Kemendag dan Pemda Mulai Antisipasi Kenaikan Harga Jelang Ramadhan

Rabu, 12 April 2017 - 23:07 WIB
Kemendag dan Pemda Mulai Antisipasi Kenaikan Harga Jelang Ramadhan
Kemendag dan Pemda Mulai Antisipasi Kenaikan Harga Jelang Ramadhan
A A A
PALEMBANG - Kementerian Perdagangan melakukan inspeksi mendadak di dua pasar tradisional di Palembang, yaitu di Pasar 26 Ilir dan Pasar Km 5 Palembang. Karena menjelang puasa, harga sejumlah kebutuhan pokok di Sumatra Selatan mulai merangkak naik.

Pemerintah daerah dan pemasok kebutuhan pokok diminta melakukan koordinasi untuk mengantisipasi meroketnya harga bahan pokok di masyarakat.

Usai melakukan sidak, Inspektur Jenderal Kementerian Perdagangan, Srie Agustina mengatakan terdapat tiga hal yang hendaknya menjadi perhatian dalam harga sembako menjelang puasa nanti.

Pemerintah pusat menginginkan agar sejumlah kebutuhan memiliki batas atas yang mampu dikontrol oleh pemerintah daerah. Sehingga menjelang puasa nanti, sejumlah harga sembako masih dapat terjangkau oleh masyarakat,

"Bagaimana nantinya menjelang puasa, harga bisa lebih terjangkau. Mungkin memang di pasar retail dan pasar kecil, perbedaan harga terjadi karena volume jual dan kebutuhan pembelinya juga berbeda. Akan tetapi, bagaimanapun sebaiknya perlu koordinasi dan merangkul semua elemen, terutama produsen agar mampu memberikan yang terjangkau bagi masyarakat," terangnya, Rabu (12/4/2017).

Hasil sidak di dua pasar tadi, perbedaan harga terjadi di sejumlah komoditas. Disebabkan volume jualnya juga berbeda. Misalnya daging, di Pasar 26 Ilir, pasokan dagingnya tidak sebanyak dibandingkan Pasar Km 5. Karena itu, kata Srie, perbedaan harga terbentuk dari volume ketersediaan dan bagaimana pasokan tetap lancar di kala kebutuhan meningkat,

"Misalnya tadi, daging sapi di Sumsel ternyata banyak diperoleh dari Lampung. Kondisi ini dipengaruhi biaya angkut dan kondisi jalan. Lalu bagaimana jika, sapinya dipotong di Lampung, dan baru dibawa dalam bentuk daging. Sehingga persentase kotor (tidak dijual) dari hewan, tidak berbiaya angkut," terangnya.

Srie pun mengatakan pabriksisasi pada komiditas mempengaruhi harga jual. Seperti pada minyak goreng dan gula. Pada gula yang telah dikemas, maka perusahaan menambah biaya pabriksisasi sebesar Rp200 per kg. Hal ini yang membuat mengapa harga gula kemasan lebih mahal dibandingkan yang curah (tanpa pengemasan).

"Hal seperti itu masih dinilai wajar. Karena pabrik juga mengambil bagian dari biaya produksi," ujarnya.

Akan tetapi, kata Srie, sangat diperlukan upaya dan kendali pemerintah menjelang puasa dan Idul Fitri nanti. Pemerintah memastikan sejumlah barang kebutuhan pokok tersedia dan mudah diakses baik oleh pedagang dan konsumen. Pemerintah perlunya merangkul pedagang dan memberikan kemudahan akses guna mendapatkan sejumlah kebutuhan pokok.

"Misalnya, tadi ada sejumlah pedagang yang mengaku tidak mengetahui cara mendapatkan kebutuhan pokok lebih murah. Padahal, sudah ada Bulog yang juga menyediakan operasi pasar saat harga sembako meningkat. Sangat diperlukan pengawasan pemerintah," ungkapnya.

Beberapa harga komoditas di pasar tradisional yakni gula dijual Rp12.500/kg, minyak curah dijual Rp12.000/kg, dan telur Rp17.000/kg. Dijabarkannya, pemerintah juga sudah menetapkan patokan harga pada sejumlah komoditas sembako diantaranya cabai, gula merah, jagung, beras dan gula pasir.

Menanggapi aksi sidak dari Irjen ini, Sekda Sumsel, Joko Imam Santoso mengatakan pemerintah daerah juga mengupayakan berbagai upaya dalam pengendalian harga sembako, misalnya membentuk pasar penyeimbang, melakukan operasi pasar sekaligus pasar murah pada masyarakat.

"Saat kebutuhan masyarakat naik, jelang puasa misalnya kebutuhan cabai dan daging maka peran pemerintah yakni membentuk pasar yang lebih sehat. Dengan membuat akses kebutuhan menjadi lebih luas," ungkapnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.8097 seconds (0.1#10.140)