Badan Pangan Pede Harga Beras Mulai Turun Akhir Tahun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini harga beras premium memang masih di atas harga eceran tertinggi (HET), yaitu Rp13.900/kg. Harga tersebut berada diatas HET yang ditetapkan pemerintah yaitu Rp12.900/kg.
Arief menargetkan harga beras tersebut bisa turun setidaknya tidak lebih dari HET yang ditetapkan oleh pemerintah pada akhir tahun mendatang. Penurunan harga karena produktivitas beras akan meningkat seiring datangnya musim panen.
"Secepatnya (harga turun), kalau misalnya September (pasokan meningkat) berarti September mulai kelihatan harga mulai turun. Tetapi mungkin tidak signifikan," ujar Arief usai Raker bersama Komisi IV dan Kementan, Rabu (30/8/2023).
Lebih lanjut Arief menjelaskan, produksi dari petani lokal merupakan kunci utama untuk mengendalikan harga beras. Produksi yang meningkat, maka otomatis harga beras di pasar juga bakal turun.
"Tergantung berapa digelontor, sama berapa produksi. Sekarang nomor satu ini adalah produksi, kalau produski ada di Kementerian Pertanian," kata Arief.
Ketika produksi dari petani cukup, maka otomatis tidak kekurangan (gabah kering panen/GKP), begitu pun sebaliknya. Ketika GKP itu kurang maka penggilingan bakal berebut dan berujung pada naiknya harga sehingga jika GKP sudah naik, maka harga beras pun ikut terkerek.
"Kan sederhana, inilah yang terjadi hari ini (harga beras naik)," lanjutnya.
Faktor lain yang membuat harga beras saat ini melampaui HET karena terdapat kenaikan biaya operasional, seperti naiknya ongkos transportasi, sewa lahan, upah tenaga kerja, hingga harga pupuk.
"Kucninya ada di produksi, di akhir tahun biasanya turun (harga beras) makanya kita gunakan cadangan pangan untuk stabilisasi, yang dipakai CBP (cadangan beras pemerintah) untuk melakukan operasi pasar atau bantuan pangan. Jadi nanti beras itu akan berkucukpan di masyarakat," pungkasnya.
Arief menargetkan harga beras tersebut bisa turun setidaknya tidak lebih dari HET yang ditetapkan oleh pemerintah pada akhir tahun mendatang. Penurunan harga karena produktivitas beras akan meningkat seiring datangnya musim panen.
"Secepatnya (harga turun), kalau misalnya September (pasokan meningkat) berarti September mulai kelihatan harga mulai turun. Tetapi mungkin tidak signifikan," ujar Arief usai Raker bersama Komisi IV dan Kementan, Rabu (30/8/2023).
Lebih lanjut Arief menjelaskan, produksi dari petani lokal merupakan kunci utama untuk mengendalikan harga beras. Produksi yang meningkat, maka otomatis harga beras di pasar juga bakal turun.
"Tergantung berapa digelontor, sama berapa produksi. Sekarang nomor satu ini adalah produksi, kalau produski ada di Kementerian Pertanian," kata Arief.
Ketika produksi dari petani cukup, maka otomatis tidak kekurangan (gabah kering panen/GKP), begitu pun sebaliknya. Ketika GKP itu kurang maka penggilingan bakal berebut dan berujung pada naiknya harga sehingga jika GKP sudah naik, maka harga beras pun ikut terkerek.
"Kan sederhana, inilah yang terjadi hari ini (harga beras naik)," lanjutnya.
Faktor lain yang membuat harga beras saat ini melampaui HET karena terdapat kenaikan biaya operasional, seperti naiknya ongkos transportasi, sewa lahan, upah tenaga kerja, hingga harga pupuk.
"Kucninya ada di produksi, di akhir tahun biasanya turun (harga beras) makanya kita gunakan cadangan pangan untuk stabilisasi, yang dipakai CBP (cadangan beras pemerintah) untuk melakukan operasi pasar atau bantuan pangan. Jadi nanti beras itu akan berkucukpan di masyarakat," pungkasnya.
(uka)