Strategi Mempertahankan Bisnis di Tengah Pandemi Covid-19

Kamis, 30 April 2020 - 11:29 WIB
loading...
Strategi Mempertahankan Bisnis di Tengah Pandemi Covid-19
Pandit Sumawinata, praktisi di bidang usaha kreatif dan akademisi di Universitas Indonesia dan Universitas Bakrie. Foto/Dok.
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 tidak hanya mengancam sektor kesehatan, namun mengancam krisis ekonomi global. Berdasarkan data World Economic Outlook April 2020, IMF memprediksikan perekonomian dunia akan merosot hingga minus 3%, sampai dengan tahun ini.

Namun bila pandemi ini berakhir pada paruh kedua tahun 2020 dan aktivitas ekonomi kembali normal, maka ekonomi Indonesia diprediksi bisa tumbuh hingga 8,2%. Sementara perekonomian dunia akan tumbuh hingga 5,8%.

Lalu bagaimana dampaknya pada sektor bisnis dan industri, ternyata tidak semua bisnis mengalami pertumbuhan negatif, ada pula yang mendapatkan pertumbuhan positif.

Berdasarkan data yang dilansir oleh lembaga survei Kantar Worldpanel Indonesia (14/4). Indonesia bisa belajar dari China, dimana perubahan perilaku konsumen memaksa beberapa sektor bisnis untuk beradaptasi, inilah yang dibahas dalam acara webinar yang diadakan oleh Innity Media (29/4) dengan tema "How Brand Voice Should Not Practice Social Distancing During Covid-19", bagaimana pelaku bisnis harus merespon situasi di tengah pandemi.

Pandit Sumawinata, praktisi di bidang usaha kreatif dan akademisi di Universitas Indonesia dan Universitas Bakrie, bersama dengan para pelaku bisnis berbagi tips menjalankan usaha meskipun di tengah krisis.

Beberapa tips yang bisa membuat bisnis anda bertahan di tengah situasi pandemi virus corona ini, diantaranya?

1. Beralih ke iklan digital
Nielsen Indonesia mencatat 80% konsumen mencari berita atau informasi tentang Covid-19 melalui sosial media, dan sebanyak 60% melalui mesin pencari, Pandit mengatakan beriklan di media digital, low budget namun high impact, mengoptimalkan keterbatasan budget yang dimiliki oleh bisnis anda dengan menggunakan strategi pemasaran yang tepat sasaran, misalnya dengan menggunakan influencer nano, yaitu seseorang yang memiliki followers atau pengikut yang banyak di media sosial, namun tidak sampai 10 ribu followers, biayanya lebih murah namun efektif karena faktor kedekatan dengan pengikutnya.

2. Change the strategy, not the budget
Jangan pernah berhenti beriklan meskipun di dalam situasi krisis, ujarnya lagi, namun rubah strateginya, dari hard selling menjadi soft selling, dengan menggunakan konsep story telling yang menyentuh sisi emosional konsumen seperti mengangkat isu-isu sosial yang bisa memberikan efek positif.

3. Don't think outside the box. Think like there is no box
Buatlah strategi pemasaran yang kreatif, memang tidak mengarahkan kepada proses pembelian secara langsung, namun iklan yang diingat oleh konsumen pada masa krisis akan membuat bisnis akan tetap kuat dan lebih cepat pulih, bahkan setelah krisis ini berakhir.
(bon)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1664 seconds (0.1#10.140)