Wall Street Dibuka Melesat Saat Inflasi AS Turun Jadi 3,2%
loading...
A
A
A
NEW YORK - Wall Street dibuka melesat pada perdagangan, Selasa (14/11) waktu setempat, ketika penurunan inflasi Amerika Serikat (AS) membawa angin segar bagi pasar. Sentimen itu membangkitkan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter dari Federal Reserve.
Dow Jones Industrial Average menguat 1,03% menjadi 34.690,04, sedangkan S&P 500 menanjak 1,38% di 4.472,30. Selanjutnya Nasdaq Composite terbang 1,87% di level 14.024,62.
Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja juga mencatat tingkat inflasi AS periode Oktober mencapai 3,2% secara year-on-year (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 3,7% yoy.
Inflasi inti (yang tidak termasuk komponen pangan dan energi) melandai di level 4,0% (YoY), dari sebelumnya 4,1%(YoY). Secara bulanan, inflasi stabil 0,0% (MoM) dari 0,2% pada bulan September, demikian juga inflasi inti bulanan juga meningkat 0,2 persen dari sebelumnya 0,3 persen.
"Kami senang melihat kabar inflasi inti lebih rendah dari perkiraan. Hal ini memberi tahu kita bahwa The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga," kata Analis Great Hill Capital, Thomas Hayes, dilansir Reuters, Selasa (14/11).
Penurunan harga bahan bakar minyak menjadi penyumbang penurunan indeks harga konsumen (CPI) di Negeri Paman Sam -julukan AS-, mengimbangi harga sewa properti yang masih memanas.
Selain inflasi, pasar saham juga mendapat dukungan dari penurunan imbal hasil atau yield surat utang negara. Yield Teasury AS bertenor 2 tahun, yang paling mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, merosot ke posisi terendah dua minggu terakhir di level 4,872%.
Penurunan yield menandakan bahwa investor kembali menanamkan dana di instrumen berisiko seperti saham. Ini membantu penguatan, di samping sejumlah sisa laporan keuangan kuartalan.
Dow Jones Industrial Average menguat 1,03% menjadi 34.690,04, sedangkan S&P 500 menanjak 1,38% di 4.472,30. Selanjutnya Nasdaq Composite terbang 1,87% di level 14.024,62.
Biro Statistik Departemen Tenaga Kerja juga mencatat tingkat inflasi AS periode Oktober mencapai 3,2% secara year-on-year (yoy). Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 3,7% yoy.
Inflasi inti (yang tidak termasuk komponen pangan dan energi) melandai di level 4,0% (YoY), dari sebelumnya 4,1%(YoY). Secara bulanan, inflasi stabil 0,0% (MoM) dari 0,2% pada bulan September, demikian juga inflasi inti bulanan juga meningkat 0,2 persen dari sebelumnya 0,3 persen.
"Kami senang melihat kabar inflasi inti lebih rendah dari perkiraan. Hal ini memberi tahu kita bahwa The Fed sudah selesai menaikkan suku bunga," kata Analis Great Hill Capital, Thomas Hayes, dilansir Reuters, Selasa (14/11).
Penurunan harga bahan bakar minyak menjadi penyumbang penurunan indeks harga konsumen (CPI) di Negeri Paman Sam -julukan AS-, mengimbangi harga sewa properti yang masih memanas.
Selain inflasi, pasar saham juga mendapat dukungan dari penurunan imbal hasil atau yield surat utang negara. Yield Teasury AS bertenor 2 tahun, yang paling mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, merosot ke posisi terendah dua minggu terakhir di level 4,872%.
Penurunan yield menandakan bahwa investor kembali menanamkan dana di instrumen berisiko seperti saham. Ini membantu penguatan, di samping sejumlah sisa laporan keuangan kuartalan.
(akr)