Jumlah Bendungan Indonesia Kalah Telak oleh Korea Selatan, Apalagi China
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ( PUPR ) Basuki Hadimuljono mengatakan, jumlah bendungan di Indonesia kalah telak jika dibandingkan negara lain seperti China, bahkan Korea Selatan.
Menteri Basuki mengatakan, jumlah bendungan di Indonesia saat ini baru mendekati 300 bendungan, sedangkan China hingga akhir tahun 2022 tercatat telah memiliki sekurangnya 98.000 bendungan. Lalu Korea Selatan mempunyai sekitar 18.000 bendungan.
Padahal kata Menteri Basuki, Indonesia sebagai negeri kepulauan harus juga berpikir besar (think big) untuk terus menambah jumlah tampungan air. Pasalnya, bendungan dan embung sebagai tampungan air di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu upaya nyata untuk mengatasi ancaman perubahan iklim (climate change).
"Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim (climate change) Indonesia harus memperbanyak tampungan air (reservoar), baik itu embung dan bendungan. Dan kita utamakan bendungan agar di saat kemarau masih ada cadangan air yang cukup besar," kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/11/2023).
Selain itu, Menteri Basuki juga menyatakan pentingnya memperhatikan dan memodifikasi desain bendungan agar dapat berfungsi optimal dalam pemanfaatan air, baik di musim kemarau dan hujan. "Tidak kalah penting adalah memperbarui desain bendungan. Semua bendungan harus punya pintu air agar dapat dioperasikan optimal dalam musim hujan dan kemarau," ujarnya.
Selain itu, Menteri Basuki juga mengatakan, bahwa Kementerian PUPR terus mengutamakan pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di berbagai infrastruktur. Sebagai contoh pembangkit listrik tenaga surya terapung (floating solar energy) yang memanfaatkan 20% luas permukaan genangan bendungan.
"Terdapat potensi tenaga listrik sebesar 4.800 Megawatt (MW) potensi dari floating solar energy, dari seluruh bendungan yang ada," katanya.
Kementerian PUPR juga telah memanfaatkan 23 bendungan eksisting yang dibangun oleh Kementerian PUPR sebagai pembangkit listrik tenaga air. Kapasitas listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga air baru berkisar 9% dari seluruh jenis pembangkit listrik di Indonesia yang dihasilkan.
Menteri Basuki mengatakan, jumlah bendungan di Indonesia saat ini baru mendekati 300 bendungan, sedangkan China hingga akhir tahun 2022 tercatat telah memiliki sekurangnya 98.000 bendungan. Lalu Korea Selatan mempunyai sekitar 18.000 bendungan.
Padahal kata Menteri Basuki, Indonesia sebagai negeri kepulauan harus juga berpikir besar (think big) untuk terus menambah jumlah tampungan air. Pasalnya, bendungan dan embung sebagai tampungan air di berbagai wilayah Indonesia merupakan salah satu upaya nyata untuk mengatasi ancaman perubahan iklim (climate change).
"Untuk menghadapi ancaman perubahan iklim (climate change) Indonesia harus memperbanyak tampungan air (reservoar), baik itu embung dan bendungan. Dan kita utamakan bendungan agar di saat kemarau masih ada cadangan air yang cukup besar," kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/11/2023).
Selain itu, Menteri Basuki juga menyatakan pentingnya memperhatikan dan memodifikasi desain bendungan agar dapat berfungsi optimal dalam pemanfaatan air, baik di musim kemarau dan hujan. "Tidak kalah penting adalah memperbarui desain bendungan. Semua bendungan harus punya pintu air agar dapat dioperasikan optimal dalam musim hujan dan kemarau," ujarnya.
Selain itu, Menteri Basuki juga mengatakan, bahwa Kementerian PUPR terus mengutamakan pembangunan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan mengoptimalkan seluruh potensi yang ada di berbagai infrastruktur. Sebagai contoh pembangkit listrik tenaga surya terapung (floating solar energy) yang memanfaatkan 20% luas permukaan genangan bendungan.
"Terdapat potensi tenaga listrik sebesar 4.800 Megawatt (MW) potensi dari floating solar energy, dari seluruh bendungan yang ada," katanya.
Baca Juga
Kementerian PUPR juga telah memanfaatkan 23 bendungan eksisting yang dibangun oleh Kementerian PUPR sebagai pembangkit listrik tenaga air. Kapasitas listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga air baru berkisar 9% dari seluruh jenis pembangkit listrik di Indonesia yang dihasilkan.
(uka)