Luncurkan Buku Mitos Vs Fakta Sawit, PASPI dan BPDPKS Sajikan Info Berimbang
loading...
A
A
A
Jika persepsi negatif terhadap sawit terus dibiarkan, maka akan mempertaruhkan Rp1.600 triliun nilai aset kebun sawit nasional dan lebih dari Rp1.000 triliun nilai aset industri hilir sawit. Mempertaruhkan masa depan 2,5 juta rumah tangga petani sawit dan 17 juta tenaga kerja. ”Mempertaruhkan nasib sumber devisa negara, di mana industri sawit mampu menyumbang USD39 miliar pada 2022,” jelasnya.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengajak semua stakeholders kelapa sawit Indonesia melakukan kegiatan bersama. Tujuannya mencintai kelapa sawit Indonesia.
”Cinta kepada sawit adalah karena cinta kita kepada negara karena negara kita akan sulit tumbuh lebih baik jika kita mengkritisi kelapa sawit dengan cara yang tidak baik. Oleh karena itu, lakukankan kritik tetapi dengan cara yang baik,” terangnya.
Eddy Abdurrachman mengapresiasi buku yang telah disusun PASPI dan menjadi senjata utama menangkal serangan terhadap industri sawit. Dalam beberapa kali kesempatan Pemerintah Indonesia membawa persoalan perdagangan sawit di luar negeri seperti WTO.
Dan bukan kebetulan juga saat ini sawit Indonesia sedang menghadapi tantangan besar dengan diberlakukannya regulasi baru di Uni Eropa yang lebih dikenal dengan EUDR. ”Di mana pada dasarnya Uni Eropa mewajibkan komoditas yang masuk ke wilayah mereka merupakan produk bebas deforestasi," katanya.
Menurut Eddy, persepsi negatif sawit tersebut terjadi karena kombinasi beberapa hal. Di antaranya pemahaman keliru terhadap sawit dan proses pembangunannya. Kemudian makin intensifnya kampanye negatif sawit sebagai bagian strategi non-price competition pasar minyak nabati dan energi dunia.
Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengajak semua stakeholders kelapa sawit Indonesia melakukan kegiatan bersama. Tujuannya mencintai kelapa sawit Indonesia.
”Cinta kepada sawit adalah karena cinta kita kepada negara karena negara kita akan sulit tumbuh lebih baik jika kita mengkritisi kelapa sawit dengan cara yang tidak baik. Oleh karena itu, lakukankan kritik tetapi dengan cara yang baik,” terangnya.
Eddy Abdurrachman mengapresiasi buku yang telah disusun PASPI dan menjadi senjata utama menangkal serangan terhadap industri sawit. Dalam beberapa kali kesempatan Pemerintah Indonesia membawa persoalan perdagangan sawit di luar negeri seperti WTO.
Dan bukan kebetulan juga saat ini sawit Indonesia sedang menghadapi tantangan besar dengan diberlakukannya regulasi baru di Uni Eropa yang lebih dikenal dengan EUDR. ”Di mana pada dasarnya Uni Eropa mewajibkan komoditas yang masuk ke wilayah mereka merupakan produk bebas deforestasi," katanya.
Menurut Eddy, persepsi negatif sawit tersebut terjadi karena kombinasi beberapa hal. Di antaranya pemahaman keliru terhadap sawit dan proses pembangunannya. Kemudian makin intensifnya kampanye negatif sawit sebagai bagian strategi non-price competition pasar minyak nabati dan energi dunia.
(poe)