Pengembang Indonesia Manfaatkan Potensi Pasar Properti Australia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pasar properti Australia saat ini cukup potensial mengingat tingginya backlog di Negeri Kanguru itu. Salah satu penyebab backlog itu adalah satu juta imigran yang datang ke Australia .
"Sekitar 1 juta imigran masuk ke Australia," kata Iwan Sunito, pendiri dan CEO One Global Capital, kepada awak media melalui Zoom Meeting, dikutip Selasa (31/10/2023).
Sunito menambahkan, hunian merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan masyarakat dan krisis perumahan atau backlog menjadi isu yang semakin mendesak karena dipicu oleh tingginya tingkat urbanisasi.
"Australia, seperti halnya Indonesia, menghadapi masalah serius dalam menyediakan perumahan yang terjangkau bagi warganya," jelas Sunito.
Australia dan Indonesia memiliki karakteristik masalah yang berbeda terkait backlog. Namun tantangan yang dihadapi mirip, yaitu ketersediaan perumahan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah.
Firma akuntan KPMG mengungkap, harga hunian di seluruh Australia akan melonjak dalam 18 bulan ke depan. Dalam laporan Residential Property Market Outlook September 2023, Dr. Brendan Rynne, Kepala Ekonom KPMG, mengatakan ada sejumlah faktor yang diperkirakan akan mendorong kenaikan harga.
Menurut laporan terbarunya, harga hunian akan naik secara nasional sebesar 4,9% selama 9 bulan ke depan dan kemudian melonjak sebesar 9,4% hingga Juni 2025.
“Harga rumah dan unit akan semakin meningkat pada tahun keuangan berikutnya karena pasokan tempat tinggal terus terbatas, dikarenakan kelangkaan lahan yang tersedia, menurunnya tingkat persetujuan dan aktivitas konstruksi yang lebih lambat atau lebih mahal,” papar Sunito.
Sementara itu melansir Forbes Advisor, dalam beberapa tahun terakhir, harga perumahan di Australia telah mengalami lonjakan yang signifikan sehingga membuat banyak orang kesulitan untuk membeli rumah pertama. Bahkan dengan suku bunga yang rendah, harga perumahan tetap tinggi.
Baca Juga
"Sekitar 1 juta imigran masuk ke Australia," kata Iwan Sunito, pendiri dan CEO One Global Capital, kepada awak media melalui Zoom Meeting, dikutip Selasa (31/10/2023).
Sunito menambahkan, hunian merupakan salah satu kebutuhan primer dalam kehidupan masyarakat dan krisis perumahan atau backlog menjadi isu yang semakin mendesak karena dipicu oleh tingginya tingkat urbanisasi.
"Australia, seperti halnya Indonesia, menghadapi masalah serius dalam menyediakan perumahan yang terjangkau bagi warganya," jelas Sunito.
Australia dan Indonesia memiliki karakteristik masalah yang berbeda terkait backlog. Namun tantangan yang dihadapi mirip, yaitu ketersediaan perumahan yang memadai untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus bertambah.
Firma akuntan KPMG mengungkap, harga hunian di seluruh Australia akan melonjak dalam 18 bulan ke depan. Dalam laporan Residential Property Market Outlook September 2023, Dr. Brendan Rynne, Kepala Ekonom KPMG, mengatakan ada sejumlah faktor yang diperkirakan akan mendorong kenaikan harga.
Menurut laporan terbarunya, harga hunian akan naik secara nasional sebesar 4,9% selama 9 bulan ke depan dan kemudian melonjak sebesar 9,4% hingga Juni 2025.
“Harga rumah dan unit akan semakin meningkat pada tahun keuangan berikutnya karena pasokan tempat tinggal terus terbatas, dikarenakan kelangkaan lahan yang tersedia, menurunnya tingkat persetujuan dan aktivitas konstruksi yang lebih lambat atau lebih mahal,” papar Sunito.
Sementara itu melansir Forbes Advisor, dalam beberapa tahun terakhir, harga perumahan di Australia telah mengalami lonjakan yang signifikan sehingga membuat banyak orang kesulitan untuk membeli rumah pertama. Bahkan dengan suku bunga yang rendah, harga perumahan tetap tinggi.