Kekuatan Baru Penantang Dominasi AS, Ini Pengaruh BRICS ke Supply Chain Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - BRICS yang berisikan negara-negara berkembang seperti Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan memainkan peran penting dalam ekonomi global. Negara-negara ini terus tumbuh dan menjadi pemain utama dalam industri manufaktur, rantai pasokan global (Supply Chain Global), serta logistik.
Negara-negara BRICS memiliki populasi gabungan lebih dari 3 miliar orang dan PDB melewati USD20 triliun. Berikut adalah beberapa contoh nyata dampak BRICS terhadap Supply Chain Global hingga manufaktur.
Pada tahun 2016, China menyumbang 28,2% dari output manufaktur global, diikuti oleh Amerika Serikat (16,6%), Jepang (9,7%), dan Jerman (7,1%). Pada 2017, negara-negara BRICS mengimpor barang senilai total USD2,4 triliun atau meningkat dari USD1,8 triliun pada tahun 2010.
Negara-negara BRICS juga pengekspor utama komoditas, seperti minyak, gas, dan logam. Pada 2017, mereka menyumbang 40% ekspor minyak global, 25% ekspor gas global, dan 15% ekspor logam global.
Negara-negara BRICS juga merupakan pemain utama dalam industri logistik. Pada 2017, China memiliki pelabuhan peti kemas terbesar di dunia, Shanghai, dan India memiliki jaringan kereta api terbesar di dunia.
Munculnya India sebagai pusat manufaktur di luar China merupakan tren utama dalam ekonomi global. India memiliki sejumlah keunggulan yang menjadikannya tujuan menarik untuk manufaktur, termasuk tenaga kerja yang besar dan berkembang, biaya tenaga kerja rendah, dan lingkungan bisnis yang menguntungkan.
Pertumbuhan BRICS juga punya efek signifikan pada sektor manufaktur. Negara-negara ini menjadi produsen utama berbagai macam barang, termasuk mobil, elektronik, dan tekstil.
Faktanya, China sekarang menjadi produsen barang terkemuka di dunia. Ekspansi manufaktur di negara-negara BRICS didorong oleh sejumlah faktor, termasuk: Biaya tenaga kerja rendah, Kelas menengah yang berkembang dan Kebijakan pemerintah yang mendukung investasi di bidang manufaktur.
Efeknya ekspansi manufaktur di negara-negara BRICS berdampak besar pada rantai pasokan global. Negara-negara ini menjadi pemasok utama barang ke seluruh dunia.
Hal itu menyebabkan pergeseran rantai pasokan global, dengan lebih banyak barang diproduksi di negara-negara BRICS dan kemudian dikirim ke bagian lain dunia. Pengembangan rantai pasokan BRICS juga mengarah pada pengembangan jaringan dan teknologi logistik baru.
Selain itu rencana BRICS mengeluarkan mata uang sendiri juga diyakini bakal mengubah lanskap keuangan global dan mempengaruhi dinamika perdagangan. Mata uang BRICS menjadi upaya mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat atau USD dalam transaksi internasional.
Jika mata uang baru untuk kelompok BRICS diperkenalkan, maka dapat mengurangi ketergantungan negara berkembang terhadap dolar AS sebagai mata uang utama perdagangan global. Ini akan menghasilkan rantai pasokan global yang lebih bervariasi dan stabil, berpotensi meminimalkan dampak fluktuasi nilai dolar.
Selain itu, mata uang BRICS yang baru dapat menyederhanakan transaksi dan menurunkan kebutuhan konversi mata uang, mendorong lebih banyak perdagangan antar negara BRICS. Ini juga dapat memberi negara berkembang kekuatan tawar yang lebih baik dalam negosiasi perdagangan global.
Lalu memungkinkan mereka untuk menegosiasikan persyaratan yang lebih menguntungkan dan tidak terlalu bergantung pada mata uang dominan seperti dolar AS dan euro.
Perkuat Logistik Global
Sementara itu Wakil Menteri Perdagangan China, Wang Showen mengatakan, bahwa KTT BRICS telah menunjukkan arah yang jelas bagi negara-negara BRICS untuk memperdalam kerja sama rantai pasokan.
KTT BRICS telah menegaskan kembali bahwa keterbukaan, efisiensi, stabilitas, transparansi, keandalan, dan ketahanan rantai produksi dan pasokan global, regional, dan nasional sangat penting dalam mengatasi pemulihan ekonomi yang tidak merata, dan meningkatkan perdagangan dan investasi internasional.
Wang mencatat, telah ditetapkan arah dan prioritas bagi negara-negara BRICS untuk memperdalam kerja sama rantai pasokan. Hal itu di tengah upaya negara-negara memisahkan ekonomi mereka dari sistem internasional dengan membangun "tembok tinggi", yang secara serius memengaruhi keamanan dan stabilitas rantai pasokan global dan menghambat pemulihan ekonomi global.
"Dalam konteks ini, sebagai perwakilan dari pasar negara berkembang utama dan simpul rantai pasokan global utama, negara-negara BRICS telah menunjukkan tanggung jawab mereka dan memberi contoh bagi seluruh dunia dengan mengambil inisiatif untuk memperkuat kerja sama rantai pasokan," kata Wang.
Ekspansi BRICS memiliki pro dan kontra untuk industri manufaktur dan rantai pasokan global. Di satu sisi, pertumbuhan negara-negara ini menciptakan peluang baru bagi bisnis.
Di sisi lain, perluasan BRICS juga menimbulkan tantangan baru. Misalnya, bisnis perlu mengetahui peraturan dan kebiasaan yang berbeda di negara-negara BRICS. Mereka juga perlu menyadari risiko berbisnis di negara-negara tersebut, seperti korupsi dan ketidakstabilan politik.
Terlepas dari tantangannya, kebangkitan BRICS merupakan perkembangan positif bagi industri manufaktur dan rantai pasokan. Negara-negara ini menyediakan pasar baru untuk bisnis dan peluang baru untuk pertumbuhan.
Bisnis yang berhasil menavigasi tantangan melakukan bisnis di negara-negara BRICS akan berada pada posisi yang baik untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi ini.
Negara-negara BRICS memiliki populasi gabungan lebih dari 3 miliar orang dan PDB melewati USD20 triliun. Berikut adalah beberapa contoh nyata dampak BRICS terhadap Supply Chain Global hingga manufaktur.
Pada tahun 2016, China menyumbang 28,2% dari output manufaktur global, diikuti oleh Amerika Serikat (16,6%), Jepang (9,7%), dan Jerman (7,1%). Pada 2017, negara-negara BRICS mengimpor barang senilai total USD2,4 triliun atau meningkat dari USD1,8 triliun pada tahun 2010.
Negara-negara BRICS juga pengekspor utama komoditas, seperti minyak, gas, dan logam. Pada 2017, mereka menyumbang 40% ekspor minyak global, 25% ekspor gas global, dan 15% ekspor logam global.
Negara-negara BRICS juga merupakan pemain utama dalam industri logistik. Pada 2017, China memiliki pelabuhan peti kemas terbesar di dunia, Shanghai, dan India memiliki jaringan kereta api terbesar di dunia.
Munculnya India sebagai pusat manufaktur di luar China merupakan tren utama dalam ekonomi global. India memiliki sejumlah keunggulan yang menjadikannya tujuan menarik untuk manufaktur, termasuk tenaga kerja yang besar dan berkembang, biaya tenaga kerja rendah, dan lingkungan bisnis yang menguntungkan.
Pertumbuhan BRICS juga punya efek signifikan pada sektor manufaktur. Negara-negara ini menjadi produsen utama berbagai macam barang, termasuk mobil, elektronik, dan tekstil.
Faktanya, China sekarang menjadi produsen barang terkemuka di dunia. Ekspansi manufaktur di negara-negara BRICS didorong oleh sejumlah faktor, termasuk: Biaya tenaga kerja rendah, Kelas menengah yang berkembang dan Kebijakan pemerintah yang mendukung investasi di bidang manufaktur.
Efeknya ekspansi manufaktur di negara-negara BRICS berdampak besar pada rantai pasokan global. Negara-negara ini menjadi pemasok utama barang ke seluruh dunia.
Hal itu menyebabkan pergeseran rantai pasokan global, dengan lebih banyak barang diproduksi di negara-negara BRICS dan kemudian dikirim ke bagian lain dunia. Pengembangan rantai pasokan BRICS juga mengarah pada pengembangan jaringan dan teknologi logistik baru.
Selain itu rencana BRICS mengeluarkan mata uang sendiri juga diyakini bakal mengubah lanskap keuangan global dan mempengaruhi dinamika perdagangan. Mata uang BRICS menjadi upaya mengurangi dominasi dolar Amerika Serikat atau USD dalam transaksi internasional.
Jika mata uang baru untuk kelompok BRICS diperkenalkan, maka dapat mengurangi ketergantungan negara berkembang terhadap dolar AS sebagai mata uang utama perdagangan global. Ini akan menghasilkan rantai pasokan global yang lebih bervariasi dan stabil, berpotensi meminimalkan dampak fluktuasi nilai dolar.
Selain itu, mata uang BRICS yang baru dapat menyederhanakan transaksi dan menurunkan kebutuhan konversi mata uang, mendorong lebih banyak perdagangan antar negara BRICS. Ini juga dapat memberi negara berkembang kekuatan tawar yang lebih baik dalam negosiasi perdagangan global.
Lalu memungkinkan mereka untuk menegosiasikan persyaratan yang lebih menguntungkan dan tidak terlalu bergantung pada mata uang dominan seperti dolar AS dan euro.
Perkuat Logistik Global
Sementara itu Wakil Menteri Perdagangan China, Wang Showen mengatakan, bahwa KTT BRICS telah menunjukkan arah yang jelas bagi negara-negara BRICS untuk memperdalam kerja sama rantai pasokan.
KTT BRICS telah menegaskan kembali bahwa keterbukaan, efisiensi, stabilitas, transparansi, keandalan, dan ketahanan rantai produksi dan pasokan global, regional, dan nasional sangat penting dalam mengatasi pemulihan ekonomi yang tidak merata, dan meningkatkan perdagangan dan investasi internasional.
Wang mencatat, telah ditetapkan arah dan prioritas bagi negara-negara BRICS untuk memperdalam kerja sama rantai pasokan. Hal itu di tengah upaya negara-negara memisahkan ekonomi mereka dari sistem internasional dengan membangun "tembok tinggi", yang secara serius memengaruhi keamanan dan stabilitas rantai pasokan global dan menghambat pemulihan ekonomi global.
"Dalam konteks ini, sebagai perwakilan dari pasar negara berkembang utama dan simpul rantai pasokan global utama, negara-negara BRICS telah menunjukkan tanggung jawab mereka dan memberi contoh bagi seluruh dunia dengan mengambil inisiatif untuk memperkuat kerja sama rantai pasokan," kata Wang.
Ekspansi BRICS memiliki pro dan kontra untuk industri manufaktur dan rantai pasokan global. Di satu sisi, pertumbuhan negara-negara ini menciptakan peluang baru bagi bisnis.
Di sisi lain, perluasan BRICS juga menimbulkan tantangan baru. Misalnya, bisnis perlu mengetahui peraturan dan kebiasaan yang berbeda di negara-negara BRICS. Mereka juga perlu menyadari risiko berbisnis di negara-negara tersebut, seperti korupsi dan ketidakstabilan politik.
Terlepas dari tantangannya, kebangkitan BRICS merupakan perkembangan positif bagi industri manufaktur dan rantai pasokan. Negara-negara ini menyediakan pasar baru untuk bisnis dan peluang baru untuk pertumbuhan.
Bisnis yang berhasil menavigasi tantangan melakukan bisnis di negara-negara BRICS akan berada pada posisi yang baik untuk mendapatkan keuntungan dari pertumbuhan ekonomi ini.
(akr)