Gabung ke Gerakan Dedolarisasi BRICS Disebut Langkah Gila

Minggu, 24 September 2023 - 12:13 WIB
loading...
Gabung ke Gerakan Dedolarisasi BRICS Disebut Langkah Gila
Gabung bersama BRICS dengan agenda dedolarisasi yang terus digaungkan, menurut Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Zimbabwe, Tendai Biti merupakan langkah gila untuk diikuti. Foto/Dok
A A A
HARARE - Gabung bersama BRICS dengan agenda dedolarisasi yang terus digaungkan, menurut Mantan Menteri Keuangan (Menkeu) Zimbabwe, Tendai Biti merupakan langkah gila untuk mengikutinya. Belakangan disebutkan Zimbabwe ingin bergabung dengan bank yang didirikan oleh kelompok negara-negara berkembang BRICS.



Akan tetapi perdebatan dedolarisasi telah dimulai sebelum aplikasi negara itu disetujui. Tendai Biti mengatakan, jika pemerintahan Presiden Emmerson Mnangagwa saat ini memutuskan untuk membuang dolar, maka dapat memicu "bencana" ekonomi.

Biti menulis dalam sebuah postingan di X (dulunya Twitter), bahwa setiap langkah menjauh dari greenback adalah "upaya gila untuk mengikuti agenda de-dolarisasi global yang sedang dikejar oleh BRICS & pendukung tatanan dunia baru lainnya,".



Hal itu mengacu pada blok Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan atau BRICS yang belakangan gencar menggaungkan Dedolarisasi. "Langkah ini akan menjadi bencana mutlak & akan merugikan pekerja dan pensiunan," tulisnya.

Dia juga mengatakan, Zimbabwe tidak memiliki kondisi ekonomi yang ideal untuk membuang dolar. Komentar Biti menambah perdebatan sengit yang sedang berlangsung mengenai dedolarisasi, karena Zimbabwe telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan New Development Bank BRICS.

Belakangan wacana dedolarisasi telah dikipasi oleh kekhawatiran bahwa Washington mempersenjatai sistem keuangan global berdenominasi dolar melawan Rusia atas perang Ukraina. Diskusi telah begitu intens, bahkan ada pembicaraan tentang kemungkinan penciptaan mata uang BRICS, meski belum terwujud di akhir pertemuan BRICS pada Agustus lalu

Pertemuan berakhir tanpa pengumuman tentang mata uang bersama, dan selama KTT, para pemimpin dari negara-negara BRICS bahkan memberikan pernyataan yang bertentangan tentang dedolarisasi. Bank BRICS memulai perjalanan menuju dedolarisasi dengan meningkatkan pinjaman dalam mata uang anggota lokal.

Pandangan Biti tentang dedolarisasi juga mencerminkan kekhawatiran lokal Zimbabwe tentang ekonominya. Zimbabwe telah berada dalam krisis ekonomi selama bertahun-tahun, dengan inflasi berjalan pada 101,3% pada Juli dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu.

Mata uang resmi Zimbabwe adalah dolar Zimbabwe, tetapi John Mangudya, gubernur bank sentral negara itu, mengatakan kepada Bloomberg pada bulan Juli bahwa dolar AS digunakan hampir 75% dari semua transaksi di Zimbabwe.

Sebelumnya pemerintah Zimbabwe melarang penggunaan mata uang asing sebagai alat pembayaran yang sah pada 2019. Mnangagwa mengatakan, pada saat itu bahwa ekonomi negara itu "bergantung pada harga dolar AS, yang telah menjadi akar penyebab inflasi," lapor BBC.

Namun, negara itu terpaksa membatalkan larangan pada Juni 2022 untuk mengendalikan inflasi. Kini ketika pembicaraan tentang dedolarisasi berkecamuk di negara-negara berkembang – termasuk Zimbabwe–, penduduk setempat khawatir tentang dampaknya ke dalam kehidupan mereka.

"Dolar AS telah mengembalikan hidup kita. Kita tidak bisa hidup tanpanya," ucap Lovemore Mutenha, pemilik toko minuman keras di Zimbabwe, mengatakan kepada Associated Press pada bulan Agustus.

"Bagaimana bisa satu anggaran dengan dolar Zimbabwe yang selalu berubah nilainya? Itu tidak stabil, dan kami telah dibakar sebelumnya," bebernya.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2097 seconds (0.1#10.140)