Dulu Untung Kini Buntung, KAI Merugi Rp1,33 T di Paruh Pertama 2020
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mencatat kerugian pada semester pertama 2020 sebesar Rp1,33 triliun. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu raihan keuntungan perseroan mencapai Rp1,23 triliun.
Mengutip laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin, (3/7/2020) kerugian KAI disebabkan beban pokok pendapatan.
Tercatat total pendapatan pada semester satu tahun ini hanya mencapai Rp7,41 triliun atau merosot 38,91% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp12,13 triliun. (Baca juga: KA Argo Parahyangan Jakarta-Bandung Beroperasi Lagi, Yuk Cek Jadwalnya )
Adapun rincian pendapatan pada semester I/2020 meliputi pendapatan angkutan dan usaha lainnya sebesar Rp7,27 triliun, pendapatan konstruksi mencapai Rp137 miliar. Sementara, pada semester I/2019 pendapatan angkutan dan usaha lainnya mencapai Rp10,7 triliun dan pendapatan konstruksi sebesar Rp1,4 triliun.
Di sisi lain, perseroan pelat merah harus tetap mengeluarkan anggaran pada pos beban pokok pendapatan. Hal itu menjadi faktor lain adanya tekanan laba perseroan sehingga merugi.
Tercatat, total beban pokok pendapatan sepanjang semester satu 2020 mencapai Rp7,02 triliun, turun sedikit dengan beban pokok pendapatan tahun lalu yang sebesar Rp8,94 triliun.
"Beban pokok pendapatan tersebut terdiri dari beban angkutan dan usaha lainnya sebesar Rp6,89 triliun dan beban konstruksi sebesar Rp137,13 miliar," demikian keterangan keterbukaan informasi BEI, dikutip, Senin (3/8/2020).
Labih jauh, KAI juga mencatat beban usaha sebesar Rp1,27 triliun, turun tipis dari beban usaha periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,42 triliun. Bahkan, perseroan mengalami penurunan total aset hingga 30 Juni 2020 menjadi Rp44,50 triliun. Angka ini turun dibandingkan akhir Desember 2019 sebesar Rp44,90 triliun.
"Sementara jumlah liabilitas naik dari Rp25,09 triliun pada akhir Desember 2019 menjadi Rp26,11 triliun pada 30 Juni 2020," tulis BEI. (Baca juga: IHSG Sesi Siang Ambruk 132,27 Poin Saat Rupiah Loyo )
Untuk diketahui, kinerja KAI sebenarnya sudah mengalami pukulan sejak Maret 2020, terlihat dari kinerja kuartal pertama 2020. Pada periode tersebut, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp251,25 miliar. Jumlah ini turun 42,72% dibandingkan capaian kuartal pertama 2019 yang sebesar Rp438,69 miliar.
Pukulan telak dirasakan PT KAI pada Maret 2020, dimana rata-rata penumpang per hari hanya mencapai 275.000 orang, anjlok dibandingkan rata-rata penumpang pada Januari 2020 yang mampu mencapai 1,27 juta orang. (Baca juga: Tak Pakai Masker, 15 Sopir dan 25 Penumpang Angkot Disuruh Kerja Sosial )
Penurunan jumlah penumpang yang drastis ini akhirnya membuat pendapatan perusahaan turun, dari Rp1,88 triliun pada Januari 2020 menjadi Rp1,54 triliun pada Maret 2020. Dari segi penjualan tiket, pada Maret 2020 pendapatan harian PT KAI anjlok 89% dibanding bulan Februari 2020.
Mengutip laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), pada Senin, (3/7/2020) kerugian KAI disebabkan beban pokok pendapatan.
Tercatat total pendapatan pada semester satu tahun ini hanya mencapai Rp7,41 triliun atau merosot 38,91% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp12,13 triliun. (Baca juga: KA Argo Parahyangan Jakarta-Bandung Beroperasi Lagi, Yuk Cek Jadwalnya )
Adapun rincian pendapatan pada semester I/2020 meliputi pendapatan angkutan dan usaha lainnya sebesar Rp7,27 triliun, pendapatan konstruksi mencapai Rp137 miliar. Sementara, pada semester I/2019 pendapatan angkutan dan usaha lainnya mencapai Rp10,7 triliun dan pendapatan konstruksi sebesar Rp1,4 triliun.
Di sisi lain, perseroan pelat merah harus tetap mengeluarkan anggaran pada pos beban pokok pendapatan. Hal itu menjadi faktor lain adanya tekanan laba perseroan sehingga merugi.
Tercatat, total beban pokok pendapatan sepanjang semester satu 2020 mencapai Rp7,02 triliun, turun sedikit dengan beban pokok pendapatan tahun lalu yang sebesar Rp8,94 triliun.
"Beban pokok pendapatan tersebut terdiri dari beban angkutan dan usaha lainnya sebesar Rp6,89 triliun dan beban konstruksi sebesar Rp137,13 miliar," demikian keterangan keterbukaan informasi BEI, dikutip, Senin (3/8/2020).
Labih jauh, KAI juga mencatat beban usaha sebesar Rp1,27 triliun, turun tipis dari beban usaha periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,42 triliun. Bahkan, perseroan mengalami penurunan total aset hingga 30 Juni 2020 menjadi Rp44,50 triliun. Angka ini turun dibandingkan akhir Desember 2019 sebesar Rp44,90 triliun.
"Sementara jumlah liabilitas naik dari Rp25,09 triliun pada akhir Desember 2019 menjadi Rp26,11 triliun pada 30 Juni 2020," tulis BEI. (Baca juga: IHSG Sesi Siang Ambruk 132,27 Poin Saat Rupiah Loyo )
Untuk diketahui, kinerja KAI sebenarnya sudah mengalami pukulan sejak Maret 2020, terlihat dari kinerja kuartal pertama 2020. Pada periode tersebut, laba bersih perseroan tercatat sebesar Rp251,25 miliar. Jumlah ini turun 42,72% dibandingkan capaian kuartal pertama 2019 yang sebesar Rp438,69 miliar.
Pukulan telak dirasakan PT KAI pada Maret 2020, dimana rata-rata penumpang per hari hanya mencapai 275.000 orang, anjlok dibandingkan rata-rata penumpang pada Januari 2020 yang mampu mencapai 1,27 juta orang. (Baca juga: Tak Pakai Masker, 15 Sopir dan 25 Penumpang Angkot Disuruh Kerja Sosial )
Penurunan jumlah penumpang yang drastis ini akhirnya membuat pendapatan perusahaan turun, dari Rp1,88 triliun pada Januari 2020 menjadi Rp1,54 triliun pada Maret 2020. Dari segi penjualan tiket, pada Maret 2020 pendapatan harian PT KAI anjlok 89% dibanding bulan Februari 2020.
(ind)