Dampak Nyata Rusia Blokir Laut Hitam, Ekspor Biji-bijian Ukraina Anjlok 30%
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekspor biji-bijian, minyak sayur, hingga makanan Ukraina mengalami penurunan tajam. Hal tersebut setelah Rusia menghentikan kesepakatan yang mengizinkan ekspor dari Ukraina ke Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative.
Mengutip Reuters, analis menyebutkan Ukraina hanya mampu mengekspor 3,2 juta ton biji-bijian, minyak sayur, dan makanan dalam empat pekan terakhir hingga 15 Agustus 2023. Adapun angka tersebut turun dari 4,4 dan 4,8 juta ton atau 30% pada Mei dan Juni ketika kesepakatan Laut Hitam masih berlaku.
Penurunan tersebut menandai kemunduran yang signifikan bagi ekonomi Ukraina dan ketahanan pangan global, bahkan dengan bantuan senilai 1 miliar euro oleh Uni Eropa untuk membangun rute alternatif sejak dimulainya invasi Rusia.
Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah bekerja sama dengan mitra di Eropa untuk menjaga agar ekspor biji-bijian tetap jalan, mengandalkan sungai seperti Danube dan jalan lain setelah jalur laut menjadi tidak aman. "Kuncinya adalah pelabuhan sungai," kata ekonom senior di Oxford Economics Evghenia Sleptsova.
Namun, meningkatkan volume melalui jalur tersebut terbukti sulit. Pasalnya, sekarang Rusia mulai membom Izmail dan Reni, dua pelabuhan di sepanjang Danube yang diserang awal pekan ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa dalam waktu sebulan setelah kesepakatan biji-bijian terheti, sudah ada tujuh serangan di pelabuhan dengan drone dan rudal, menandakan betapa sulitnya menemukan solusi yang dapat diandalkan.
Sementara, anggota dewan Klub Agribisnis Ukraina Alex Lissitsa mengatakan ada juga kendala logistik sehingga dibutuhkan beberapa kargo membutuhkan waktu empat kali lipat lebih lama untuk sampai ke Danube sekarang dibandingkan dengan sebulan yang lalu karena kemacetan lalu lintas.
Keterlambatan dan volume pengiriman yang lebih kecil juga menyebabkan biaya transportasi yang lebih tinggi. Direktur operasional di pemasok Agrotrade Group Olena Vorona mengatakan perusahaannya benar-benar mengubah arah arus ke pelabuhan Danube dan jalur kereta api bahkan sebelum kesepakatan biji-bijian runtuh, tetapi biaya transportasi naik hingga 50 persen.
"Di banyak daerah, petani kemungkinan besar akan berpikir untuk mengurangi penaburan sereal musim dingin, karena harga yang ditawarkan pasar tidak menutupi biayanya," kata Lissitsa.
Sementara, operator kereta api Ukraina mengatakan bahwa waktu tunggu di perlintasan perbatasan menuju negara-negara Eropa saat ini sekitar 5-6 hari. Ketuanya Yevhen Lyashchenko, mengatakan kepada Bloomberg bahwa pihaknya sedang mempersiapkan peningkatan ekspor kereta api. Itu mungkin tidak cukup untuk mencegah perlambatan yang lebih luas.
Menurut Sleptsova dari Oxford Economics, biji-bijian dan biji minyak Ukraina bisa turun seperempat pada paruh kedua tahun ini dibandingkan dengan semester pertama. "Itu akan menjadi menekan produk domestik bruto (PDB) Ukraina hingga 3 persen pada paruh kedua tahun ini," katanya.
Perdagangan biji-bijian Rusia sendiri diuntungkan dari kelemahan Ukraina. Ekspor tanamannya tengah booming, dan diperkirakan mencapai hampir seperempat dari perdagangan gandum global pada musim 2023-2024.
Mengutip Reuters, analis menyebutkan Ukraina hanya mampu mengekspor 3,2 juta ton biji-bijian, minyak sayur, dan makanan dalam empat pekan terakhir hingga 15 Agustus 2023. Adapun angka tersebut turun dari 4,4 dan 4,8 juta ton atau 30% pada Mei dan Juni ketika kesepakatan Laut Hitam masih berlaku.
Baca Juga
Penurunan tersebut menandai kemunduran yang signifikan bagi ekonomi Ukraina dan ketahanan pangan global, bahkan dengan bantuan senilai 1 miliar euro oleh Uni Eropa untuk membangun rute alternatif sejak dimulainya invasi Rusia.
Amerika Serikat (AS) dilaporkan telah bekerja sama dengan mitra di Eropa untuk menjaga agar ekspor biji-bijian tetap jalan, mengandalkan sungai seperti Danube dan jalan lain setelah jalur laut menjadi tidak aman. "Kuncinya adalah pelabuhan sungai," kata ekonom senior di Oxford Economics Evghenia Sleptsova.
Namun, meningkatkan volume melalui jalur tersebut terbukti sulit. Pasalnya, sekarang Rusia mulai membom Izmail dan Reni, dua pelabuhan di sepanjang Danube yang diserang awal pekan ini.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa dalam waktu sebulan setelah kesepakatan biji-bijian terheti, sudah ada tujuh serangan di pelabuhan dengan drone dan rudal, menandakan betapa sulitnya menemukan solusi yang dapat diandalkan.
Sementara, anggota dewan Klub Agribisnis Ukraina Alex Lissitsa mengatakan ada juga kendala logistik sehingga dibutuhkan beberapa kargo membutuhkan waktu empat kali lipat lebih lama untuk sampai ke Danube sekarang dibandingkan dengan sebulan yang lalu karena kemacetan lalu lintas.
Keterlambatan dan volume pengiriman yang lebih kecil juga menyebabkan biaya transportasi yang lebih tinggi. Direktur operasional di pemasok Agrotrade Group Olena Vorona mengatakan perusahaannya benar-benar mengubah arah arus ke pelabuhan Danube dan jalur kereta api bahkan sebelum kesepakatan biji-bijian runtuh, tetapi biaya transportasi naik hingga 50 persen.
"Di banyak daerah, petani kemungkinan besar akan berpikir untuk mengurangi penaburan sereal musim dingin, karena harga yang ditawarkan pasar tidak menutupi biayanya," kata Lissitsa.
Sementara, operator kereta api Ukraina mengatakan bahwa waktu tunggu di perlintasan perbatasan menuju negara-negara Eropa saat ini sekitar 5-6 hari. Ketuanya Yevhen Lyashchenko, mengatakan kepada Bloomberg bahwa pihaknya sedang mempersiapkan peningkatan ekspor kereta api. Itu mungkin tidak cukup untuk mencegah perlambatan yang lebih luas.
Menurut Sleptsova dari Oxford Economics, biji-bijian dan biji minyak Ukraina bisa turun seperempat pada paruh kedua tahun ini dibandingkan dengan semester pertama. "Itu akan menjadi menekan produk domestik bruto (PDB) Ukraina hingga 3 persen pada paruh kedua tahun ini," katanya.
Perdagangan biji-bijian Rusia sendiri diuntungkan dari kelemahan Ukraina. Ekspor tanamannya tengah booming, dan diperkirakan mencapai hampir seperempat dari perdagangan gandum global pada musim 2023-2024.
(nng)