DLH Konkep Tegaskan Tidak Ada Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Tambang

Kamis, 31 Agustus 2023 - 20:51 WIB
loading...
DLH Konkep Tegaskan...
DLH Konkep menegaskan tidak ada lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas usaha pertambangan di Pulau Wawonii. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep) menegaskan bahwa berdasarkan hasil pelaporan dan pantauan di lapangan, belum ada kesan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas usaha pertambangan di Pulau Wawonii.

"Berdasarkan pemantauan kita dan penelahaan hasil laporan setiap semester baik secara administrasi maupun teknis, kondisi di lapangan belum terkesan menimbulkan kerusakan lingkungan," ungkap Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Konawe Kepulauan M Rustam Arifin melalui siaran pers, Kamis (31/8/2023).



Rustam memgaku, selama lebih kurang dua tahun menjabat Kadis DLH Kabupaten Konkep, dirinya sudah mendapatkan 3 kali laporan semester penaatan lingkungan juga pantauan langsung. Dia menegaskan, semuanya masih berjalan dengan baik.

"Kita berharap, kondisi seperti itu tetap dipertahankan. Kalaupun ada isu-isu yang menyudutkan, maka akan terjawab sendiri dengan kondisi yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan," tegas dia.

Sementara, terkait isu pemberitaan yang menyebutkan bahwa beberapa hewan khas Pulau Wawonii terancam punah akibat aktivitas pertambangan, Rustam menegaskan bahwa ada beberapa hewan yang memang pernah ada seperti burung Monde atau semacam Maleo yang pernah hidup di Pulau Wawonii.

"Pada era 70 dan 80-an, burung-burung tersebut memang ada. Namun, memasuki era 90-an burung-burung tersebut sudah tidak pernah terlihat lagi," katanya.

Namun, jelas dia, salah satu penyebabnya adalah karena adanya pertumbuhan penduduk dan juga pembukaan lahan. Sejak era 70-an, penyebaran permukiman penduduk menurutnya juga semakin intens, terutama di daerah-daerah pantai yang menjadi area bertelur dan berkembang biak buring-burung tersebut.

"Akibatnya, lambat laun keberadaan burung monde pun hilang. Jadi, jauh sebelum kegiatan pertambangan berjalan. Saya beberapa kali ngobrol dengan warga di daerah Roko-Roko Raya, rerata yang berusia 30-35 tahun, tidak pernah tahu jenis burung itu lagi," jelasnya.

Demikian halnya juga dengan rusa lokal yang oleh masyarakat Wawonii disebut dengan Jonga. Jumlahnya yang dulu lumayan banyak, sekira tahun 80-an, seiring dengan bertambahnya penduduk dan pembukaan lahan, hewan tersebut semakin jarang terlihat. Untuk kasus Jonga, imbuh dia, ada pula perburuan yang membuat populasinya terus berkurang.

“Jadi kalau ada yang bilang, bahwa punahnya karena aktivitas tambang, itu tidak benar. Karena binatang tersebut, sudah tidak ada, atau punah, jauh sebelum adanya kegiatan tambang,” tegas dia.



Terlepas dari itu, Rustam menegaskan bahwa pemerintah daerah ingin agar hewan-hewan lokal terlindungi dan terpelihara. Karena itu, beberapa jenis burung atau binatang lain, masih tetap ada dan bahkan dari hasil penelitian rona awal, kondisi keanekaragaman jenis flora dan fauna di Pulau Wawonii teridentifikasi bervariasi mulai dari kategori rendah dan sedang.

Untuk jenis burung yang dilindungi, kata dia, ditemukan ada dua jenis burung yang dilindungi di wilayah Wawonii Tenggara yakni Elang Ular Sulawesi dan Serindit Sulawesi. Secara global, kedua jenis burung tersebut masih stabil. International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengelompokkan kedua jenis tersebut ke dalam kelompok least concern atau tidak terancam kepunahan.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1245 seconds (0.1#10.140)