Miliarder Rusia Berharta Rp38,5 T Sebut Sanksi Barat Tak Akan Hentikan Perang Ukraina
loading...
A
A
A
Deripaska, yang belajar fisika di Universitas Moskow, kemudian beralih ke perdagangan logam ketika Uni Soviet runtuh, menghasilkan banyak uang dengan membeli saham di pabrik aluminium.
Dia mendirikan RUSAL, yang menyatukan industri aluminium Soviet menjadi satu holding, pada tahun 2000. Pada peringkat Forbes versi Rusia tahun ini, Deripaska menyandang gelar sebagai orang terkaya ke-54 Rusia dengan kekayaan diperkirakan mencapai USD2,5 miliar setara Rp38,5 triliun (Kurs Rp15.400 per USD).
Diketahui Deripaska masih memiliki sebagian Rusal melalui sahamnya di induk perusahaan yaitu En+ Group. Dia meragukan sanksi Barat, yang disebutnya sebagai alat abad ke-20, akan berfungsi sebagai senjata ajaib di dunia global.
"Saya selalu meragukan Wunderwaffe ini, seperti yang biasa dikatakan orang Jerman, tentang sanksi – mempersenjatai sistem keuangan sebagai semacam alat untuk bernegosiasi," kata Deripaska.
"Ya, ada pengeluaran perang dan semua subsidi semacam ini serta dukungan pemerintah, tetapi tetap saja perlambatan yang terjadi sangat rendah. Ekonomi swasta menemukan jalannya untuk tetap beroperasi dan melakukannya dengan sukses," bebernya.
Dia mendirikan RUSAL, yang menyatukan industri aluminium Soviet menjadi satu holding, pada tahun 2000. Pada peringkat Forbes versi Rusia tahun ini, Deripaska menyandang gelar sebagai orang terkaya ke-54 Rusia dengan kekayaan diperkirakan mencapai USD2,5 miliar setara Rp38,5 triliun (Kurs Rp15.400 per USD).
Diketahui Deripaska masih memiliki sebagian Rusal melalui sahamnya di induk perusahaan yaitu En+ Group. Dia meragukan sanksi Barat, yang disebutnya sebagai alat abad ke-20, akan berfungsi sebagai senjata ajaib di dunia global.
"Saya selalu meragukan Wunderwaffe ini, seperti yang biasa dikatakan orang Jerman, tentang sanksi – mempersenjatai sistem keuangan sebagai semacam alat untuk bernegosiasi," kata Deripaska.
"Ya, ada pengeluaran perang dan semua subsidi semacam ini serta dukungan pemerintah, tetapi tetap saja perlambatan yang terjadi sangat rendah. Ekonomi swasta menemukan jalannya untuk tetap beroperasi dan melakukannya dengan sukses," bebernya.
(akr)