Dolar AS Sentuh Level Tertinggi, Rupiah Hari Ini Loyo ke Rp15.580
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) kembali ditutup melemah pada perdagangan Selasa (3/10/2023), turun 50 poin ke level Rp15.580 dari penutupan sebelumnya di Rp15.530.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS mencapai level tertinggi dalam 11 bulan hari ini, mendorong yen semakin dekat ke zona intervensi potensial, setelah data ekonomi AS yang kuat mendukung pandangan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
"Manufaktur AS mengambil langkah lebih jauh menuju pemulihan pada bulan September karena produksi meningkat dan lapangan kerja pulih, menurut survei pada hari Senin yang juga menunjukkan harga input yang dibayarkan oleh pabrik turun drastis," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (3/10/2023).
Sejumlah data ekonomi AS yang kuat selama beberapa pekan terakhir telah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan kenaikan suku bunganya untuk jangka waktu yang lebih lama, dan beberapa pembuat kebijakan memperingatkan risiko pengetatan lebih lanjut jika inflasi tidak terus melambat seperti yang diperkirakan. Imbal hasil Treasury AS juga memberi dorongan pada dolar, melonjak karena rilis data yang optimis, serta kesepakatan di menit-menit terakhir yang mencegah penutupan pemerintah.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Selasa bahwa pihak berwenang mengawasi pasar mata uang dengan cermat dan siap untuk merespons, mengulangi peringatan terhadap tindakan spekulatif yang tidak mencerminkan fundamental ekonomi.
Selain itu, survei PMI zona euro menunjukkan pada hari Senin bahwa permintaan terus menyusut dengan kecepatan yang jarang dilampaui sejak data pertama kali dikumpulkan pada tahun 1997.
Dari sentimen internal, berakhirnya periode pemulihan pasca pandemi di Tiongkok, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS), lemahnya sektor semikonduktor, dan permintaan domestik menggambarkan prospek pesimis bagi perekonomian ASEAN, termasuk Indonesia. Namun, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal terakhir Indonesia masih cukup menjanjikan.
“Sedangkan perlambatan pada pertumbuhan akan semakin terlihat pada kuartal ketiga 2023 meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya cukup baik," kata dia.
Indonesia diprediksi akan tumbuh 5,1 persen di tahun ini, konsisten dengan tren historis pertumbuhan sebelumnya. Setelah itu, perlambatan ringan ke angka pertumbuhan 4,7 persen dapat terjadi di tahun depan jika meninjau adanya hambatan eksternal, yaitu dampak pengetatan moneter yang masih berlanjut. Pertumbuhan yang lebih lambat di kuartal III-2023 diperkirakan terjadi karena beberapa alasan.
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, dolar AS mencapai level tertinggi dalam 11 bulan hari ini, mendorong yen semakin dekat ke zona intervensi potensial, setelah data ekonomi AS yang kuat mendukung pandangan bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama.
"Manufaktur AS mengambil langkah lebih jauh menuju pemulihan pada bulan September karena produksi meningkat dan lapangan kerja pulih, menurut survei pada hari Senin yang juga menunjukkan harga input yang dibayarkan oleh pabrik turun drastis," tulis Ibrahim dalam risetnya, Selasa (3/10/2023).
Sejumlah data ekonomi AS yang kuat selama beberapa pekan terakhir telah memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan kenaikan suku bunganya untuk jangka waktu yang lebih lama, dan beberapa pembuat kebijakan memperingatkan risiko pengetatan lebih lanjut jika inflasi tidak terus melambat seperti yang diperkirakan. Imbal hasil Treasury AS juga memberi dorongan pada dolar, melonjak karena rilis data yang optimis, serta kesepakatan di menit-menit terakhir yang mencegah penutupan pemerintah.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Selasa bahwa pihak berwenang mengawasi pasar mata uang dengan cermat dan siap untuk merespons, mengulangi peringatan terhadap tindakan spekulatif yang tidak mencerminkan fundamental ekonomi.
Selain itu, survei PMI zona euro menunjukkan pada hari Senin bahwa permintaan terus menyusut dengan kecepatan yang jarang dilampaui sejak data pertama kali dikumpulkan pada tahun 1997.
Dari sentimen internal, berakhirnya periode pemulihan pasca pandemi di Tiongkok, kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve Amerika Serikat (AS), lemahnya sektor semikonduktor, dan permintaan domestik menggambarkan prospek pesimis bagi perekonomian ASEAN, termasuk Indonesia. Namun, di tengah perlambatan ekonomi global, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal terakhir Indonesia masih cukup menjanjikan.
“Sedangkan perlambatan pada pertumbuhan akan semakin terlihat pada kuartal ketiga 2023 meskipun pertumbuhan PDB pada kuartal sebelumnya cukup baik," kata dia.
Indonesia diprediksi akan tumbuh 5,1 persen di tahun ini, konsisten dengan tren historis pertumbuhan sebelumnya. Setelah itu, perlambatan ringan ke angka pertumbuhan 4,7 persen dapat terjadi di tahun depan jika meninjau adanya hambatan eksternal, yaitu dampak pengetatan moneter yang masih berlanjut. Pertumbuhan yang lebih lambat di kuartal III-2023 diperkirakan terjadi karena beberapa alasan.