Rupiah Sedikit Lagi Rp16.000, Apindo: Risiko Pelemahannya Makin Besar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia ( Apindo ) turut buka suara terkait melemahnya nilai tukar atau kurs rupiah ke level Rp15.933/USD. Ketua Umum Apindo, Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, pelemahan rupiah selama tiga bulan terakhir sudah sangat mengganggu pelaku usaha .
Khususnya dalam bentuk penggelembungan overhead cost usaha sehingga pertumbuhan produktifitas atau kinerja usaha dan daya saing ekspor menurun.
"Beberapa pelaku usaha di sektor juga terpaksa menaikan harga jual di pasar karena kenaikan overhead cost yang disebabkan oleh efek pelemahan nilai tukar terhadap beban impor bahan baku atau penolong dan barang modal," kata Shinta kepada MPI, Senin (23/10/2023).
Oleh karena itu Shinta berharap agar pelemahan nilai tukar bisa segera dihentikan atau rupiah bisa kembali menguat dalam waktu dekat secara sustainable, meskipun harus dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga acuan.
"Kenaikan suku bunga diproyeksikan memperparah peningkatan beban overhead cost usaha yang sudah terjadi selama ini," ujarnya.
Shinta menambahkan, Apindo melihat bahwa potensi pelemahan rupiah masih sangat tinggi hingga akhir tahun, khususnya bila The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi di AS atau bila konflik di Timur Tengah meluas atau semakin mempengaruhi harga dan supply migas di pasar global.
Dalam kedua kasus tersebut, pelemahan rupiah dan mata uang lain di dunia dapat terjadi secara signifikan, tergantung pada ketahanan atau fundamental ekonomi masing-masing.
"Karena itu, kami memahami dan mendukung langkah antisipatif BI dengan meningkatkan suku bunga acuan karena risiko pelemahannya semakin besar. Semoga saja dengan langkah kebijakan ini, pelemahan nilai tukar bisa diminimalisir, bahkan rupiah bisa menguat," pungkasnya.
Khususnya dalam bentuk penggelembungan overhead cost usaha sehingga pertumbuhan produktifitas atau kinerja usaha dan daya saing ekspor menurun.
"Beberapa pelaku usaha di sektor juga terpaksa menaikan harga jual di pasar karena kenaikan overhead cost yang disebabkan oleh efek pelemahan nilai tukar terhadap beban impor bahan baku atau penolong dan barang modal," kata Shinta kepada MPI, Senin (23/10/2023).
Oleh karena itu Shinta berharap agar pelemahan nilai tukar bisa segera dihentikan atau rupiah bisa kembali menguat dalam waktu dekat secara sustainable, meskipun harus dilakukan dengan cara menaikkan suku bunga acuan.
"Kenaikan suku bunga diproyeksikan memperparah peningkatan beban overhead cost usaha yang sudah terjadi selama ini," ujarnya.
Shinta menambahkan, Apindo melihat bahwa potensi pelemahan rupiah masih sangat tinggi hingga akhir tahun, khususnya bila The Fed menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi di AS atau bila konflik di Timur Tengah meluas atau semakin mempengaruhi harga dan supply migas di pasar global.
Dalam kedua kasus tersebut, pelemahan rupiah dan mata uang lain di dunia dapat terjadi secara signifikan, tergantung pada ketahanan atau fundamental ekonomi masing-masing.
"Karena itu, kami memahami dan mendukung langkah antisipatif BI dengan meningkatkan suku bunga acuan karena risiko pelemahannya semakin besar. Semoga saja dengan langkah kebijakan ini, pelemahan nilai tukar bisa diminimalisir, bahkan rupiah bisa menguat," pungkasnya.
(akr)