Tancap Gas! Resmi Gabung BRICS, Iran Lakukan Dedolarisasi dengan China Rp41,2 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Praktik dedolarisasi (meninggalkan dolar Amerika Serikat) di antara negara BRICS kian mewabah. Salah satu bentuk dedolarisasi di negara BRICS adalah barter.
Usai diumumkan resmi bergabung dengan BRICS pada Kamis pekan lalu (24/8/2023), Iran dan China langsung tancap gas memperat kerja sama bisnis. Mengutip Tasnim News Agency, Rabu (30/8/2023), kedua negara BRICS itu telah menyelesaikan kesepakatan barter minyak, senilai €2,5 miliar atau Rp41,2 triliun (kurs Rp16.500), dengan China untuk pengembangan Bandara Internasional Imam Khomeini (IKIA).
Berbicara kepada wartawan dalam rangka “Government Week” pada hari Minggu kemarin (27/8/2023), Saeed Chalandari, CEO Kota Bandara Imam Khomeini, mengatakan bahwa studi kelayakan pembangunan Bandara Internasional Imam Khomeini Tahap II telah dimulai.
Dia memperkirakan biaya yang diperlukan untuk penyelesaian operasi pembangunan bandara tahap 2 adalah sekitar €2,5 miliar. Jumlah tersebut akan disediakan melalui kesepakatan barter minyak dengan China.
Pengembangan bandara itu dilakukan lantaran mulai banyak maskapai baru yang melakukan penerbangan. Menurut Chalandari ada empat maskapai asing telah beroperasi di bandara tersebut sejak 2022.
Terminal Salam Kota Bandara Imam Khomeini dibangun sebagai terminal logistik untuk penerbangan internasional. Penerbangan ziarah ke negara lain berbeda dengan penerbangan internasional, katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian penerbangan ziarah ke Suriah telah dialihkan ke Terminal Salam.
Usai diumumkan resmi bergabung dengan BRICS pada Kamis pekan lalu (24/8/2023), Iran dan China langsung tancap gas memperat kerja sama bisnis. Mengutip Tasnim News Agency, Rabu (30/8/2023), kedua negara BRICS itu telah menyelesaikan kesepakatan barter minyak, senilai €2,5 miliar atau Rp41,2 triliun (kurs Rp16.500), dengan China untuk pengembangan Bandara Internasional Imam Khomeini (IKIA).
Berbicara kepada wartawan dalam rangka “Government Week” pada hari Minggu kemarin (27/8/2023), Saeed Chalandari, CEO Kota Bandara Imam Khomeini, mengatakan bahwa studi kelayakan pembangunan Bandara Internasional Imam Khomeini Tahap II telah dimulai.
Dia memperkirakan biaya yang diperlukan untuk penyelesaian operasi pembangunan bandara tahap 2 adalah sekitar €2,5 miliar. Jumlah tersebut akan disediakan melalui kesepakatan barter minyak dengan China.
Pengembangan bandara itu dilakukan lantaran mulai banyak maskapai baru yang melakukan penerbangan. Menurut Chalandari ada empat maskapai asing telah beroperasi di bandara tersebut sejak 2022.
Terminal Salam Kota Bandara Imam Khomeini dibangun sebagai terminal logistik untuk penerbangan internasional. Penerbangan ziarah ke negara lain berbeda dengan penerbangan internasional, katanya, seraya menambahkan bahwa sebagian penerbangan ziarah ke Suriah telah dialihkan ke Terminal Salam.
(uka)