Mengenal Hilirisasi, Program yang Diusung Jokowi untuk Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi Nasional
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hilirisasi menjadi program yang belakangan ini digaungkan Presiden Joko Widodo . Selain untuk memajukan sektor ekonomi Indonesia, hilirisasi juga meningkatkan nilai tambah di sektor industri.
Program hilirisasi industri menjadi salah satu langkah penting bagi Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045 mendatang.
Meski terdengar menjanjikan, tentunya masyarakat perlu mengetahui lebih detail tentang hilirisasi industri yang diterapkan oleh Presiden Jokowi.
Hilirisasi pada dasarnya adalah meningkatkan kinerja sektor industri manufaktur untuk menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan tersebut sangat berkaitan dengan peningkatan nilai tambah di sektor industri.
Program hilirisasi industri mulai dikemukakan di pertemuan Group of Twenty (G20) di Roma Oktober 2021 lalu. Ketika Presiden Jokowi menawarkan opsi untuk melakukan kerja sama barang setengah jadi atau barang jadi.
Penawaran barang setengah jadi atau barang jadi ini dilakukan untuk mengatasi kebijakan beberapa negara yang akan mengurangi ekspor nikel.
Dengan memanfaatkan tambang nikel yang berlimpah di Indonesia, Presiden Jokowi berharap untuk masyarakat bisa berkembang dengan tidak hanya mengirim bahan mentah saja. Kebijakan itu didukung sepenuhnya oleh Kementerian Perindustrian.
Dilansir dari laman Kemenperin, multiplier effect atau dampak berganda dari aktivitas hilirisasi industri yang telah terbukti nyata. Di antaranya meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menarik investasi masuk di tanah air, menghasilkan devisa besar dari ekspor, dan menambah jumlah serapan tenaga kerja.
Untuk menyukseskan program hilirisasi yang diusung, pada tahun 2023 Kemenperin fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, berbasis bahan tambang dan mineral, serta berbasis migas dan batu bara.
Industri berbasis agro yang tengah ditekankan oleh Kemenperin ini adalah peningkatan nilai tambah pada komoditas kelapa sawit menjadi oleofood complex(pangan dan nutrisi), oleochemical and biomaterial complex(bahan kimia dan pembersih), dan bahan bakar nabati berbasis sawit (seperti biodiesel, green diesel, greenfuel, dan biomass).
Dalam laman Sekretariat Kabinet RI, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa "bila kemudian hilirisasi ini berhasil untuk semua mineral, perkebunan, pertanian, perikanan, semuanya bisa di hilirisasi. Kalau hitung-hitungannya World Bank, McKinsey, IMF, OECD, itu di 2040 sampai 2045, saya yakin ini bisa agak maju."
Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa hilirisasi telah menciptakan sejumlah dampak positif bagi perekonomian Indonesia, di antaranya membuka kesempatan kerja secara signifikan.
Itu dibuktikan dengan peningkatan tenaga kerja di pengolahan nikel di Sulawesi Tengah. Serta dibeberkan juga pendapatan negara setelah hilirisasi.
Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa program hilirisasi ini tidak berhenti hanya pada industri mineral saja, tetapi juga pada sektor lainnya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Lihat Juga: 14 Juta Investor Pasar Modal Indonesia, AEI Dorong Sinergi Emiten dalam Membangun Ekonomi
Program hilirisasi industri menjadi salah satu langkah penting bagi Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045 mendatang.
Meski terdengar menjanjikan, tentunya masyarakat perlu mengetahui lebih detail tentang hilirisasi industri yang diterapkan oleh Presiden Jokowi.
Pengertian Hilirisasi
Hilirisasi pada dasarnya adalah meningkatkan kinerja sektor industri manufaktur untuk menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional. Kebijakan tersebut sangat berkaitan dengan peningkatan nilai tambah di sektor industri.
Program hilirisasi industri mulai dikemukakan di pertemuan Group of Twenty (G20) di Roma Oktober 2021 lalu. Ketika Presiden Jokowi menawarkan opsi untuk melakukan kerja sama barang setengah jadi atau barang jadi.
Penawaran barang setengah jadi atau barang jadi ini dilakukan untuk mengatasi kebijakan beberapa negara yang akan mengurangi ekspor nikel.
Dengan memanfaatkan tambang nikel yang berlimpah di Indonesia, Presiden Jokowi berharap untuk masyarakat bisa berkembang dengan tidak hanya mengirim bahan mentah saja. Kebijakan itu didukung sepenuhnya oleh Kementerian Perindustrian.
Dilansir dari laman Kemenperin, multiplier effect atau dampak berganda dari aktivitas hilirisasi industri yang telah terbukti nyata. Di antaranya meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri, menarik investasi masuk di tanah air, menghasilkan devisa besar dari ekspor, dan menambah jumlah serapan tenaga kerja.
Untuk menyukseskan program hilirisasi yang diusung, pada tahun 2023 Kemenperin fokus menjalankan kebijakan hilirisasi industri di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, berbasis bahan tambang dan mineral, serta berbasis migas dan batu bara.
Industri berbasis agro yang tengah ditekankan oleh Kemenperin ini adalah peningkatan nilai tambah pada komoditas kelapa sawit menjadi oleofood complex(pangan dan nutrisi), oleochemical and biomaterial complex(bahan kimia dan pembersih), dan bahan bakar nabati berbasis sawit (seperti biodiesel, green diesel, greenfuel, dan biomass).
Dalam laman Sekretariat Kabinet RI, Presiden Jokowi mengungkapkan bahwa "bila kemudian hilirisasi ini berhasil untuk semua mineral, perkebunan, pertanian, perikanan, semuanya bisa di hilirisasi. Kalau hitung-hitungannya World Bank, McKinsey, IMF, OECD, itu di 2040 sampai 2045, saya yakin ini bisa agak maju."
Presiden Jokowi juga mengatakan bahwa hilirisasi telah menciptakan sejumlah dampak positif bagi perekonomian Indonesia, di antaranya membuka kesempatan kerja secara signifikan.
Itu dibuktikan dengan peningkatan tenaga kerja di pengolahan nikel di Sulawesi Tengah. Serta dibeberkan juga pendapatan negara setelah hilirisasi.
Lebih lanjut, Presiden menegaskan bahwa program hilirisasi ini tidak berhenti hanya pada industri mineral saja, tetapi juga pada sektor lainnya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Lihat Juga: 14 Juta Investor Pasar Modal Indonesia, AEI Dorong Sinergi Emiten dalam Membangun Ekonomi
(okt)