Dedolarisasi BRICS Terancam Jadi Pepesan Kosong, Penyebabnya dari Dalam Sendiri
loading...
A
A
A
Sebagai negara besar dengan populasi muda--usia rata-rata adalah 28 tahun--India merupakan daya tarik yang kuat bagi perusahaan yang ingin mendiversifikasi risiko mereka di luar China, yang telah menjadi pabrik dunia selama 40 tahun.
Abishur Prakash, pendiri The Geopolitik Business (sebuah firma penasihat yang berbasis di Toronto, Kanada) melengkapi, di antara lima anggota BRICS, “masalah terbesar” adalah perselisihan India-China. Menurutnya, kedua negara akan saling menunjukkan superioritasnya.
"Sangat tidak mungkin salah satu negara akan bergantung pada mata uang yang didominasi oleh pihak lain," kata Prakash.
Sejumlah analis lain juga menggambarkan hubungan antara China dan India sedang tegang. Hubungan keduanya sebagai 'titik lemah' di blok BRICS.
Memang, Beijing dan New Delhi tampak aktif terlibat satu sama lain, namun sejatinya hubungan kedua negara tersebut "bak sandiwara", karena yang terjadi sesungguhnya adalah ketegangan. Singkatnya, mereka tampak seperti musuh.
Hubungan China dan India sudah terjalin sejak berabad-abad yang lalu, namun keduanya pernah terlibat dalam sengketa wilayah di sepanjang perbatasan Himalaya dalam sejarah kontemporer, dan bahkan terlibat perang pada tahun 1962. Meskipun beberapa dekade terakhir lebih bersahabat, namun konflik keduanya kembali memanas sejak 2020 di tengah sengketa perbatasan dan meningkatnya nasionalisme di China dan India.
Kedua belah pihak berupaya berbaikan pada Agustus di KTT BRICS di Johannesburg, ketika Xi Jinping dan Narendra Modi sepakat untuk mengurangi ketegangan di perbatasan yang disengketakan.
Sayangnya, sebulan kemudian, hubungan tersebut kembali dipertanyakan ketika Xi Jinping tak nongol di KTT G20 New Delhi--pertama kalinya sejak tahun 2008 ketika Xi tidak menghadiri konferensi tersebut. Beijing tidak menjelaskan ketidakhadiran Xi, dan Perdana Menteri Li Qiang malah memimpin delegasi China.
Lalu bagaimana dengan mata uang BRICS? Menciptakan mata uang bersama tidaklah mudah, dan negara-negara BRICS yang beragam harus bersatu dalam beberapa isu, termasuk pembentukan bank sentral dan penghapusan mata uang mereka secara bertahap.
Euro memerlukan waktu persiapan puluhan tahun di Eropa, dan penggunaan mata uang tersebut secara global juga masih kalah dibandingkan dolar. Pada Agustus, greenback menyumbang 48% pembayaran global melalui sistem pesan SWIFT, jauh lebih tinggi dibandingkan euro yang hanya 23%.
Abishur Prakash, pendiri The Geopolitik Business (sebuah firma penasihat yang berbasis di Toronto, Kanada) melengkapi, di antara lima anggota BRICS, “masalah terbesar” adalah perselisihan India-China. Menurutnya, kedua negara akan saling menunjukkan superioritasnya.
"Sangat tidak mungkin salah satu negara akan bergantung pada mata uang yang didominasi oleh pihak lain," kata Prakash.
Sejumlah analis lain juga menggambarkan hubungan antara China dan India sedang tegang. Hubungan keduanya sebagai 'titik lemah' di blok BRICS.
Memang, Beijing dan New Delhi tampak aktif terlibat satu sama lain, namun sejatinya hubungan kedua negara tersebut "bak sandiwara", karena yang terjadi sesungguhnya adalah ketegangan. Singkatnya, mereka tampak seperti musuh.
Hubungan China dan India sudah terjalin sejak berabad-abad yang lalu, namun keduanya pernah terlibat dalam sengketa wilayah di sepanjang perbatasan Himalaya dalam sejarah kontemporer, dan bahkan terlibat perang pada tahun 1962. Meskipun beberapa dekade terakhir lebih bersahabat, namun konflik keduanya kembali memanas sejak 2020 di tengah sengketa perbatasan dan meningkatnya nasionalisme di China dan India.
Kedua belah pihak berupaya berbaikan pada Agustus di KTT BRICS di Johannesburg, ketika Xi Jinping dan Narendra Modi sepakat untuk mengurangi ketegangan di perbatasan yang disengketakan.
Sayangnya, sebulan kemudian, hubungan tersebut kembali dipertanyakan ketika Xi Jinping tak nongol di KTT G20 New Delhi--pertama kalinya sejak tahun 2008 ketika Xi tidak menghadiri konferensi tersebut. Beijing tidak menjelaskan ketidakhadiran Xi, dan Perdana Menteri Li Qiang malah memimpin delegasi China.
Lalu bagaimana dengan mata uang BRICS? Menciptakan mata uang bersama tidaklah mudah, dan negara-negara BRICS yang beragam harus bersatu dalam beberapa isu, termasuk pembentukan bank sentral dan penghapusan mata uang mereka secara bertahap.
Euro memerlukan waktu persiapan puluhan tahun di Eropa, dan penggunaan mata uang tersebut secara global juga masih kalah dibandingkan dolar. Pada Agustus, greenback menyumbang 48% pembayaran global melalui sistem pesan SWIFT, jauh lebih tinggi dibandingkan euro yang hanya 23%.