Jelang Rilis Data Resmi, Ekonom Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,09% di Triwulan II-2023
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjelang rilis data resmi pemerintah untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II tahun 2023, Ekonom LPEM FEB Universitas Indonesia, Teuku Riefky memperkirakan, Produk Domestik Bruto (PDB) RI akan terus tumbuh positif di atas 5%. Sebelumnya, ekonomi RI tercatat tumbuh 5,03% (yoy) di triwulan-I 2023.
"Kami memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,09% (yoy) di triwulan-II 2023 dan 4,9% - 5,0% untuk tahun fiskal 2023," ujar Riefky di Jakarta, dikutip Senin (7/8/2023).
Hal ini menunjukkan perekonomian Indonesia tidak hanya mampu menjaga tren pertumbuhan 5%, namun juga mampu tumbuh di atas ekspektasi selama enam triwulan terakhir.
"Sebagai sektor terbesar di perekonomian dengan kontribusi mencapai seperlima, manufaktur terus tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan nasional sejak 2012, mengindikasikan adanya potensi deindustrialisasi prematur," ungkap Riefky.
Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen mencatat pertumbuhan positif, termasuk belanja pemerintah yang mengalami kontraksi selama empat triwulan berturut-turut di tahun 2022.
"Konsumsi rumah tangga, dengan besaran lebih dari separuh perekonomian Indonesia, tumbuh 4,54% (yoy) di triwulan-I 2023, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya," sambung Riefky.
Dia mencatat, hanya saja pertumbuhan investasi melambat di Triwulan-I 2023 dengan pertumbuhan hanya 2,11% (yoy), menurun dari 3,33% (yoy) di triwulan sebelumnya.
"Perbankan domestik menunjukkan indikator yang relatif kuat ditopang oleh likuiditas yang cukup memadai dan kualitas aset yang baik. Pada April 2023, rasio NPL masih stabil di level 2,53%," tambah Riefky.
"Kami memproyeksikan pertumbuhan PDB sebesar 5,09% (yoy) di triwulan-II 2023 dan 4,9% - 5,0% untuk tahun fiskal 2023," ujar Riefky di Jakarta, dikutip Senin (7/8/2023).
Hal ini menunjukkan perekonomian Indonesia tidak hanya mampu menjaga tren pertumbuhan 5%, namun juga mampu tumbuh di atas ekspektasi selama enam triwulan terakhir.
"Sebagai sektor terbesar di perekonomian dengan kontribusi mencapai seperlima, manufaktur terus tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan nasional sejak 2012, mengindikasikan adanya potensi deindustrialisasi prematur," ungkap Riefky.
Dari sisi pengeluaran, seluruh komponen mencatat pertumbuhan positif, termasuk belanja pemerintah yang mengalami kontraksi selama empat triwulan berturut-turut di tahun 2022.
"Konsumsi rumah tangga, dengan besaran lebih dari separuh perekonomian Indonesia, tumbuh 4,54% (yoy) di triwulan-I 2023, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya," sambung Riefky.
Dia mencatat, hanya saja pertumbuhan investasi melambat di Triwulan-I 2023 dengan pertumbuhan hanya 2,11% (yoy), menurun dari 3,33% (yoy) di triwulan sebelumnya.
"Perbankan domestik menunjukkan indikator yang relatif kuat ditopang oleh likuiditas yang cukup memadai dan kualitas aset yang baik. Pada April 2023, rasio NPL masih stabil di level 2,53%," tambah Riefky.