadi inspirasi, sarana hiburan masyarakat juga menjadi lebih perduli terhadap isu-isu ekonomi yang dihadapi
A A A
JAKARTA - Mau merdeka secara finansial, lebih produktif dan sekaligus juga berkontribusi secara langsung terhadap perekonomian Indonesia? Future Financial Festival 2020 berbasis online, hadir pada 25 – 26 Juli 2020 dengan menampilkan berbagai pakar, dan hiburan dari musisi Tanah Air. Diorganisir oleh Samara Live, dan didukung oleh Bank BRI, DBS, Phillip Sekuritas, Prudential, dan UBS sebagai alternatif format baru untuk Industri live event festival finansial di Indonesia, ditengah transisi era New Normal COVID-19 untuk mengajak generasi muda menjadi generasi yang merdeka secara finansial, lebih produktif dan ikut serta membuat perubahan untuk ekonomi Indonesia.

Virtual Press conference Future Financial Festival 2020 telah diselenggarakan Jumat pagi, 24 Juli 2020. Dimoderatori oleh Aurellio Kaunang dan dihadiri para pembicara, Ben Soebiakto (Founder & Group CEO Samara Media & Entertainment), Aakar Abyasa (Founder Jouska), dan Nicky Hogan (Penulis dan Direktur Pengembangan BEI 2015 – 2018).

Ben Soebiakto, Founder & Group CEO Samara Media & Entertainment mengungkapkan, setelah Ideafest, dan Live Stream Fest, Samara Live kembali hadir dengan sebuah gebrakan baru yaitu Future Financial Festival 2020 (FFF). Sebuah event berbasis online untuk mengajak Milenial dan juga Gen Z untuk lebih paham dunia finansial. Mengangkat hashtag #GenerasiAntiWacana sebagai sebuah ajakan untuk generasi muda untuk bisa melek secara finansial. "Misinya adalah agar lebih banyak generasi Milenial dan gen Z yang paham dunia finansial, sehingga bisa ikut berperan aktif dan bisa berkontribusi kepada dunia perekonomian Indonesia," papar Ben yang menargetkan 50 ribu orang akan berpartisipasi dalam acara ini.

Aakar Abiyasa, salah satu pembicara di Future Financial Festival 2020, membahas tentang New Normal, new behaviour: A practical solution for Millenials to survive in this tough economic times” mengatakan, "Dengan adanya pemberitaan miring yang terjadi saat ini membuat saya semakin yakin bahwa finansial literasi memang sangat dibutuhkan di Indonesia saat ini terutama untuk Milenial dan Gen Z."

Aakar juga menambahkan, di masa pandemi dan pasca pandemi, keadaan tak akan sama lagi. Solusinya, dibutuhkan peningkatan skill dan finansial literasi. "Agar kita bisa fight back dan adaptasi," kata Aakar.

Nicky Hogan, yang juga menjadi pembicara di Future Financial Festival 2020, dan hadir dalam virtual press conference, menyarankan agar generasi Milenial mulai memikirkan investasi. "Semakin muda memulai berinvestasi semakin menguntungkan di masa depan. Jangan sampai tidak menikmati bonus demografi karena tidak melek finansial," kata Nicky.

Nicky juga mengingatkan untuk memahami semua aspek-aspek investasi. "Misalnya investasi saham berarti Anda menjadi pemilik perusahaan. Hadapi masa-masa perusahaan naik turun, karena investasi adalah jangka panjang, bukan spekulasi," tambah Nicky yang menekankan tidak ada kata terlambat untuk memulai investasi.

Pada tahun 2045, Indonesia diprediksi akan mengalami bonus demografi, suatu kondisi dimana jumlah penduduk usia produktif (berusia 15-64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak produktif (berusia dibawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Saat ini, ada 32% Milenial dan 33% Gen Z dari total 226 juta jiwa masyarakat di Indonesia. Artinya, jika para Milenial dan Gen Z ini dapat menggali potensi yang ada pada diri mereka dan menjadi masyarakat produktif ditambah dengan literasi yang baik mengenai keuangan dan ekonomi, maka di tahun 2045, tepat 100 tahun kemerdekaan Indonesia, impian untuk menjadi salah satu negara dengan perekonomian terkuat menjadi tidak mustahil.

Tentu saja untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan bantuan segala pihak. Dimulai dari masyarakatnya terlebih dulu. Jika Milenial maupun Gen Z memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai pengelolaan keuangan yang baik, familiar dengan berbagai instrument keuangan dan juga paham mengenai ekonomi dasar, maka setiap keputusan akan diambil berdasarkan fakta maupun data dan bukan hanya dari opini dan emosi semata. Masalah seperti tingkat rasio menabung yang rendah bisa diatasi seiring dengan meningkatnya level literasi keuangan masyarakat. Ketika rasio menabung bertambah, maka institusi keuangan seperti Bank pun akan memiliki dana untuk diputar kembali ke masyarakat melalui kegiatan usaha dan tentunya hal ini akan berpengaruh pada roda perekonomian secara keseluruhan. Tidak hanya Bank, masyarakat juga sebenarnya memiliki banyak opsi lain untuk menyimpan maupun mengembangkan dananya tetapi di waktu yang bersamaan juga membantu negara ataupun mendukung perekonomian.

Bonus demografi ini harus dimanfaatkan sebaiknya oleh semua pihak. Sudah waktunya kita untuk berkolaborasi dan melakukan regenerasi. Pemerintah maupun swasta bergandengan tangan dan saling mendukung untuk menciptakan ekosistem industri yang semakin baik untuk kemajuan Indonesia. Masyarakat juga harus segera belajar untuk beradaptasi dengan banyaknya perubahan
dari kebijakan makro, perilaku pelanggan dan kecepatan inovasi dibidang teknologi. Jangan sampai masyarakat kita tidak menjadi tuan di rumah di negara sendiri karena keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki tidak sesuai dengan permintaan yang dibutuhkan dalam dunia pekerjaan. Tongkat estafet dari generasi sebelumnya perlu diserahkan kepada orang-orang yang tepat dan mampu membawa perubahan berarti bagi negara ini.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1714 seconds (0.1#10.140)