Berdayakan Pengrajin Lokal, Bisnis Sepatu Mamaky Bantu UMKM

Kamis, 26 Oktober 2023 - 08:20 WIB
loading...
Berdayakan Pengrajin Lokal, Bisnis Sepatu Mamaky Bantu UMKM
Perjalanan Andi Rezky Restu Rakasi, yang akrab disapa Mamaky Eky dalam membangun bisnis sepatu bisa menjadi inspirasi dengan memberdayakan pengrajin lokal. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Perjalanan Andi Rezky Restu Rakasi, yang akrab disapa Mamaky Eky dalam membangun bisnis sepatu bisa menjadi inspirasi. Lahir pada 30 Juni 1989 di Makassar, Mamaky Eky memiliki latar belakang pendidikan yang kuat, ia lulus dengan gelar S2 Magister Kenotariatan dari Universitas Indonesia.



Alih-alih menjadi notaris, ia berani beralih ke dunia bisnis . Awalnya setelah menyelesaikan studi S1, banyak orang mungkin akan mencari pekerjaan, tetapi Mamaky Eky dan suaminya, Dwi Awal Putra, memilih untuk mengambil risiko dengan berbisnis.

Pada tahun 2012, mereka memulai bisnis online di Makassar dengan sistem dropshipping, fokus pada penjualan kosmetik, tanpa harus menyimpan produk secara fisik. Mereka hanya mengandalkan foto produk dan media sosial untuk mempromosikannya.

Tidak berhenti di sana, pasangan suami istri ini berani merantau ke Jakarta dengan modal dari hasil penjualan online. Lalu pada tahun 2014, Mamaky Eky dan suaminya memutuskan untuk memasuki bisnis sepatu . Bermodalkan hanya Rp5 juta, mereka membangun studio yang sangat kecil di rumah susun.

"Awal memulai bisnis, jauh dari keluarga. Saat mau restock produk kami harus bolak balik naik bus, krl, mengangkut barang dari lantai 1 ke lantai 9 karena waktu itu kami tinggal di lantai 9," kata Mamaky Eky.



Namun, keberanian dan tekad membawa keduanya bisa lebih jauh lagi. Menyimpan stok sepatu sebanyak 200 pasang penuh di tempat tinggal mereka dan bahkan harus berjalan kaki sejauh 1 kilometer setiap hari untuk mengantarkan paket pesanan karena mereka belum memiliki kendaraan. Tidak lama kemudian, mereka akhirnya bisa membeli motor untuk mengantarkan paketan ke ekspedisi.

Beberapa bulan berlalu, bisnisnya mulai melejit hingga akhirnya memutuskan untuk pindah ke Bogor dan mempekerjakan 13 orang karyawan. Awalnya, "SEPATUMAMAKY" berjualan secara eceran, tetapi mereka beralih ke produksi skala besar dengan membuka jasa maklon (produksi atas nama pemesan).

"Sejak wabah covid19, banyak sekali pengrajin yang terpaksa kehilangan pekerjaan, karena permintaan produksi menurun. Mengandalkan eceran memang akan lebih menguntungkan bagi kami, tapi di sisi pengrajin, tidak demikian," keluh Mamaky Eky.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2877 seconds (0.1#10.140)