Deretan Negara Asia yang Gencar Dedolarisasi, dari China hingga Arab Saudi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dedolarisasi kini telah jadi isu yang hangat diperbincangkan, mengingat manfaat besar yang dapat diperoleh beberapa negara yang memberlakukan sistem ini. Sejumlah negara di Asia tentunya tak mau ketinggalan untuk menekan penggunaan dollar AS demi kemajuan ekonomi mereka.
Manfaat dedolarisasi yang sangat diincar oleh banyak negara adalah mereka dapat terhindar dari monopoli serta fluktuasi kebijakan AS. Terlebih, negara-negara yang menerapkan dedolarisasi ini juga berpotensi untuk meningkatkan stabilitas mata uang lokal, mempermudah transaksi, hingga membuat barang lebih murah di pasar internasional.
Dari manfaat dan keuntungan yang didapat ini, tak heran bila sejumlah negara Asia berikut ini berencana untuk meninggalkan dolar AS untuk digantikan dengan mata uang lokal. Berikut negara di Asia yang melakukan dedolarisasi.
1. China
Bisa dibilang jika China menjadi negara yang menjadi pelopor terciptanya dedolarisasi di berbagai negara. Tiongkok memang sudah lama ingin lepas dari dominasi AS, dengan berbagai usahanya menggaet negara lain untuk ikut serta.
Langkah besar Tiongkok demi terwujudnya upaya itu adalah dengan menciptakan mata uang baru BRICS. Dengan ini negara tersebut tidak akan lagi menggunakan dolar AS untuk setiap transaksi.
Sejumlah kesepakatan dengan negara lain bahkan telah dilakukan China untuk mewujudkan cita-citanya ini, seperti membuat kesepakatan dengan Brazil, Rusia, hingga Arab Saudi.
Bahkan Moskow dan Beijing telah mengembangkan alat-alat penting untuk semaksimal mungkin memfasilitasi semua transaksi yang diperlukan demi terciptanya dedolarisasi di lingkungan mereka.
2. India
Sebagai salah satu anggota BRICS, India mulai tergiur untuk lakukan dedolarisasi. Dilansir dari Business Insider, Reserve Bank of India (RBI) mencoba membuat Rupee dapat diterima secara global untuk perdagangan dengan membiarkan penyelesaian dilakukan dalam mata uang India, bukan Dolar AS.
RBI bahkan telah mendorong pembukaan rekening berdenominasi rupee untuk non-penduduk di India dan luar negeri.
Upaya ini dilakukan lantaran dominasi dolar yang dinilai terlalu mendominasi dalam perdagangan dan keuangan global, sehingga perlu memfasilitasi perdagangan Rupee yang lebih besar lagi.
3. Negara ASEAN
Beberapa negara ASEAN sepakat untuk menerapkan dedolarisasi setelah mengadakan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo pada Mei 2023. Langkah ini diberlakukan demi mengikuti jejak BRICS yang terlebih dahulu menerapkan kebijakan meninggalkan dollar AS.
Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina jadi negara ASEAN yang mendukung dan akan siap untuk menerapkan sistem tersebut.
Indonesia sendiri telah melakukan langkah dedolarisasi sejak tahun 2018 lalu, dengan telah melakukan transaksi menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) dengan beberapa negara mitra dagang dan investasi, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan China.
Malaysia sendiri telah menjalin kesepakatan dengan India dan Uni Emirat Arab untuk menggunakan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan. Kebijakan tersebut juga diikuti beberapa negara lain termasuk Singapura.
Sama seperti Indonesia, Thailand juga telah melakukan upaya dedolarisasi sejak 2018 ketika Bank of Thailand (BOT) dan Bank Indonesia (BI) mengimplementasikan kerjasama penggunaan mata uang lokal (LCT) untuk transaksi perdagangan.
Sementara itu, Filipina telah mendorong dedolarisasi adalah menerbitkan obligasi global dalam mata uang peso Filipina pada tahun 2018.
4. Arab Saudi
Upaya dedolarisasi Arab Saudi ini tak lepas dari kerjasamanya dengan China. Dikutip dari laman Reseau International, kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Arab Saudi pada awal Desember telah mencapai tujuan pertamanya yakni negara Arab tersebut telah secara resmi mengakui bahwa mereka "siap untuk membahas perdagangan minyak dalam mata uang selain dolar".
Ini merupakan tindakan diplomatik terbesar dan tertinggi di Timur Tengah sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, yang menandai babak baru antara Arab dan Tiongkok.
Manfaat dedolarisasi yang sangat diincar oleh banyak negara adalah mereka dapat terhindar dari monopoli serta fluktuasi kebijakan AS. Terlebih, negara-negara yang menerapkan dedolarisasi ini juga berpotensi untuk meningkatkan stabilitas mata uang lokal, mempermudah transaksi, hingga membuat barang lebih murah di pasar internasional.
Dari manfaat dan keuntungan yang didapat ini, tak heran bila sejumlah negara Asia berikut ini berencana untuk meninggalkan dolar AS untuk digantikan dengan mata uang lokal. Berikut negara di Asia yang melakukan dedolarisasi.
1. China
Bisa dibilang jika China menjadi negara yang menjadi pelopor terciptanya dedolarisasi di berbagai negara. Tiongkok memang sudah lama ingin lepas dari dominasi AS, dengan berbagai usahanya menggaet negara lain untuk ikut serta.
Langkah besar Tiongkok demi terwujudnya upaya itu adalah dengan menciptakan mata uang baru BRICS. Dengan ini negara tersebut tidak akan lagi menggunakan dolar AS untuk setiap transaksi.
Sejumlah kesepakatan dengan negara lain bahkan telah dilakukan China untuk mewujudkan cita-citanya ini, seperti membuat kesepakatan dengan Brazil, Rusia, hingga Arab Saudi.
Bahkan Moskow dan Beijing telah mengembangkan alat-alat penting untuk semaksimal mungkin memfasilitasi semua transaksi yang diperlukan demi terciptanya dedolarisasi di lingkungan mereka.
2. India
Sebagai salah satu anggota BRICS, India mulai tergiur untuk lakukan dedolarisasi. Dilansir dari Business Insider, Reserve Bank of India (RBI) mencoba membuat Rupee dapat diterima secara global untuk perdagangan dengan membiarkan penyelesaian dilakukan dalam mata uang India, bukan Dolar AS.
RBI bahkan telah mendorong pembukaan rekening berdenominasi rupee untuk non-penduduk di India dan luar negeri.
Upaya ini dilakukan lantaran dominasi dolar yang dinilai terlalu mendominasi dalam perdagangan dan keuangan global, sehingga perlu memfasilitasi perdagangan Rupee yang lebih besar lagi.
3. Negara ASEAN
Beberapa negara ASEAN sepakat untuk menerapkan dedolarisasi setelah mengadakan KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo pada Mei 2023. Langkah ini diberlakukan demi mengikuti jejak BRICS yang terlebih dahulu menerapkan kebijakan meninggalkan dollar AS.
Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Filipina jadi negara ASEAN yang mendukung dan akan siap untuk menerapkan sistem tersebut.
Indonesia sendiri telah melakukan langkah dedolarisasi sejak tahun 2018 lalu, dengan telah melakukan transaksi menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) dengan beberapa negara mitra dagang dan investasi, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan China.
Malaysia sendiri telah menjalin kesepakatan dengan India dan Uni Emirat Arab untuk menggunakan mata uang masing-masing dalam transaksi perdagangan. Kebijakan tersebut juga diikuti beberapa negara lain termasuk Singapura.
Sama seperti Indonesia, Thailand juga telah melakukan upaya dedolarisasi sejak 2018 ketika Bank of Thailand (BOT) dan Bank Indonesia (BI) mengimplementasikan kerjasama penggunaan mata uang lokal (LCT) untuk transaksi perdagangan.
Sementara itu, Filipina telah mendorong dedolarisasi adalah menerbitkan obligasi global dalam mata uang peso Filipina pada tahun 2018.
4. Arab Saudi
Upaya dedolarisasi Arab Saudi ini tak lepas dari kerjasamanya dengan China. Dikutip dari laman Reseau International, kunjungan Presiden Tiongkok Xi Jinping ke Arab Saudi pada awal Desember telah mencapai tujuan pertamanya yakni negara Arab tersebut telah secara resmi mengakui bahwa mereka "siap untuk membahas perdagangan minyak dalam mata uang selain dolar".
Ini merupakan tindakan diplomatik terbesar dan tertinggi di Timur Tengah sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok, yang menandai babak baru antara Arab dan Tiongkok.
(nng)