Prinsip Gotong Royong ala Gojek Selamatkan UMKM saat Pandemi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Upaya menumbuhkan semangat saling membantu di jaringan ekosistem Gojek terbukti telah berdampak positif terhadap ketahanan mitra UMKM yang terhubung secara langsung maupun tidak langsung dengan aplikator besutan anak bangsa tersebut di tengah krisis pandemi COVID-19.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB-UI) dalam riset terkait dampak sosial ekonomi Gojek mencatat bila ekosistem Gojek ini telah menunjukkan sikap saling membantu sesama mitra meskipun tidak ada kewajiban untuk melakukan hal tersebut.
“Selama pandemi, mitra yang tergabung dalam ekosistem Gojek ini tidak membiarkan dirinya untuk jatuh. Jadi 85% mitra pengemudi Gojek ini mendapat bantuan dari ekosistemnya,” jelas Peneliti LD FEB-UI Alfindra Primaldhi.
Alfindra mencontohkan jika mitra Gojek ini saling membantu dalam bentuk pemberian bantuan sosial oleh mitra GoFood bagi mitra GoRide ataupun pemberian tips konsumen lebih oleh konsumen kepada mitra pengemudi Gojek.
Selain itu, dari sisi perusahaan, Gojek sendiri dilihat Alfindra juga membantu ekosistem digital yang dikelolanya untuk dapat berrtahan di saat pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mana mitra pengemudi terdampak penghasilannya akibat adanya batasan operasional.
“Gojek mendorong orang untuk berperilaku baik, dengan memudahkan konsumen bisa memberi tips lebih besar lewat aplikasinya. Lalu ada periode promosi yang dilakukan Go Food yang tentunya membantu UMKM mitranya bertahan karena daya beli masyarakat juga rendah saat itu. Gojek jug a membantu para pebisnis pemula migrasi ke teknologi digital dengan mudah,” tutur Alfindra.
Wakil Kepala LD FEB-UI Paksi C.K. Walandouw menambahkan bahwa upaya yang dilakukan Gojek itu telah menciptakan multiplier effect yang besar. Karena dukungan yang besar itu, lanjutnya, mitra pengemudi ini mengakui akan bertahan di Gojek untuk jangka waktu yang lama.
“Mereka mengaku akan tetap menjadikan Gojek sebagai pekerjaan untuk menafkahi keluarganya. Bahkan mereka percaya dengan dibukanya layanan GoRide seiring pelonggaraan PSBB, mereka optimistis permintaan atas layanan itu akan pulih lagi,” tukas Paksi.
Pada tahun 2019, ekosistem Gojek ini mampu menyumbang Rp104,6 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 87,1 triliun dikontribusikan secara langsung dari ekosistem Gojek dan sisanya Rp 17,5 triliun merupakan kontribusi tidak langsung melalui dampak multiplier yang diperoleh dari luar ekosistem tersebut. Bila menggunakan metode penghitungan PDB, dampak sosial ekonomi Gojek setara dengan 1% PDB nasional.
Menurut Paksi, dengan bergabung di ekosistem Gojek, 70% mitra penemudi Gojek mengakui mulai mampu secara rutin menabung dari penghasilannya. Bahkan di antaranya, yaitu sebanyak 16% mitra pengemudi Gojek, baru kali ini memiliki rekening tabungan setelah bergabung dengan Gojek.
Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB-UI) dalam riset terkait dampak sosial ekonomi Gojek mencatat bila ekosistem Gojek ini telah menunjukkan sikap saling membantu sesama mitra meskipun tidak ada kewajiban untuk melakukan hal tersebut.
“Selama pandemi, mitra yang tergabung dalam ekosistem Gojek ini tidak membiarkan dirinya untuk jatuh. Jadi 85% mitra pengemudi Gojek ini mendapat bantuan dari ekosistemnya,” jelas Peneliti LD FEB-UI Alfindra Primaldhi.
Alfindra mencontohkan jika mitra Gojek ini saling membantu dalam bentuk pemberian bantuan sosial oleh mitra GoFood bagi mitra GoRide ataupun pemberian tips konsumen lebih oleh konsumen kepada mitra pengemudi Gojek.
Selain itu, dari sisi perusahaan, Gojek sendiri dilihat Alfindra juga membantu ekosistem digital yang dikelolanya untuk dapat berrtahan di saat pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mana mitra pengemudi terdampak penghasilannya akibat adanya batasan operasional.
“Gojek mendorong orang untuk berperilaku baik, dengan memudahkan konsumen bisa memberi tips lebih besar lewat aplikasinya. Lalu ada periode promosi yang dilakukan Go Food yang tentunya membantu UMKM mitranya bertahan karena daya beli masyarakat juga rendah saat itu. Gojek jug a membantu para pebisnis pemula migrasi ke teknologi digital dengan mudah,” tutur Alfindra.
Wakil Kepala LD FEB-UI Paksi C.K. Walandouw menambahkan bahwa upaya yang dilakukan Gojek itu telah menciptakan multiplier effect yang besar. Karena dukungan yang besar itu, lanjutnya, mitra pengemudi ini mengakui akan bertahan di Gojek untuk jangka waktu yang lama.
“Mereka mengaku akan tetap menjadikan Gojek sebagai pekerjaan untuk menafkahi keluarganya. Bahkan mereka percaya dengan dibukanya layanan GoRide seiring pelonggaraan PSBB, mereka optimistis permintaan atas layanan itu akan pulih lagi,” tukas Paksi.
Pada tahun 2019, ekosistem Gojek ini mampu menyumbang Rp104,6 triliun. Dari jumlah tersebut, sebanyak Rp 87,1 triliun dikontribusikan secara langsung dari ekosistem Gojek dan sisanya Rp 17,5 triliun merupakan kontribusi tidak langsung melalui dampak multiplier yang diperoleh dari luar ekosistem tersebut. Bila menggunakan metode penghitungan PDB, dampak sosial ekonomi Gojek setara dengan 1% PDB nasional.
Menurut Paksi, dengan bergabung di ekosistem Gojek, 70% mitra penemudi Gojek mengakui mulai mampu secara rutin menabung dari penghasilannya. Bahkan di antaranya, yaitu sebanyak 16% mitra pengemudi Gojek, baru kali ini memiliki rekening tabungan setelah bergabung dengan Gojek.
(tri)