ACC Fokus Kembangkan Pembiayaan Multiguna

Minggu, 19 Maret 2017 - 09:01 WIB
ACC Fokus Kembangkan Pembiayaan Multiguna
ACC Fokus Kembangkan Pembiayaan Multiguna
A A A
JAKARTA - Astra Credit Companies (ACC), perusahaan pembiayaan Astra Group, tahun ini akan fokus mengembangkan pembiayaan multiguna. Hal tersebut seiring dengan dukungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam program layanan pembiayaan non-bank.

Chief Executive Officer (CEO) ACC, Jodjana Jody mengemukakan, untuk layanan pembiayaan automotif yang menjadi basic bisnis perusahaan sudah berjalan dengan baik. Saat ini, ACC akan fokus mengembangkan bisnis pembiayaan multiguna, seperti pinjaman untuk usaha, pendidikan, wisata, umroh/haji, rumah dan sebagainya.

"Kami tentunya tidak meninggalkan bisnis utama kami, yaitu pembiayaan kendaraan. Di mana saat ini kami sudah berjalan 35 tahun. Sekarang bagaimana kami mengembangkan bisnis lain," ujarnya, saat berbincang dengan wartawan usai pembukaan kantor cabang ACC Pondok Cabe, baru-baru ini.

Jody menuturkan, untuk mendapatkan layanan multiguna dari ACC cukup mudah. Syaratnya hanya BPKB kendaraan. Jika administrasi memenuhi persyaratan dana pinjaman bisa segera cair.

"Selain melayani masyarakat umum, kami juga mengutamakan pelanggan ACC yang telah memiliki track record baik dalam pembiayaan kendaraan. Mereka menjadi prioritas kami," imbuhnya.

Hingga Februari 2017, untuk bisnis pembiayaan kendaraan sudah mencapai 31.000 unit, sumbangan dari multiguna baru 1.200 unit/bulan atau sekitar 2% dari volume yang ada. "Meski relatif kecil, peluang untuk berkembang masih sangat besar. Kita targetkan 3.000 unit per bulan," kata Jody.

Dia menambahkan, dalam menjalankan bisnis pembiayaan pihaknya lebih mengedapankan prinsip hati-hati. Perusahaan tidak mengejar volume, tapi yang dikedepankan adalah kualitas pembiayaan itu sendiri. Sehingga potensi pinjaman bermasalah (NPL) dapat diminimalisir.

"Untuk NPL kami sekitar 0,6%. Angka ini masih aman karena di bawah 1%. Sementara NPL secara keseluruhan dari lembaga pembiayaan nasional pada tahun lalu rata-rata berada di angka 3%. Ini patut diwaspadai," tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3678 seconds (0.1#10.140)