Perang Israel-Hamas Ditambah Konflik Ukraina Bisa Picu Krisis Minyak 1973 Terulang

Jum'at, 17 November 2023 - 11:12 WIB
loading...
Perang Israel-Hamas...
Awas, meningkatnya ketidakpastian global di tengah konflik Ukraina dan perang Israel-Hamas yang membuat Timur Tengah memanas dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang sama dengan krisis minyak 1973-74. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Meningkatnya ketidakpastian global di tengah konflik Ukraina dan perang Israel-Hamas yang membuat Timur Tengah memanas bisa berdampak negatif pada pasokan minyak dan LNG dunia. Hal itu diperingatkan oleh Kepala Eksekutif Baker Hughes, Lorenzo Simonelli kepada Financial Times.



Untuk diketahui Baker Hughes merupakan, perusahaan jasa industrial internasional asal Amerika dan merupakan salah satu penyedia jasa ladang minyak terbesar di dunia. Perusahaan ini menyediakan produk dan jasa pengeboran minyak, evaluasi formasi, penyelesaian, serta konsultansi produksi dan reservoir untuk industri minyak dan gas.



Menurut Simonelli, ketidakstabilan yang meningkat dapat memiliki konsekuensi ekonomi yang sama dengan krisis minyak dunia pada periode tahun 1973-74. Selama periode itu, dunia melihat meroketnya harga energi dan kekurangan bahan bakar.

Kondisi itu terjadi setelah negara-negara penghasil minyak Arab memberlakukan embargo sebagai respons atas dukungan Washington untuk Israel dalam Perang Yom Kippur.

Harga satu barel minyak saat itu naik hampir empat kali lipat hanya dalam kurun waktu kurang dari setahun. Efeknya menyebabkan inflasi sentuh level tertinggi dalam satu dekade dan stagflasi di AS selama tahun 1970-an.

"Dari konteks sejarah saya pernah mendengar orang mengatakan, Anda kembali ke embargo minyak tahun 1973 – itu agak mirip," kata Simonelli.

"Tapi dalam masa jabatan saya, tidak ada (iklim geopolitik yang tidak serapuh ini – FT). Ini, dari sudut pandang politik, sangat berubah-ubah," sambungnya.

CEO Baker Hughes itu mengungkapkan, bahwa konflik Israel-Hamas memang tidak "mengubah proyeksi" untuk pasokan atau permintaan minyak, lantaran Israel bukan produsen minyak mentah yang signifikan. Namun, menurut para ahli yang dikutip oleh FT, intervensi besar oleh Iran dapat menaikkan harga minyak.

"Kasus dasarnya saat situasi seperti sekarang ini, beberapa hal menjadi sangat ketat. Tapi yang jelas, jika ada yang memburuk, segalanya akan berubah," ucap Simonelli.

Di sisi lain Baker Hughes sebagai pemasok peralatan gas alam cair, membuat Simonelli menyoroti bahwa perusahaan memiliki sejumlah kontrak besar LNG. Dia mengklaim, bahwa gas pipa Rusia memiliki sedikit prospek untuk muncul kembali dalam jangka pendek sebagai pesaing LNG, bahkan jika konflik di Ukraina berakhir.

"Saya pikir Eropa telah mengalami kesulitan karena sangat bergantung pada satu sumber energi," katanya.

Menurut Simonelli, musim dingin yang hangat tahun lalu dan upaya Uni Eropa membangun stok telah membantu menghindari terulangnya krisis energi 2021, ketika harga gas di wilayah tersebut melonjak lebih dari 300 euro (USD320) per megawatt jam di tengah keputusan blok untuk beralih dari pasokan Rusia.

"Ada sedikit rasa lega sekarang, karena sepertinya musim dingin masih relatif ringan saat ini. Tetapi jika ada musim dingin yang serius, itu akan berdampak pada Eropa," kata CEO.

Simonelli mencatat bahwa penumpukan proyek LNG di Pantai Teluk AS akan terus berlanjut karena eksportir Amerika berupaya memenuhi permintaan yang meningkat dari UE.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Perubahan Komisaris...
Perubahan Komisaris BNI, Deputi Protokol Istana Diganti Profesional
IKN Tetap Dibuka Selama...
IKN Tetap Dibuka Selama Lebaran 2025, Catat Jam Kunjungan dan Cara Daftarnya
Profesional dan Begawan...
Profesional dan Begawan Ekonomi Jadi Pengurus, Danantara Diyakini Mampu Tumbuhkan Investasi
Setelah Tembus Pasar...
Setelah Tembus Pasar AS, Krakatau Steel Ekspor Baja Canai Panas ke Eropa
Wadirut Bulog Buka Suara...
Wadirut Bulog Buka Suara Soal Dugaan Takaran Beras SPHP Disunat
Ambisi Uni Eropa Mengurangi...
Ambisi Uni Eropa Mengurangi Ketergantungan Mineral Penting asal China
Mudik Gratis Alfamidi...
Mudik Gratis Alfamidi Berangkat 1.200 Pemudik ke Kampung Halaman
Cetak Laba Bersih Rp582...
Cetak Laba Bersih Rp582 M di 2024, MPMX Komit Tumbuh Berkelanjutan
Rupiah Ambruk hingga...
Rupiah Ambruk hingga Sentuh Rp16.622, BI Sebut Beda Cerita dengan Krismon 1998
Rekomendasi
Jokowi Akan Salat Idulfitri...
Jokowi Akan Salat Idulfitri di Dekat Rumah, Tak Jadi di Masjid Istiqlal
10 Pati Polri Naik Pangkat...
10 Pati Polri Naik Pangkat Jadi Jenderal Bintang 2, Nomor 4 Jebolan Akpol 1989
Israel Larang Umat Islam...
Israel Larang Umat Islam Palestina Gelar Salat Id di Masjid Ibrahimi
Berita Terkini
Manajer Perempuan di...
Manajer Perempuan di Nestle Meningkat, Ciptakan Lingkungan Kerja yang Inklusif
10 jam yang lalu
Pertamina Antisipasi...
Pertamina Antisipasi Pasokan BBM di Bengkulu Akibat Pendangkalan Pulau Baai
10 jam yang lalu
SIG Berhasil Tekan Beban...
SIG Berhasil Tekan Beban Pokok Pendapatan 0,8% Jadi Rp28,26 Triliun
11 jam yang lalu
Program Mudik Bersama...
Program Mudik Bersama BUMN, BRI Life dan BRI Kolaborasi Beri Perlindungan Asuransi
12 jam yang lalu
BSI Ingatkan Nasabah...
BSI Ingatkan Nasabah Waspada Penipuan Bermodus Social Engineering
12 jam yang lalu
Mentan Amran: Operasi...
Mentan Amran: Operasi Pasar Pangan Murah AgriPost Stabilkan Harga Pangan
12 jam yang lalu
Infografis
Kehadiran Tentara NATO...
Kehadiran Tentara NATO di Ukraina Berarti Perang Habis-habisan
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved