Pengamat Beberkan Fakta-fakta Harga Beras di ASEAN: Bikin Ngenes!

Jum'at, 22 September 2023 - 20:55 WIB
loading...
Pengamat Beberkan Fakta-fakta...
Produksi padi Indonesia belum menjamin murahnya harga beras. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pemerintah diminta untuk mengendalikan harga beras seiring harga jual di masyarakat yang sangat tinggi dan memprihatinkan. Harga beras sudah mencapai Rp14 ribu hingga Rp15 ribu per liter untuk beras medium dan bahkan di kisaran Rp18 ribu untuk beras premium.



Pengamat kebijakan publik, Bambang Haryo Soekartono (BHS), mengatakan Indonesia merupakan negara yang mempunyai luasan tanah produktif terbesar di Asia, sekitar 70 juta hektare dan yang dimanfatkan atau diolah seluas 45 juta hektar. Namun hanya sekitar 7 juta hektare saja sebagai lahan produktif pertanian beras.

Anggota DPR-RI periode 2014-2019 ini kemudian membandingkan Indonesia dengan Malaysia, mulai dari harga beras, hingga lahan pertanian. Perbedaannya terbilang cukup jauh terpaut.

"Saya baru berkunjung ke Malaysia, cek harga beras di pedalaman wilayah Penang pinggiran perbatasan Malaysia, yaitu 2,6 ringgit atau sekitar Rp9.100 per kg untuk beras lokal. Harga beras ini merupakan beras kualitas premium dan harga tersebut relatif sama di seluruh wilayah Malaysia," kata BHS, dikutip Jumat (22/9/2023).

Menurut BHS Malaysia hanya mempunyai lahan produktif untuk pertanian padi seluas 648 ribu hektare atau hanya 9,2% dari lahan produktif di Indonesia yang seluas 7 juta hektare. Penduduk Malaysia jumlahnya sekitar 33 juta jiwa atau sekitar 12% dari total penduduk di Indonesia.

Malaysia, tambah BHS, hingga kini masih mengimpor beras dari India, Pakistan, Vietnam, dan Thailand sampai dengan September 2023 dan target tahun ini sebanyak 1,2 juta ton. Kondisi ini tidak berbeda jauh dengan Indonesia.

Pertanyaannya, kenapa Malaysia bisa menjamin kecukupan beras kepada rakyatnya? Dan menjamin harga beras premium Rp9.000 berlaku di seluruh wilayah mereka, sedangkan Indonesia kesulitan? Padahal Indonesia memiliki lahan produktif pertanian terluas di Asia.

"Vietnam yang merupakan penghasil beras terbesar urutan ke-5 di dunia sebanyak 27,1 juta ton setelah Indonesia 34,4 juta ton, kenapa harga beras di Vietnam jauh lebih murah dari Indonesia, yaitu 11.250 dong atau sekitar Rp7.000 rupiah per kg. Padahal lahan pertanian di Vietnam dari 33 juta hektare lahan produktif hanya 3,8 juta hektare yang dipergunakan secara hukum untuk pertanian beras," ulas BHS.

Vietnam, lanjut BHS, mempunyai penduduk 97,33 juta jiwa, tetapi negara bisa menjamin kecukupan kebutuhan dan bisa swasembada beras, bahkan sekaligus masih meningkatkan ekspor ke negara lain. Di tahun 2023 Vietnam sudah meningkatkan produksi berasnya 10% dari tahun 2022 atau saat ini ekspornya 7,8 juta ton sampai dengan Agustus 2023.

Demikian juga Thailand, lanjut anggota Bidang Pengembangan Usaha dan Inovasi DPN HKTI ini, sebagai pengekspor beras terbesar ke-2 dunia tetap melakukan kebijakan ekspor dan malah meningkatkan dari 7,71 juta ton tahun lalu menjadi 8,5 juta ton tahun ini sampai dengan Agustus 2023.

Lahan pertanian yang dikhususkan untuk padi di Thailand hanya seluas 50% dari total 9,2 juta hektar lahan produktif. Lahan tersebut jauh lebih kecil dari luasan lahan pertanian yang ada di Indonesia.



"Tetapi kenapa Thailand bisa mewujudkan swasembada pangan dan bahkan masih bisa mengekspor beras, padahal di negara tersebut termasuk Vietnam juga sangat dipengaruhi oleh musim kemarau dan hujan seperti yang ada di Indonesia. Bahkan Laos pun meningkatkan ekspor berasnya ke Eropa seperti Belgia, Perancis dan Italia. Berarti negara-negara penghasil beras malah cenderung meningkatkan produksinya dan bahkan beberapa negara penghasil beras meningkatkan ekspornya,” tandas BHS.

(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1883 seconds (0.1#10.140)